Tidak sedetik pun Antony melepaskan tangannya dari tautan tangan Redita. Ia terus menggenggamnya sangat erat. Aron mengikuti langkah cepat mereka dari belakang. Tubuhnya yang tambun tidak memungkinkan ia untuk menyusul kecepatan lari Antony dan Redita.
Jalan gelap hutan rimbun tak membuat mereka patah arang. Ketiganya terus berlari cepat karena yakin sekali kalau Edward tidak akan melepaskan buruannya hingga titik darah penghabisan.
"Antony! Nyonya!" teriak Aron yang memanggil dengan terengah-engah. Tangannya mengayun berusaha memberitahu kalau ia sangat lelah hingga terpaksa menghentikan laju larinya.
Antony memperlambat laju larinya, lalu lama kelamaan menghentikannya. Redita menoleh ke arahnya heran. "Ada apa?"