"Maafkan aku, Red. Sungguh aku tidak sadar telah melakukan hal itu dan malah membuatmu kesal." Antony menundukkan kepalanya, merasa sangat bersalah.
"Ya, sudah. Intinya aku tidak ingin melihatmu seperti itu lagi." Redita memutar kepalanya kembali menatap cermin di depannya. Antony masih berdiri di belakang sang Nona, tidak berkata apa-apa. Memperhatikan wanitanya berdandan dengan sangat lihai di depan cermin besar itu.
Selang beberapa waktu kemudian, Antony berkata, "Lebih baik aku segera ke bawah bergabung dengan Ayah dan ibumu." Antony bergegas memutar tubuhnya, tapi tiba-tiba Redita bangkit dari duduknya dan memanggil pria tampan itu.
"An ...."
Antony berbalik arah memandang Redita. "Ada apa?"
"Aku lupa. Mengapa kamu bisa mendapatkan luka itu?" tunjuk Redita pada salah satu sudut bibir Antony.
Antony mendengus kemudian tersenyum. "Kamu ingat dengan pria bernama Arthur?"