Chereads / Thoughts - Antologi Opini / Chapter 1 - Kasar itu Buruk!

Thoughts - Antologi Opini

🇮🇩Claristha_Imanda
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 9.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kasar itu Buruk!

Apa yang kamu pikirkan, ketika mendengarkan atau membaca ketikan orang lain yang terkesan kasar? Seperti Anjing, Babi, Bangsat, Kampret, dan lain sebagainya hingga bagian kelamin dan cara bersetubuh.

Mungkin, kita akan mendapatkan berbagai macam reaksi umum seperti,

"Ih, kok ngomongnya kasar?"

"Kan ngga boleh tau ngomong kasar, dosa."

"Itu anaknya pasti ngga bener tuh, omongannya ngga dijaga."

"Dia kan tokoh publik, kok ngomongnya gitu sih? Harusnya contohin yang baik, ini malah ngomong kasar."

Oh, shit!

Menurut pandangan gue, sebagai manusia, sangat manusiawi ketika seseorang berujar dan mengumpat dengan bahasa kasar. Ada reaksi dan refleks yang sangat normal, ketika ingin mengungkapkan rasa terkejut sebagai tanda respon kita terhadap hal tersebut.

Bila patokan kalian mengenai baik-buruknya seseorang dari cara ia menanggapi hal yang membuat ia tertarik, maka tidak ada orang baik di dunia ini. Hanya segelintir, layaknya kamu menemukan orang-orang yang makan semur dengan duren. Ada, tapi nyaris tidak tidak terlihat.

Apa sih, yang membuat kalian bisa menilai bahwa orang berkata kasar, dipastikan kelakuan dan hidupnya itu semuanya negatif? Hei, bila seumur hidupmu tidak pernah berkata kasar, mungkin kamu yang belum tau, rasa lega dan euforia berkata kasar itu seperti apa.

Gue tidak mengajak kalian untuk berkata kasar. Bila memang tidak pernah, dan tidak biasa, teruskan. Tapi, tolong pahami kami yang menggunakan cara kami sendiri untuk merespon hal-hal yang kami suka, ataupun luapan emosi kami.

Tahukah kalian? Orang-orang yang mengumpat atau berujar kasar pada suatu topik, tidak pernah sekalipun bermaksud untuk menyerang secara psikologis baik orang, hal, hewan ataupun topik tersebut. Berkata kasar adalah reaksi murni serta refleks instan beberapa orang. Mungkin dia terlahir di lingkungan yang kasar, atau diajarkan dengan kata kasar, atau bahkan sekolah tempat ia mengemban ilmu beserta tongkrongannya dan gengnya melakukan hal yang sama.

Mengapa, kalian hanya terfokus men-judge orang berkata kasar itu buruk? Apakah mereka menyakiti kalian secara fisik dsn mental? Atau mungkin, kalian iri, ngga bisa seterbuka mereka untuk mengungkapkan keluh kesah dan luapan emosi yang bergemuruh di dalam dadanya dengan sebebas mungkin? Mungkin, gue rasa, tuntutan pencitraan kalian di status atau di penglihatan orang salah satu penghambat kalian bisa mengeskpresikan diri secara terbuka.

Gue juga ngga bisa pungkiri, ada orang yang sok asik di tongkrongan, ngga kenal deket, tiba-tiba ...

"Woy anjeng, siapa lo? Kenalan dulu lah sini bangsat."

"Ngga usah sok baik lu kontol, udah sih pencitraan amat, ngomong lah asu."

"Woy, emang jancok koe!"

Ada, lho. Bahkan banyak, yang ngga kenal dekat, merasa sok kenal dan sok dekat. Karena dia pikir, se-tongkrongan itu akan memihak dan mau dekat dengan dia karena berkata kasar. Oh, men! Ngga begitu caranya.

Ini opini gue. Silahkan, bila kalian mau berkata kasar untuk mengekspresikan diri, urusan dosa dan lain hal, kalian sendiri yang nanggung sama Tuhan masing-masing. Porsi gue nih, buat temen, ya jadi temen, bukan tukang dakwah. Tapi, kalo temen gue minta saran gue untuk kasih tau dia apa yang salah dan apa yang benar, gue akan lakuin sesuai porsi gue. Please, kalo mau berkata kasar, tahu diri, tahu posisi, dan tahu situasi-kondisi sekitar. Apa memungkinkan untuk lu bisa berkata demikian, apa yang di sekitar kalian itu bisa nerima dan tidak mempersalahkan itu semua?

Tempatkan diri kalian di kondisi yang tepat. Jangan karena ada orang yang setuju kalian berkata kasar itu tidak buruk, akhirnya kalian kasar sana sini, tidak tau tempat. Itu bodoh namanya! Carilah circle yang serupa dan sepemikiran untuk menghindari kesalahpahaman. Lalu, apabila 'tempat' tersebut tidak memperbolehkan dan tidak memungkinkan untuk berkata kasar, ya jangan dilakukan.

Contoh simple, manggil temen dengan nama bapaknya. Misalnya, yang satu anak tongkrongan, yang satu anak polisi (tetangga).

Kalian bisa pikir sendiri dong, kalau kalian manggil teman kalian itu dengan latar belakang yang berbeda apa yang akan terjadi? Anak tongkrongan mungkin biasa aja, bisa dibales. Karena jokes humor mereka memang seperti itu. Coba kalian ngatain temen baperan, anak dari orang tua yang memiliki jabatan, apa ngga mampus itu diomelin double-double. Ketahuan orang tua sendiri, kena omel, kedenger tetangga, kena ghibah. Mati aja sudah.

Gue sama sekali melabeli diri gue lebih baik dari kalian, lebih suci dan lebih agung daripada yang lain. Namun, gue di sini beropini dan ingin berdiskusi, dengan kalian yang memiliki kesamaan struggle di kehidupan ini.

Gue, tipe orang yang nyaman dengerin orang berkata kasar, karena bagi gue mereka lebih jujur. Bukan berarti mereka yang ngomong baik itu ga jujur. Mungkin ada yang terpaksa karena takut dosa, ada yang menjaga citra diri karena suatu perjanjian, atau memang lingkungannya tidak pernah mengajarkan

Buat kalian, yang terbiasa kasar, gue yakin lo sudah pintar membaca situasi dan kondisi. Terima kasih telah jujur, dan mau mengungkapkan rasa yang lo punya. Lo keren! Berani speak up soal diri lo sendiri ke banyak orang, tongkrongan, atau siapapun itu yang ada di dekat lo.

Buat kalian, yang selalu menganggap kasar itu buruk, ayo, jangan hanya memandang sesuatu dari sisi buruknya aja. Tapi, pasti ada sisi baiknya juga. Coba kamu kenali dia, seperti apa dia, bagaimana kehidupan dia, baru kamu bisa menilai apakah dia pantas mengucapkannya atau tidak. Satu lagi, kamu juga harus ingat, kalo kamu cuma berpaku berteman dengan yang omongan dan tingkah lakunya 'putih' semua, kamu malah jadi tidak punya pengalaman lebih untuk diceritakan dan dibagikan ke orang lain. Bahkan, jadi tidak punya bukti konkret, sebagai perbandingan antara si baik dan si buruk.

Dan, buat kalian yang takut, jarang atau tidak pernah berujar sesuatu yang kasar atau kotor, hmm... rasanya ngga mungkin juga, wkwkwk. Jika kalian merasa itu nyaman, itu bagus untuk kalian, lanjutkan ya! Bukan karena kamu berbeda, lamu jadi harus mengikuti semuanya. Jika kamu bisa memaklumi dan menghargai mereka yang kasar, si kasar juga pasti akan memaklumi serta menghargai kamu, kok! Kalau kamu belum pernah berteman dengan orang kasar, cobain deh, biar kamu punya pengalaman baru dalam bergaul. Tapi, hati-hati juga, ya, sama yang memang berkata kasar hanya untuk menghina.

Serta, untuk netizen yang terhormat, yang tidak pernah mau mengikuti diskusi sehat, mati aja lo sana, bajingan. Kesel gue liatnya, sok perfect kali punya hidup. Kadang, lucunya, netizen itu memandang rendah tokoh publik yang cukup dikenal bila berkata kasar. Namun, memaklumi dirinya sendiri dan tongkrongannya bila berkata kasar.

Heiii! Helaaww, Mbak, Mas, Jeng, Gan, Sis, Nyet, Sat, Jing. Mereka juga manusia, tokoh publik, artis, selebriti, seniman atau apalah itu juga ingin berkespresi, bukan situ doang yang ingin. Bukan karena perbedaan derajat, tongkrongan, dunia kerja dan lain hal, Anda-Anda sekalian ini jadi merasa benar.

Gini deh, kenapa para netizen yang mulia seperti kaleng krupuk warteg ini merasa bahwa dirinya lebih dari orang yang hanya menampilkan sosok aslinya seperti apa? Dosa dia ga akan dibagi ke lu juga, kemiskinan sama masalah itu orang ga akan pindah ke lu juga. Kenapa harus lu urusin sih?

Ini, nih, ya. Para netizen bangsat yang bacot pake fake account, lu sadar tidak? Lu juga pengecut, tidak punya nyali, sama rendahnya seperti pikiran lu sendiri. Bedanya lu dengan dia, yang lu sibuk katain, "Ah kok artis ngomongnya kasar? Bukan contoh yang baik nih."

Dia mau dan tidak malu menunjukkan dia seperti apa, sementara lo, juga pengecut yang berlindung di balik akun kedua. Biar kalau dilacak, tinggal hapus akun. Najis!

Lu sendiri juga tidak punya andil dan kontribusi, 'kan untuk merubah dia? Jadi, buat apa lu terlalu meluangkan waktu untuk bacotin orang yang bahkan tidak ada pengaruhnya buat lu.

Mungkin emang ... pengangguran aja, makanya nyari hiburan dengan begitu. Yang sabar ya, bos. Semoga otaknya bisa digunakan dengan baik!

•••

Hai! Gue cuma mau ingetin lagi, buat yang males baca deskripsi. Tulisan ini gue buat, sebagai bahan diskusi dan berbagi keresahan gue selama ini. Bila tersinggung, ya sadar diri aja. Kalau mau lanjut ngeluh, silahkan sharing keluhan di kolom komentar. Bila kalian ada topik menarik untuk dibahas, jangan sungkan untuk komen, ya!

Laff ya!