Chereads / Greentea Latte / Chapter 15 - -15- Greentea Latte

Chapter 15 - -15- Greentea Latte

"Afka, tau gak kenapa aku suka banget sama Greentea?"Ghirel gantian bertanya. Ditatapnya Afka dengan harapan pria itu tak mengetahui jawaban sebenarnya.

"Karena Greentea itu pahit kayak aku tapi selalu bikin kamu tenang. Iyakan?" harapan Ghirel luruh begitu saja bersama helaan nafasnya. Ia berdecak lalu membuang muka enggan menatap Afka yang sekarang sudah mulai memberikan tatapan menggodanya.

"Salah," kata Ghirel menyangkal ucapan Afka. Ghirel berusaha tak kalah dari laki-laki di depannya. "Jawabannya karena enak!"

"Pintar banget ngelesnya," sebuah colekan ringan mendarat di pipi Ghirel yang bersemu merah dibuatnya membuat Afka gemas dan menciumi pipi kekasihnya itu.

***

Tak terhitung hari Ghirel dengan Afka menyembunyikan hubungan mereka dari bunda yang menentang keras hubungan mereka hanya karena sebuah alasan sepele.

Beberapa kekasih Afka yang lebih dahulu daripada dirinya sudah mulai memberikan tatapan mematikan kepada Ghirel saat bertemu. Apalagi, saat awal-awal hubungan mereka terungkap dan saat Afka yang selalu memperlakukan Ghirel dengan manis,membuat para kekasih Afka merasa iri dan tak segan-segan membenci Ghirel. Ini semua berdampak buruk kepada kehidupan sosial Ghirel seperti sekarang ini, jam kosong di kelas Ghirel lebih memilih mengisinya dengan tidur daripada harus berkeliaran diluar kelas dan mendapatkan masalah.

Jika Ghirel memilih tidur, Afka malah memilih untuk menjahili Ghirel yang sedang tertidur. Dicarinya gadis yang akan menjadi korbannya itu. Afka melihat Siska dan Ghirel yang sedang tertidur di paha Tzuwi dan berniat menghampiri ketiganya. Sekilas Afka mendengar percakapan unfaedah mereka.

"Eh, Sis menurut lo bagusan mana? Case yang ini apa yang gambarnya bebek beranak?" tanya Tzuwi sembari menarik satu persatu rambut Siska yang berada di pangkuannya.

Siska balik bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya terhadap ponsel di tangannya,"Sejak kapan bebek beranak?"

"Di sini gambarnya bebek lagi menyusui anak-anaknya," jawab Tzuwi sembari menunjukkan gambar tersebut.

"Jelek,gak realistis. Ganti yang lain aja," balas Siska ketus.

"Lucu gini kok," kata Tzuwi.

Siska mendengus,"Tepos gitu gak asik dilihatnya."

"Siapa yang tepos? Lo Sis?" Afka tiba-tiba menimpali perkataan Siska dengan mata jelalatan kesana-kemari.

Siska yang risih akhirnya menjitak kepala Afka cukup keras,"Seenaknya lo liat-liat, mau gue colok hidung lo pakai kapas?!"

"Mati dong gue," gumam Afka.

"Paling jadi poci,"timpal Tzuwi.

"Bebeb gue lagi ngapain?" Afka duduk disebelah kanan Ghirel yang sedang nyenyak dalam mimpinya.

Ditatapnya wajah tidur Ghirel yang selalu membuat Afka ketagihan karena kecantikan alami kekasihnya. Afka jadi ingin melihat wajah bangun tidur Ghirel setiap hari.

"Mata lo buta heh?!jelas-jelas tidur!" balas Siska dengan ucapan bernada tinggi. Siska masih sangat mencintai Afka jadi, wajar saja jika ia merasa sedikit.... Cemburu?

"Diem, bini gue lagi tidur malah lo berdua ngobrol!" Afka mendelik tajam menatap Siska dan Tzuwi yang sudah menelan ludahnya kasar.

"Eh Siska, kelas lo ada guru tuh!"Grell datang dengan sebotol air putih yang langsung disambar Afka dan ditenggaknya habis.

"Oh, guru," ujar Siska datar tanpa sedikitpun mengerti yang sebenarnya ia katakan. Pikirannya dan fokusnya selalu hilang saat melihat Afka sedekat ini dengannya.

"EH ANJIR INI KAN PELAJARAN BU IBLIS!" Teriak Siska sembari melompat dan berlari menuju kelasnya setelah sadar akan lamunannya.

"Grell, lo kok pake ngasih tau Siska segala sih!" protes Tzuwi kepada Grell yang sudah mulai mendaratkan pantatnya disebelah Tzuwi.

"Kalo dia dihukum lo juga yang repot karena korsa,"

"Idih, mana mau gue korsa sama itu orang,"

"Gitu juga te-"

SYUTTTTT! 

Melihat kekasihnya tenga tertidur pulas, entah mengapa Afka jengkel mendengar kelas yang sudah bising. Beberapa kali ia berusaha menenangkan tanpa amarah namun, lama-kelamaan emosi dalam dirinya terbakar saat fokusnya hanya pada kebisingan yang ada. Beberapa kali melihat Ghirel merasa terganggu dengan tidurnya membuat Afka akhirnya memutuskan untuk bersikap layaknya seorang laki-laki.

"WOY HP GUE GUGUG!"

"GRELL DIPANGGIL BU DANA,"

"DANAMON?"

"HANBIN GANTENG WOY!"

"WOY GUE NITIP AQYUYA DONG!"

"WOY, KALO GAK ADA YANG DIEM GUE TEBAS KEPALA LO SEMUANYA!" sepertinya, singa jantan telah menunjukkan aumannya. Afka marah besar. Hal tersebut membuat Ghirel sontak bangun dari tidurnya.

"Ngapain sih lo marah gak jelas gitu?!" Ghirel sudah duduk dibelakang Afka dengan tangan terlipat di depan dada menatap marah Afka yang sedang diliputi emosi.

Afka menatap Ghirel sekilas lalu pergi meninggalkan kelas tanpa kata. Sedangkan Ghirel yang ditinggalkan sudah tersenyum kesenangan karena ia tahu semuanya. Saat Afka menyuruh kelas diam karena anak-anak kelas bisa mengganggu tidurnya, saat Afka marah dan rela setelahnya akan mendapat masalah dengan beberapa kebencian oleh anak-anak kelas hanya untuk menjaga tidur Ghirel. Bayangkan saja jika kalian di posisi Ghirel, apakah sanggup menahan sebuah senyuman?

***

"Bagi rokok Fran!" pinta Afka sembari menyodorkan tangannya. Fran bangkit lalu menyerahkan seputung rokok kepada Afka.

"Stres kenapa lo? Ghirel lagi?"tanya Fran. Fran sudah seperti tameng hidupnya. Apapun yang ia rasakan, marah sedih atau senang yang selau ingin Afka temui adalah Fran.

"Kelas ribut,"kedua kata ini berhasil membuat Fran terdiam tak percaya. Bukankah itu harusnya sebuah kebahagiaan bagi Afka yang tak bisa diam?

"Bini gue lagi tidur," lanjut Afka membuat Fran menghela nafas kasar dan menghadiahi Afka sebuah pukulan diperutnya.

"Bini palalu peyang!" sepertinya, sebuah pukulan saja tam bisa menyadarkan Afka sehingga ditambah sebuah jitakan oleh Fran.

"Besok PAS(penilaian akhir semester), dan lo cabut kelas?" tanya Fran membuka percakapan saat hening sempat melanda.

"NGACA KEK!" balas Afka tak mau kalah.

"Gue mah udah pinter dari lahir. Bahkan,dari dibentuk," Fran menyombongkan dirinya. Yah, hanya menyombongkan omong kosongnya.

"Lo pinter terus gue apa?lo lupa IQ gue tinggi?" sinis Afka dengan seringaiannya.

"By the way, gue minta tolong dong," Afka menyela Fran yang hampir saja membalas kata-kata Afka sebelumnya.

"Apaan?" tanya Fran yang memutuskan mengambil rokok keduanya.

"Lo osis kan? Cari tau bini gue duduk sama siapa pas ulangan nanti. Terus kayak apa orangnya. Dan kalau cowok cariin fotonya beserta siapa aja mantannya dan jangan lupa asal usulnya!" bukan permintaan tolong, namun sebuah titah resmi dari Afka jika sudah seperti ini. Apalagi, saat Afka sudah berkata panjang maka semuanya akan terdengar seperti perintah wajib.

Fran yang mengerti hanya mengangguk mengiyakan karena Fran adalah tangan kanan Afka.

"Btw, lo yakin marah cuman karena itu?" Fran masih saja tidak percaya dengan yang Afka ucapkan tadi. Pasalnya, Afka tidak pernah bertindak kekanak-kanakan seperti ini sebelumnya. Yah, sebelum mengenal Ghirel.

Sebelum menjawab, Afka terlebih dahulu menyesap rokok ditangannya yang hanya tinggal sedikit. Beberapa detik kemudian, ia pasti akan membuangnya.

"Iya," sesuai dugaan Afka melemparkan putung rokok itu ke sembarang arah dan pergi seenaknya. Seperti sebelumnya.

"BERARTI LO UDAH BENAR-BENAR JATUH CINTA, BRO! " teriakan menggema Fran memenuhi telinga Afka yang sudah tersenyum sumringah. Dalam hati, Afka berkata terimakasih kepada Fran yang lagi-lagi menyadarkannya bahwa cinta masih ada untuknya. Dan ia, merasakannya.

'Yah, gue udah benar-benar jatuh cinta sama Ghirel. Gue, udah benar-benar luluh sama cewek bernama Ghirel Sananta yang dulu pengen gue luluhin.' batin Afka.

***

Langkah kakinya menelusuri setiap sudut sekolah mencari sosok yang ia rindukan meski baru sebentar berpisah. Dirasa tidak dapat menemukannya, ia memutuskan menuju lapangan basket guna melepas penat sebentar.

Namun, sepertinya tuhan sangat baik padanya karena berhasil menemukan gadisnya sedang terduduk di tengah lapangan basket sembari melempar bola ke arah ring basket berkali-kali. Senyum hangat terukir jelas di bibir Afka ketika melihat tingkah lucu Ghirel yang gagal memasukkan bola kedalam ring.

"Busing, kangen!" Afka memeluk Ghirel dari samping sembari menyembunyikan kepalanya di balik pundak Ghirel. Ia mengusapkan wajahnya di pundak Ghirel berkali-kali membuat Ghirel kegelian dan tertawa dibuatnya.

"Suruh siapa tiba-tiba keluar kelas seenaknya," ujar Ghirel tanpa ekspresi.

"Tadi tuh aku lost control kamu nya juga emosi, ntar malah ribut,"

Ghirel hanya berdeham pelan.

'Emosi? Gak tau aja karena kelakuan dia gue jadi jingkrak-jingkrak kesetanan.'batin Ghirel.

Ghirel senyum-senyum sendiri membuat Afka keheranan dan bertanya, "bayangin apa hayo...?"mengetahui Afka yang sudah menyadari tingkahnya membuat Ghirel memasang raut wajah datar secepat kilat.

"Hp kamu gak papa? tadi pas kamu marah di kelas dia ke banting," Ghirel berusaha mengalihkan topik pembicaraan berharap Afka lupa dengan ekspresi bodoh Ghirel tadi.

"Pakai hp satunya. Line aku di akun yang satunya ya," ujar Afka membuat Ghirel bernafas lega karena berhasil mengalihkan topik pembicaraan.

Lalu mereka menikmati sore berdua sembari berjalan menuju parkiran motor. Afka mengantarkan Ghirel ke halte depan sekolah. Namun, tanpa mereka sadari sepasang mata menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan tidak sukanya.