"Sayang, kamu temani Kakakmu. Aku akan ke dalam berbicara dengan Martin," ujar Antony berbisik di telinga Redita.
"Iya, Sayang," sahut Redita mengangguk.
Antony beringsut menuju ruang intensif meninggalkan Redita dan Venda. Ia tahu situasinya. Air muka Venda masih menunjukkan kemarahan dan kekecewaan saat menatap Martin. Bahkan Antony juga tahu Merlin dan Elena merasakan hal yang sama dengan menantunya saat mengetahui peristiwa yang telah terjadi di belakang mereka. Hanya orang yang tidak memiliki hati yang tidak merasakan apa-apa. Pembunuh Judy ada di depan mata mereka. Namun berbeda dengan Antony dan Redita yang telah memaafkan Martin. Mereka ingin berdamai dengan keadaan.
"Kak Venda ...." Redita memanggil Venda dengan suara lirih. Wanita itu berjalan menghampirinya. Tanpa banyak kata-kata, ia memeluk Venda dengan erat.
Venda memejam penuh. Air matanya tumpah seketika. Teringat kembali bagaimana ia menyaksikan Judy yang bersimbah darah di depannya.