Lama panggilan itu tidak juga diangkat. Akhirnya terdengar suara Redita dalam sambungan telepon. "Dita, kamu di mana? Mengapa tidak juga turun ke sini?"
"Iya, Ma. Aku akan ke bawah bersama Antony. Dia baru saja menjemputku di luar pintu." Redita berbohong dengan suara paraunya.
"Suaramu berbeda. Kamu kenapa? Habis menangis? Antony menyakitimu, ya?!" Beberapa pertanyaan dilontarkan Elena secara bertubi-tubi. Ia sangat mengenal suara serak sang putri yang habis menangis itu.
"Ti-tidak, Ma. Aku tidak apa-apa." Kembali, ia berbohong. Kebohongan tipis dari mulutnya.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam saat Martin hendak meninggalkan kamar Aron di mansion mafia. Ya, pria tambun itu sudah pulang dari rumah sakit dan Martin baru saja mengantar ia ke dalam kamarnya.
"Martin …," panggil Aron.
Martin sontak memutar kepalanya, menoleh ke arah sahabatnya itu. "Ada apa?"
