Aku melirik Vika yang terdiam, mata gadis itu sedikit sembab. Ya ampun dia kenapa? Bukankah yang harusnya nangis itu aku? Aku sudah mengungkapkan cinta sekali lagi dan harus mengalami penolakan sekali lagi. Sungguh aku pria yang malang.
"Bagaimana ini?"
Aku menatapnya bingung, Vika tersenyum lebar. Senyum yang sama seperti yang diperlihatkan gadis itu didepan Daniel.
"Apa maksudnya?"
"Bagaimana ini, kak? Aku senang mendengarnya."
Vika tampaknya tidak dapat menyembunyikan perasaannya karena dia kemudian menangis diiringi tawa. Aku yang juga tidak dapat menyembunyikan rasa bahagiaku mendengar ucapan Vika barusan yang sepertinya bukan ucapan penolakan langsung memeluknya. Ah, sudah lama sekali aku ingin memeluknya seperti ini. Tunggu! Kok aku terdengar seperti om-om mesum?! Yah, usiaku dengan Vika memang terpaut cukup jauh, 8 tahun.