Afka merasa tubuhnya meremang saat melihat Ghirel dengan pisau di tangannya. Sungguh, dia tidak menyangka Ghirel bisa sampai berbuat seperti ini. Istrinya seperti bukan Ghirel yang selama ini dia kenal.
"Jie? Taruh dulu pisaunya ya?" Afka tidak berani melakukan apapun saat Ghirel mulai mengarahkan pisau tersebut ke luka di tangannya.
"Sayang... please, kasih aku kesempatan untuk jelasin semuanya." Afka sangat gugup. Dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai Ghirel kenapa-napa sekarang.
Setetes darahpun tidak boleh menetes dari tubuh Ghirel. Melihat bekas luka di tubuh Ghirel saja berhasil membuatnya tersiksa, apalagi dia harus melihat Ghirel terluka di depannya dan karena dirinya? Afka tidak bisa.
"Jadi itu alasan kamu gak peduli sama aku lagi?" Ghirel terlihat sangat kecewa kepada Afka. Matanya menyiratkan marah dan kecewa secara bersamaan. Itu berhasil meremas hati Afka hingga terasa sakit.
"Ya Allah sayang, Bella hamil—"