Pagi ini suasana hatiku tidak sebaik biasanya, karena mau tidak mau aku harus berangkat dan pulang bersama guru baru itu. Kami baru saja kenal kemarin tapi apa ini, semua tidak masuk dalam logikaku. Secara tidak langsung kebebasanku terenggut, aku tidak bisa jalan dengan Na Ri setelah sekolah. Ya mungkin masih bisa jika Pak Shin ini berbaik hati membiarkan aku pulang sendiri. Suara ibu sudah memintaku untuk segera turun, aku turun dan sarapan bersama dengan ayah dan ibu. Ditengah-tengah suasana sarapan tiba-tiba seseorang memencet bel, ibu memintaku untuk membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah Pak Shin, aku sudah sangat sebal karena sepagi ini sudah melihatnya. Aku mempersilakan dia duduk dan kembali ke meja makan. Aku mengatakan bahwa Pak Shin yang datang kemudian ibu memintaku lagi untuk mengajaknya ikut sarapan bersama. Dengan berat hati aku menghampiri Pak Shin dan memintanya untuk ikut sarapan bersama kami. Awalnya dia menolak dan aku memaksanya karena kalau tidak aku yang kena imbasnya.
"Ikut saja Pak, kalau tidak Ibu akan marah padaku." Ujarku jujur.
Kemudian dia mengikutiku menuju ruang makan. Dan duduk di sebelah kursiku. Hem ngapain duduk di sebelahku sih." Ujarku dalam hati. Sebenarnya aku tidak membenci Pak Shin, tapi gara-gara dia mau menuruti ayah untuk mengantar jemputku aku jadi sebal padanya. Ayah dan ibu menyambutnya dengan ramah dan memintanya sarapan. Pagi ini mood ku benar-benar sudah hancur. Aku hanya diam saja, ternyata ayah dan ibu menyadari ketidaksukaanku.
" Sayang kenapa cemberut gitu?" Ujar Ibu
" Ah nggak bu, Nana baik-baik saja" Ujarku
" Oh iya sekarang umurmu berapa Jun Young?" Tanya Ayah
" Tahun ini 24 tahun, paman" Ujar Pak Shin
" Oh berarti selisih 6 tahun dari Nana. Kalau begitu Nana adalah adikmu." Ujar Ayah
Apa-apam sih ayah yang benar saja, mana mungkin Pak Shin jadi kakakku. Aku senang menjadi anak tunggal. Ujarku dalam hati
" Ah Nde" Ujar Pak Shin
" Kalau begitu Nana, kamu harus memanggil Jun Young Oppa" Ujar Ibu
Ah ibu, membuatku kena serangan jantung saja. Apa Oppa? Bahkan dia terlihat seperti Ahjussi bagiku. Rutukku dalam hati
" Saya rasa itu bagus, bibi" Ujar Pak Shin
Aku benar-benar hampir kena serangan jantung dibuatnya. Apa semua ini, aku harap ini mimpi. Tuhan cobaan apalagi ini. Ujarku dalam hati. Aku tersenyum dengan terpaksa dan kembali diam. Setelah selesai sarapan aku pamit kepada ayah dan ibu di susul Pak Shin. Dia membukakan pintu mobil untukku namun aku memilih duduk di kursi belakang. Aku tidak nyaman harus duduk di sebelahnya. Dia tidak protes dan hanya tersenyum, mungkin dia menyadari bahwa aku sedang marah. Di perjalanan kami hanya diam, aku malas berbicara padanya. Dia sudah mebuatku kesal dua kali. Pertama saat dia mau mengantar jemputku, kedua dia setuju aku memanggilnya Oppa. Wah, baru kenal dua hari sudah membuat tekanan darahku naik. Aku melihat Na Ri sudah menungguku seperti biasa, dan aku meminta Pak Shin menurunkanku di halte bus depan sekolah. Aku tidak mau ada yang melihatku berangkat bersamanya.
" Pak Shin, tolong turun saya di halte itu saja" Ujarku
" Kenapa? Itukan masih jauh dari sekolah" Ujarnya
" Kwencanayo, teman saya sudah menunggu" Ujarku
" Baiklah, oh iya jangan panggil aku Pak Shin jika di luar sekolah. Panggil oppa saja!" Ujarnya
Aku tidak menanggapi perkataannya dan segera turun setelah mobilnya berhenti. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih. Segera aku berlari menghampiri Na Ri. Terlihat mobil Pak Shin sudah melewati kami. Sesampainya di kelas aku bercerita pada Na Ri bahwa aku sekarang diantar jemput namun aku hanya bilang diantar jemput sopir. Tidak mungkin aku bilang diantar jemput Pak Shin kan. Pelajaran dimulai, aku harus fokus karena ini adalah tahun terakhirku dan aku harus segera lulus. Seperti biasa kami menghabiskan waktu istirahat di kantin dengan berbagai macam obrolan, aku dan Na Ri sudah seperti saudara jadi apapun kami ceritakan. Termasuk Na Ri yang diam-diam naksih anak kelas sebelah, aku selalu menggoda Na Ri karena itu. Na Ri terlihat sangat malu kalau aku goda. Tiba-tiba Hyun Jong datang menghampiri kami dan ikut bergabung dengan kami, dia juga membawa temannya yang ternyata adalah cowok yang disukai Na Ri. Wah kebetulan yang luar biasa. Semenjak bertemu di bus waktu itu Hyun Jong selalu datang dan mencoba berteman dengan kami. Awalnya aku tidak nyaman, namun karena dia bersama cowok yang disukai Na Ri dan mebuat Na Ri senang ya aku menerimanya.
Seperti hari ini, dia mengajakku pulang bersama. Tentu saja aku menolaknya dan bilang bahwa mulai sekarang aku diantar jemput, dia memahaminya. Kemudian dia meminta nomor Hp ku, aku berpikir sejenak kemudian memberikan nomorku. Kebetulan Na Ri sudah pulang bersama Ji Tae tadi jadi sekarang tinggal aku dan Hyun Jong. Dia berniat menemaniku sampai ada yang datag menjemputku, namun aku menyuruhkan untuk segera pulang. Tidak mungkin aku membiarkan dia tahu kalau Pak Shin yang menjemputku. Dengan susah payah akhirnya Hyun Jong sudah naik bus, aku selamat. Aku menunggu Pak Shin di halte yang tadi pagi. Tetapi kenapa Pak Shin lama sekali, aku sudah menunggunya hampir tiga puluh menit. Apakah dia masih ada urusan pikirku. Ah kenapa aku tadi tidak meminta nomornya ya, kan kalau punya nomornya nggak repot kayak gini. Apa aku harus pulang duluan, aku bingung tapi akhirnya aku memilih menunggunya. Aku duduk di halte sambil mengeratkan jaketku, udara semakin dingin. Aku sangat lelah dan akhirnya tertidur karena sudah bosan menunggu.
Aku bangun dan mendapati telah berada di kamarku, aku mencoba mengingat. Seingatku aku tertidur di halte karena bosan menunggu Pak Shin sangat lama, tapi kenapa sekarang aku sudah di kamar. Aku segera bangun dan mencari ibu. Ibu tahu kebingunganku dan menceritakan padaku bahwa Pak Shin yang mengantarku pulang dan menidurkanku di kamarku. Wah daebak, apa-apaan ini. Aku marah karena dia terlambat dan seenaknya menggendongku, lebih baik membangunkan aku kan. Aku bercerita pada ibu bahwa Pak Shin telat tadi, dan meminta ibu untuk tidak memintanya menjemputku lagi. Namun ibu malah tertawa, apa ada yang lucu aku rasa tidak
" Tadi Jun Young sudah bilang ke ibu kalau dia ada rapat guru jadi lama dank arena tidak memiliki nomor hp mu jadi dia tidak bisa menghubungimu. Kenapa kalian tidak bertukar nomor hp?" Tanya ibu
" Ah ibu, aku sangat tidak supa padanya. Jadi mulai besok aku diantar sopir saja ya" Ujarku
" Kalau itu ibu tidak bisa, itu permintaan ayahmu" Ujar Ibu
Aku sudah frustasi, kemudian ibu menyuruhku cepat mandi dan segera makan malam. Tentu aku menuruti ibuku. Setelah mandi aku secara turun dan makan malam bersama ayah dan ibu.
" Bagaimana Jun Young menurutmu?" Ujar Ayah
" Ah, aku tidak suka padanya yah." Ujarku jujur
" Nanti juga akan suka, dia kan oppamu Kim Nana" Ujar Ibu
" Wah, bagaimana bisa dia oppaku. Aku punya oppa sendiri yang jauh lebih baik darinya" Ujarku
" Arasseo, ibu tahu pasti dia oppa di grup idol itu kan?" Ujar Ibu
Aku tersenyum karena perkataan ibu tidak salah. Kenapa lagi-lagi yang dibahas adalah Pak Shin, aku sedikit penasaran dan bertanya siapa sebenarnya Pak Shin itu dan kenapa bisa kenal ayah dan ibu. Ayah menjelaskan bahwa Pak Shin adalah putra dari teman ayah dan sudah kenal lama dengannya. Sekarang aku baru tahu, kenapa Pak Shin bisa akrab dengan orang tuaku. Namun aneh karena kau sama sekali tidak mengenal Pak Shin sebelumnya bahkan tidak pernah bertemu dengannya. Ayah menjelaskan, bahwa Pak Shin sudah lama tinggal di Amerika dan baru saja kembali satu minggu yang lalu. Oh pantas saja, akhirnya aku mengerti.
Setelah selesai makan malam aku kembali ke kamar dan membaca beberapa catatan. Karena mulai minggu depan akan diadakan latihan-latihan ujian. Ya aku memang tergolong siswa yang rajin dan prestasi akademikku juga bagus. Tiba-tiba ponselku bordering namun nomor baru, aku tidak tahu siapa itu dan menjawabnya.
"Yeomseo?" Ujarku
" Naya Jun Young Oppa. Oppamu " Ujarnya
Ternyata Pak Shin, dia pasti mendapat nomorku dari ibu wah benra-benar. Bagaimana bisa dia menyebut dirinya oppaku, membuatku semakin bête padanya. Dia bilang padaku untuk mengumpulkan data yang dia minta besok pagi, ya aku mengiyakannya. Kemudian dia memintaku untuk menyimpan nomornya, aku tidak menjawab dan langsung mematikan telponnya. Biarkan saja dia pikir aku siswa yang tidak sopan, karena aku sudah muak dengannya lagian ini di luar sekolah pikirku. Ponselku kembali bordering lagi-lagi nomor baru, aku pikir itu Pak Shin jadi aku langsung marah-marah dan bilang bahwa dia menggangguku yang sedang belajar. Aku terkejut ternyata bukan Pak Shin melainkan Hyun Jong. Aku meminta maaf padanya, untung dia mau memaafkan aku.
" Hari Sabtu ini kamu ada acara nggak?" Tanya Hyun Jong
" Ah tidak, kenapa?" Tanyaku
" Aku ingin mengajakmu nonton. Mau nggak Na?" Ujarnya
Aku berpikir sejenak
" Oke, tapi aku ngajak Nari dan kamu ngajak Ji Tae ya!" Ujarku
" Baiklah, kalau begitu sampai jumpa hari sabtu. Nanti kirimin alamatmu biar aku jemput" Ujarnya
" Ah tidak usah, aku bisa pergi sendiri" Ujarku
" Tidak apa-apa, jangan lupa kirimin ya! Selamat malam Kim Nana!" Ujarnya kemudian mematikan telepon
Terpaksa aku mengiriminya alamat rumahku, kemudian memberitahu Na Ri bahwa hari sabtu Hyun Jong mengajak nonton. Nari senang karena Ji Tae juga ikut, selama ada Na Ri aku senang. Karena sudah pukul 11 malam aku bersiap tidur. Disaat aku ingin menutup mata aku melihat ada pesan masuk dari Pak Shin, dia mengucapkan selamat malam. Aku hanya membacanya tanpa berniat membalasnya. Kemudian aku memasuki dunia mimpiku yang damai.