"Beserta dengan jenazah Ghirel yang sudah terbakar habis." Lanjut Vian.
Afka tak bisa menopang kakinya lagi. Dia jatuh di atas lantai dengan tubuh yang lemas. Tangannya tanpa sadar menutup kedua telinganya sendiri, berusaha untuk menulikan pendengarannya. Ini tidak benar. Apa yang Vian katakan pasti hanya halusinasinya.
Ini tidak benar...
Ini pasti salah...
Afka salah dengar...
Pikiran Afka terus berkecamuk. Pemuda itu seakan tengah bertengkar dengan dirinya sendiri karena tidak mau menerima kenyataan. Afka sadar dia tengah tidak mabuk atau halusinasi, akan tetapi dia terus menekan pikirannya sendiri dengan mengatakan bahwa dia sedang halusinasi.
"Gue halusinasi. Iya, karena Ghirel hilang sebulan, gue terus-terusan halusinasi. Gue halusinasi..." Afka menekan telinganya, berusaha untuk tidak mendengar bisikan yang tiba-tiba datang entah darimana. Dia berharap apa yang di dengarnya benar-benar sesuatu yang tak nyata.