Martin memandang wajah kedua anak, istri, dan ibu mertuanya dengan mata sedikit berkaca-kaca. Dia merasa tidak tega meninggalkan keluarganya di Highland, sedangkan ia harus kembali ke Legiland.
Satu per satu Martin menatap mereka. Raymond, anak pertamanya yang lahir saat ia tidak ada karena harus bertugas dalam transaksi narkoba organisasinya.
"Nak, kamu adalah anak sulung Papa. Papa minta tolong untuk kamu menjaga Mamamu di sini," ucapnya kepada anak berusia lima belas tahun itu.
"Iya, Papa. Tolong cepat kembali lagi ke sini. Aku dan Welly sangat merindukan Papa. Mengapa Papa harus cepat pulang?" Wajah Raymond terlihat sangat sedih. Air mata di kedua sudut matanya mulai mengalir deras menjadikan Martin sedikit bersalah.
Martin merunduk, mengulurkan ibu jarinya, dan menyeka air mata sang anak sulung. Dia memandang sangat dekat wajah anak laki-laki yang sangat mirip dengannya itu.