Kening Redita mengerut haru lalu mengangguk cepat. Ia tak sanggup menahan air mata yang seketika mengalir dari kedua sudut matanya. Antony memandangnya dengan tatapan tidak percaya.
"Benarkah?" Antony ikut megerutkan keningnya. Raut sedih sekaligus bahagia terpancar di wajahnya yang tampan.
"Iya, kali ini aku yakin alat testpack itu tidak salah. Ternyata aku sudah telat dua minggu, An." Redita kembali menganggukkan kepalanya.
"Ya ampun! Apa aku sedang bermimpi?" Antony menampar pipinya dengan keras dan ia langsung merasakan sakit. "Ini bukan mimpi," katanya seraya tertawa bahagia seperti orang gila.
Antony memeluk Redita. Menyentuh wajahnya yang cantik. Tanpa basa-basi menciumnya dengan gerakan lembut. "Aku sangat mencintaimu, Sayang," katanya di sela-sela ciumannya yang menggelora. Kebahagiaannya tidak bisa dibendung lagi.
"Aku juga mencintaimu, Sayang," ucap wanita itu mesra. Membalas pagutan Antony tak kalah bersemangat.