Chapter 7 - Tujuh

Aku menggeliat dan mulai mengumpulkan kesadaranku ketika menyadari pintu balkon terbuka, udara dingin masuk ke kamarku. Setelah bangun aku mendekati balkon, aku melihat seseorang sedang berdiri dipinggir pagar pembatas. Aku mendekatinya, dia menyadari kedatanganku dan menoleh ke arahku.

"Pak Shin, sedang apa di sini?" Ujarku

"Selamat pagi Nana, kamu baru bangun ya?" Ujarnya tanpa membalas pertanyaanku.

"Bagaimana bisa kamu masuk ke kamarku dan ke sini?" Ujarku kesal karena dia tidak menjawab pertanyaanku.

"Ah sudah cepat sana mandi, nanti kita terlambat!" Ujarnya sambil mendorongku menuju kamar mandi.

Pagiku yang indah sudah diusik makhluk yang satu ini, menyebalkan. Dan tanpa kata aku pun langsung masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Setelah selesai mandi aku keluar untuk mengambil seragamku dan berganti pakaian. Namun aku masih mendapati Pak Shin di kamarku, dia duduk di tepi ranjangku. Suasana hatiku memburuk lagi karena dia tetapi aku melihat kamarku sudah rapi begitu juga dengan tempat tidurku. Karena penasaran aku bertanya padanya dan marahku hilang.

"Apa Pak Shin yang membereskan kamarku?" Ujarku

Dia mengangguk lalu tersenyum. Aku tidak mengucapkan terima kasih padanya tapi justru aku memintanya keluar dari kamarku.

"Bisakah keluar dari kamarku! Aku mau ganti pakaian! Tidak mungkin kan aku ganti di depanmu." Ujarku ketus

Dia tersenyum, ah senyumnya sangat menawan. Ah apa yang aku pikirkan.

"Baiklah aku akan keluar tapi panggil aku Oppa dulu. Aku kesal kau selalu memanggilku Pak Shin. Kau boleh memanggilku Pak Shin kalau di sekolah saja, arasseo!" Ujarnya menggodaku.

"Mwo, sireo! Cepat keluar dari kamarku atau aku paksa pergi?" Ujarku kesal

"Lakukan jika kamu bisa!" Ujarnya meledekku

Aku kehilangan kesabaranku. Aku mendekat kearahnya dan menarik tangannya. Ah sial, dia sama sekali tidak bergerak sedikitpun dari ranjangku yang ada malah aku yang tertarik ke arahnya. Jantungku berdetak kencang, dan jantungku hampir melompat keluar, namun dia malah tersenyum miring kepadaku. Bulu kudukku seketika berdiri, kemudian aku menarik diriku namun dia malah semakin memelukku.

"Panggil aku Oppa baru aku lepaskan dan keluar dari kamarmu!" Ujarnya menggodaku.

Pasti saat ini wajahku sudah seperti tomat, wajahku memanas. Aku memalingkan wajahku agar dia tidak bisa melihat rona merah diwajahku. Aku kalah dan terpaksa menuruti maunya di menyebalkan ini.

"Oppa." Ujarku lirih

"Mwo aku tidak dengar, lebih keras lagi!" Ujarnya

Dalam hati aku mengumpat, ingin ku cincang makhluk di hadapanku ini.

"Jun Young Oppa" Ujarku

Dia tersenyum puas lalu melepaskanku. Dia tersenyum kegirangan dan keluar dari kamarku. Oh Tuhan, akhirnya dia pergi jika tidak aku bisa pingsan di sini. Jujur saja aku tidak pernah dekat dengan banyak pria karena selama ini aku hanya fokus untuk belajar dan bermain dengan Na Ri saja. Jadi wajar saja aku tidak berpengalaman dengan situasi seperti tadi. Setelah mengumpulkan kesadaran aku kembali menyumpah serapah padanya kemudian segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Terdengar ibuku sudah memanggilku untuk segera turun dan sarapan. Tak lama aku turun dan bergabung dengan mereka untuk sarapan. Aku menghambiskan sarapanku dengan cepat kemudian berpamitan pada ayah dan ibuku. Pak Shin juga keluar mengikutiku di belakang. Aku duduk di jok bagian belakang karena aku masih malas dan tidak mau dekat-dekat dengannya.

"Kamu tidak mau pindah ke depan? Kamu pikir aku sopirmu apa. Aku ini tunanganmu, jadi pindahlah di samping Oppa Nana! Aku tidak menerima penolakan!" Ujarnya

Aku menatapnya sinis, dasar menyebalkan. Lagi-lagi dia membutaku menuruti kemauannya karena tatapan matanya membuatku takut dan seolah dia akan memakanku jika aku tidak menurutinya. Dengan kesal aku pun pindah ke depan tanpa mau menatapnya. Dia tersenyum puas karena menang dariku. Lalu kami meninggalkan rumahku menuju sekolah. Aku mengalihkan pandanganku kearah jendela, menyadari bahwa aku kesal padanya dia bertanya padaku apa aku marah. Tentu saja aku tidak menjawabkan karena jawabannya sudah jelas. Kemudian kami sampai di sekolah, aku segera keluar dari mobil dan berjalan lebih dulu. Beruntung aku bertemu Na Ri, Hyun Jong, dan juga Ji Tae jadi aku selamat dari Pak Shin. Kami berjalan bersama menuju kelas dan berpisah di depan kelasku karena kami tidak satu kelas. Tiba-tiba Na Ri bertanya padaku.

"Tadi aku melihatmu turun dari mobil Pak Shin, apa Pak Shin yang mengantar jemputmu?" Tanya Na Ri

Aku mengangguk. Tak lama pelajaran pun di mulai, satu persatu pelajaran telah berganti dan akhirnya jam istirahat tiba. Aku dan Na Ri berencana untuk ke kantin namun tiba-tiba ada sebuah pesan masuk.

"Aku tahu kamu masih marah padaku, maafkan aku. Jangan diamkan aku terlalu lama karena aku tidak tahan dengan itu. Temui aku sekarang di atap!" isi pesannya. Aku bedecak sebal, lagi-lagi dia mengaturku.

Lalu aku membalasnya "Aku tidak mau". Kemudian dia membalas lagi "Jika tidak mau maka aku akan ke kelasmu sekarang juga!" melihat pesannya aku jadi panik, apa kata teman-temanku jika dia datang ke kelasku. Dengan berlari aku segera ke atap karena takut dia akan nekat, dan aku meminta maaf pada Na Ri karena tidak bisa bersamanya ke kantin. Nafasku terengah-engah karena berlari ke atap, aku menemukan makhluk menyebalkan itu sudah duduk dan tersenyum ke arahku. Aku muak melihatnya tersenyum, lalu aku berjalan mendekatinya.

"Aku tahu kamu akan ke sini Nana." Ujarnya

"Ada apa, aku malas bertemu denganmu." Ujarku jujur

Dia kembali tersenyum dan menyodorkan es krim coklat strawberry kesukaanku serta sebatang coklat padaku. Jujur aku senang namun aku berpura-pura masih marah padanya.

"Apa ini?" Ujarku ketus

"Untukmu, sebagai permintaan maafku." Ujarnya

Aku tertawa sinis, dan berbalik ingin meninggalkan dia tanpa menerima pemberiannya. Dia berjalan mendekatiku dan meraih tanganku.

"Maafkan aku Nana, aku melakukan itu karena aku sayang padamu. Aku ingin hubungan kita lebih akrab." Ujarnya lembut

"Tapi aku tidak suka padamu Pak Shin." Ujarku datar

"Aku tahu kamu membenciku karena pertunangan kita. Tapi beri aku kesempatan untuk memperlakukanmu dengan baik sebagai tunanganku." Ujarnya memohon

Aku sedikit terharu dengan perkataannya, kemudian aku berkata bahwa aku memaafkannya. Lalu dia menyerahkan es krim dan coklat yang telah dia bawa untukku.

"Gomawo, cepat makan es krimmu ini sudah hampir meleleh." Ujarnya

"Arasseo" Ujarku

Lalu aku memakan es krim pemberiannya meski udara sangat dingin, karena aku tidak bisa menolak es krim kesukaanku ini. Dia duduk disampingku dan mengamatiku dan asyik memakan es krim. Aku menyadarinya.

"Apa kau mau Pak Shin?" Ujarku sambil menyodorkan sesendok es krim ke arahnya. Dia membuka mulutnya dengan senang hati.

"Jangan senang dulu, aku hanya tidak mau terkena flu sendirian karena memakan es krim di saat cuaca dingin seperti ini." Ujarku

Dia tersenyum lagi, sebenarnya dia sangat manis saat tersenyum. Pasti semua gadis akan jatuh cinta padanya ketika melihat senyumnya. Setelah es krimnya habis kami turun dari atap, dia memberikan syalnya dan memakaiannya padaku.

"Kamu hampir beku." Ujarnya

Aku hanya diam dan berjalan bersamanya ke arah kelas. Dia mau mengantarku sampai ke kelas namun aku menolaknya, aku tidak mau teman-temanku curiga dengan kedekatan kami. Dia pun mengalah dan pergi ke ruang guru. Na Ri menatapku penuh curiga karena aku membawa sebatang coklat. Karena setahunya aku tidak ke kantin, aku bilang bahwa aku diberikan coklat oleh seseorang tanpa menyebutkan siapa orang itu. Na Ri justru menebak bahwa Hyun Jong yang memberikanku coklat, aku hanya tersenyum. Kemudian jam pelajaran pun dimulai dan berlanjut sampai selesai. Namun setelah jam pelajaran selesai kami masih ada jam tambahan hingga malam karena mengingat akan ada latihan ujian. Aku merasa lapar setelah jam pelajaran selesai karena aku sudah melewatkan makan siang. Beruntung ada jeda untuk istirahat sebelum jam tambahan dimulai. Na Ri menemaniku ke kantin untuk makan, sedangkan dia hanya memesan minuman dan makanan ringan. Setelah selesai makan kami menuju kasir untuk membayar, namun kata penjaga kasir makanan kami sudah di bayar. Aku bertanya siapakah yang membayar makanan kami, kemudian penjaga kasir menunjuk seseorang di sudut kantin.

"Bukankah itu Pak Shin?" Ujar Na Ri

Aku tahu dia adalah Pak Shin. Tapi kenapa dia membayar makanan kami. Apa dia benar-benar ingin dekat denganku pikirku, aku kira dia hanya main-main. Na Ri mengajakku untuk mengucapkan terima kasih padanya, namun aku menolak dan berkata nanti saja aku yang berterima kasih padanya. Karena sebentar lagi istirahat akan selesai, jadi kami segera kembali ke kelas untuk mengikuti jam tambahan. Jam tambahan pun di mulai, guru menjelaskan materi kemudian memberikan soal-soal latihan kepada kami dan menyuruh kami mengerjakannya. Kami mengukiti jam tambahan sampai selesai. Aku dan Na Ri keluar kelas, kami berhenti ketika Pak Shin mendekati kami.

"Ayo kita pulang!" Ujarnya

Aku menatap Na Ri, dia hanya menatapku bingung.

"Bisakah kita juga mengantar Na Ri? Ini sudah malam untuk dia pulang sendiri?" Ujarku

Na Ri menatap ke arahku, tapi Pak Shin tidak keberatan dan menyetujui permintaanku. Dengan canggung Na Ri ikut pulang bersama kami.

"Sebenarnya aku bisa dijemput sopir, maaf merepotkan Pak Shin." Ujar Na Ri

"Tidak merepotkan kok, lagian kamu kan sahabat Nana jadi saya juga harus dekat dengan kamu." Ujar Pak Shin

Aku menoleh canggung ke arah Na Ri. Tak lama kami sampai di rumah Na Ri. Di turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih, aku melambaikan tanganku ke arah Na Ri.

"Kamu tidak lapar?" Ujarnya

"Aku lapar." Ujarku datar

Dia mengajakku untuk makan malam, namun aku bilang akan makan di rumah saja. Dia tidak keberatan, malam menunjukkan pukul 20.30. Aku sangat lelah, dan tertidur dalam perjalanan pulang. Pak Shin merapikan anak rambut yang jatuh di wajahku dan menatapku lembut. Dia membangunkanku saat sampai di rumah, kami turun dan di sambut oleh ibuku. Kemudian ibu langsung mengajak kami untuk makan malam, kebetulan juga aku sudah lapar. Kami berempat makan dalam diam, hanya sesekali ayah dan ibu bertanya pada kami terutama padaku mengenai sekolah. Setelah selesai makan aku beranjak ke kamarku untuk menyegarkan diri. Setelah mandi aku membaca catatanku sekilas kemudian bersiap untuk tidur.

Sekarang sudah pukul 23.45, aku sudah sangat mengantuk dan lelah. Ibu datang membawakanku segelas susu hangat dan aku meminumnya, setelah itu aku ke kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka. Aku menarik selimutku bersiap untuk tidur namun karena ponselku berdering aku menjawabnya terlebih dahulu.

"Yomseyo?" Ujarku

"Sudah mau tidur ya?" Ujarnya

"Nde Oppa." Ujarku

Tanpa sadar aku memanggilnya oppa, oh dia pasti sangat senang. Tapi aku tidak sadar karena sudah terlalu mengantuk dan tidur tanpa menutup teleponnya.

"Yomseyo, kamu sudah tidur ya? Selamat malam my dear Nana." Ujarnya menutup telepon karena menyadari bahwa aku tertidur.

Keesokan harinya aku melihatnya selalu tersenyum. Ada apa dengannya, apa dia sudah gila, batinku. Aku tidak memperdulikan dia dan segera masuk ke mobil. Dia melajukan mobil meninggalkan pekarangan rumahku untuk berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah aku turun dan berjalan menuju kelasku. Namun ditengah perjalanan aku bertemu dengan Hyun Jong.

"Pagi Nana." Ujarnya

"Ah pagi." Ujarku

Kemudian dia memberikanku sebuah bingkisan yang entah apa isinnya. Aku menerimanya dan bertanya apa itu.

"Ini novel untukmu, aku tahu kamu suka membaca novel. Kemarin aku ke toko buku dan melihatnya jadi aku membelinya. Tapi aku tidak tahu kamu akan suka atau tidak." Ujarnya

"Gomawo Hyun Jong, aku pasti akan membacanya." Ujarku sambil tersenyum.

Lalu kami berjalan menuju kelas dan berpisah di depan kelasku. Aku melihat Na Ri sudah duduk dibangku dengan headseat di telinganya. Dia melepaskan headsetnya dan menyapaku. Sepertinya dia akan menanyakan sesuatu padaku namun terlihat ragu-ragu. Setelah aku tanya dia bilang tidak ada apa-apa. Pelajaran pun dimulai dan selesai setelah jam tambahan usai. Aku dan Na Ri keluar kelas karena Na Ri sudah dijemput ayahnya jadi aku sendirian menunggu Pak Shin di parkiran. Aku terkejut ketika Hyun Jong menghampiriku dan mengajakku untuk pulang bersama. Aku bingung, namun akhirnya aku menerima tawarannya dan pulang bersamanya. Di perjalanan ponselku bergetar "Si Menyebalkan Calling" aku segera mengangkatnya.

"Kamu di mana kenapa tidak ada di sekolah?" Ujarnya. Sepertinya dia marah, ah aku lupa memberitahunya.

"Mian, aku sudah dalam perjalanan pulang. Jadi kamu pulanglah!" Ujarku

Dia tidak menanggapi perkataanku dan langsung menutup telepon. Aku merasa bersalah padanya, tapi aku juga merasa bahwa dia terlalu protektif padaku. Kemudian Hyun Jong bertanya padaku.

"Nuguya, seperti dia marah padamu. Apa karena aku?" Ujarnya

"Ah bukan siapa-siapa, tentu saja bukan!" Ujarku berbohong.

Hyun Jong percaya, syukurlah. Tak lama kami sampai di depan rumahku, aku turun dan berterima kasih padanya. Aku berjalan masuk ke halaman rumahku, namun aku melihat Pak Shin di depan mobilnya. Aku mendekatinya.

"Apa kamu menungguku tadi? Mian, aku lupa memberitahumu!" Ujarku takut dan menundukkan kepalaku.

"Kamu pulang bersama siapa? Apa dengan lelaki yang tadi pagi bersamamu di lorong itu?" Ujarnya

Aku terkejut, bagaimana dia bisa tahu. Aku mengangguk menanggapi pertanyaannya itu. Tiba-tiba dia memelukku, padahal aku takut dia akan marah padaku.

"Jangan terlalu dekat dengannya. Arasseo!" Ujarnya lembut

Samar-samar aku mengangguk dalam pelukannya. Apa aku membuatnya sedih, tapi aku tidak melakukan apapun padanya. Kemudian dia melepaskan pelukannya.

"Masuklah, jangan lupa makan dan jangan tidur malam-malam!" Ujarnya

"Apa kamu tidak ikut masuk?" Ujarku

"Tidak, aku sangat lelah hari ini. Titip salam buat paman dan bibi." Ujarnya

Aku mengangguk, kemudian dia masuk ke dalam mobilnya. Sebelum dia menyalakan mesin mobilnya aku memanggilnya.

"Oppa." Ujarku

"Nde." Ujarnya tidak percaya.

"Hati-hati di jalan, selamat malam." Ujarku

Dia tersenyum kemudian melajukan mobilnya dan melambaikan tangannya kearahku. Ah, aku pasti sudah gila memanggilnya oppa. Tapi aku lega itu membuatnya tidak sedih lagi. Aku sangat bingung dengan perasaanku, aku lebih suka melihatnya marah padaku ataupun tersenyum. Baru kali ini aku melihatnya sedih dan itu membuatku terluka tanpa aku sadari. Apa aku mulai menyukainya, entahlah.