Antony menciumnya terus hingga turun pada leher jenjang wanita itu. Dia terus memainkan bibirnya mengabsen tiap jengkal kulit lembut sang Nona. Instingnya sebagai pria normal menuntun Antony merayakan kisah kasih yang baru terjalin di antara mereka. Perlahan membuka kancing depan blus Redita satu demi satu.
"An, apa kamu akan melakukannya?" Tiba-tiba Redita menatapnya dengan cemas. Rasanya ia belum siap. Mungkin jika hanya saling mencumbu, ia belum merasakan traumanya. Namun, ia tidak yakin bila Antony menjajah tubuhnya. Jantungnya terus berdebar kencang dan ia takut akan gelisah sendiri.
Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Antony seketika berhenti melepaskan kancing depan blus sang Nona. Dia kembali mengaitkannya lalu menatap Redita dengan rasa bersalah.
"Maaf, maafkan aku, Red! Aku melupakan hal itu." Dada bidangnya terlihat turun naik, bernapas dengan tidak teratur. Antony lalu membalik tubuhnya, mencoba menenangkan hasratnya yang menggebu.