Chereads / Menikahi Putri Mafia / Chapter 29 - Makan Siang Bersama

Chapter 29 - Makan Siang Bersama

Redita melirik Martin yang sedang menyetir mobilnya. Siang itu Redita memang berjanji akan makan siang dengan Radit. Namun, Merlin tidak mengizinkannya untuk pergi sendiri saja seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Walaupun tidak terjadi hal yang buruk, Merlin tetap berjaga-jaga. Dia sangat takut putri bungsunya itu mengalami hal yang sama seperti Venda—menantunya.

"Martin, apa kau tidak kasihan dengan ayahku?" tanya Redita membuka pembicaraan.

"Kasihan dalam hal apa, Nona?" Martin balik bertanya.

"Kau pindah mengawalku dan jadi tidak bisa mengawal ayah di kantor." Redita memandang serius pelipis wajah Martin sedangkan pria itu tetap fokus pada kemudinya.

"Ada Andrew yang menemani. Saya rasa cukup dengan kehadirannya mengingat Tuan Martin sangat jago membela diri dan menggunakan senjata," sahut Martin. "Apa Nona keberatan kalau saya menjadi pengganti Antony?"

"Tidak. Bukan begitu maksudku. Sebenarnya aku sangat menghormati kalian. Hanya saja jika kalian terlalu mencampuri pekerjaan kalian dengan urusan pribadiku, aku sedikit keberatan. Kau tahu kalau aku juga memiliki kehidupan pribadi," jelas Redita.

"Kami hanya melakukan tugas. Layaknya manusia normal, kami pun memiliki kehidupan pribadi. Saya meninggalkan istri dan anak saya di Highland untuk menjalankan profesi ini. Bahkan saat istri saya melahirkan anak pertama kami lima belas tahun yang lalu, saya meninggalkannya karena bertugas bersama Antony dalam transaksi obat-obatan terlarang di Greenville," jelas Martin.

Redita bernapas panjang tidak mampu berkata apa-apa. Martin menoleh sebentar ke arah Redita. "Saya bisa menunggu di luar restoran jika Nona keberatan saya mengawasi Anda di dalam," kata Martin tiba-tiba.

"Benarkah?" Mata Redita tiba-tiba berbinar.

"Iya. Saya akan maklum terhadap orang yang sedang kasmaran. Saya tidak ingin nasib Nona seperti Antony yang dicampakkan oleh kekasihnya." Martin tiba-tiba terkekeh. Dia membuka pembicaraan tentang Antony yang belum lama ia dengar dari Aron. Ternyata mafia juga suka bergosip. Kali ini Aron yang menjadi biang gosipnya. Keduanya tiba-tiba doyan membicarakan kehidupan pribadi Antony.

"Antony?" Redita terkejut. Pasalnya dia tidak pernah tahu kalau mantan pengawalnya itu mempunyai kekasih.

"Iya. Katanya putus dengan kekasihnya. Saya rasa karena dia seorang workaholic sejati. Nyatanya beberapa bulan ini dia tidak mengambil jatah libur sama sekali," timpal Martin dengan mulut mengerucut.

"Ah ya .... Antony tidak pernah berbicara mengenai kehidupan pribadinya kepadaku. Jadi aku tidak tahu sama sekali mengenai kehidupan pribadinya. Aku hanya tahu kalau kami bersaudara jauh." Redita terlihat sedikit menyesal. Selama ini tidak pernah tahu menahu mengenai Antony. Padahal pria itu sudah bertugas dengan sangat baik.

"Ya, tidak ada yang salah mengenai hal itu. Nona Redita tidak diwajibkan untuk mengetahui latar belakang kami, bukan?"

"Iya, Martin," pungkas Redita.

Setelah pembicaraan itu, mereka pun sama-sama terdiam. Martin mempercepat laju kendaraannya. Membelok ke jalan St. Hill A110 menuju Like Fudy Restaurant. Dua puluh menit kemudian, Martin sudah memarkirkan kendaraannya di halaman parkir Like Fudy Restaurant.

Redita turun dari mobil. Blouse panjang berwarna coklat muda yang ia pakai melambai diterpa angin yang sedikit kencang. Begitupun rambut kadrunya yang sedikit berantakan karena ia membiarkannya tergerai.

"Kau tunggu aku di tempat itu, Martin." Redita menunjuk sebuah tempat di mana adalah ruang khusus untuk para perokok di luar bangunan restoran.

"Ya, Nona," jawab Martin patuh.

Redita pun berjalan anggun memasuki ruangan restoran yang lumayan ramai pada hari biasa itu. Restoran itu ramai karena yang ia dengar makanannya cukup enak dan tempatnya sangat cocok untuk anak muda yang sekadar ingin kongko bersama teman-teman.

Pandangan Redita berkeliling. Radit sudah duduk di sebuah meja yang terletak di dekat dinding kaca. Segera, wanita itu melangkah mendekati sang kekasih yang memburaikan senyuman kepadanya.

"Sudah lama?" tanya Redita. Radit segera berdiri dan menarik kursi untuk Redita. "Terima kasih, Sayang."

"You are welcome. Aku juga baru sampai. Kamu bersama Antony?" tanya Radit melongok ke kanan dan kirinya mencari pengawal Redita itu.

"Tidak. Sekarang pengawalku adalah Martin. Antony sedang berada di Greenville."

"Greenville? Untuk apa?" Radit meraih punggung tangan Redita dan mengecupnya. Dia lalu menyamankan duduknya kembali di hadapan wanita itu.

"Beberapa waktu lalu, kedua kakakku diserang orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kasihan sekali padahal mereka sedang berbulan madu. Aku yakin kalau mereka adalah salah satu musuh ayah." Redita bercerita.

"Ayahmu punya banyak musuh rupanya. Jangan-jangan yang menyerangmu di reuni juga musuh ayahmu? Kamu harus berhati-hati, Sayang," Radit memancarkan air muka khawatir.

"Sepertinya, tapi tenang saja para mafia anak buah ayah sangat terlatih. Kamu juga harus tahu kalau aku pun bisa berkelahi." Redita tersenyum.

"Ya, aku tahu kok. Saat sekolah, kamu pernah dibully sebagai anak mafia dan kamu bisa membela dirimu sendiri. Aku yang tadinya ingin menolongmu rasanya jadi tidak berguna," sahut Radit. Tangannya terulur merapikan rambut Redita yang menjuntai ke depan. Dia lalu menyelipkannya di belakang telinga gadis itu.

"Ya, dan pengawalku saat itu tidak kuizinkan ikut campur. Aku melawan mereka sendiri dengan kekuatanku. Saat di mansion, ayah memarahiku habis-habisan," cerita Redita terkenang masa sekolahnya.

"Kamu wanita yang kuat," ucap Radit memandang Redita dengan lembut.

"Ya, dan aku beruntung mendapatkanmu, Sayang," sahut Redita balas memandang lembut.

Tiba-tiba ponsel Radit berbunyi. Seseorang memanggilnya. Kekasih Redita itu menatap wajah cantik di depannya lalu berdiri.

"Aku terima telepon dulu. Kamu bisa memesan makanannya lebih dulu, Sayang."

Redita mengangguk. Pria itu lalu membalik badannya pergi beberapa langkah menjauh dari meja mereka. Entah menerima telepon dari siapa. Redita pun tidak memedulikannya. Wanita itu segera meraih buku menu dan melihat-lihat makanan dan minuman yang tersedia di sana.

Ponsel yang berada di dalam tas tangan pemberian Antony tiba-tiba saja berbunyi. Sebuah pesan masuk ke dalamnya. Pesan dari Antony.

Antony : Saya sudah sampai di kediaman Dokter George.

Redita hanya memandang pesan itu cukup lama. Dia menaruh jarinya di keyboard, mengetik balasan tapi dihapusnya lagi. Sampai-sampai tidak sadar seorang pelayan restoran mendatanginya.

"Sudah memutuskan pesan apa, Nona?" tanya pelayan itu ramah.

Redita bernapas panjang. Segera menaruh ponselnya kembali ke dalam tas berwarna birunya. "Steak salmon with mushroom sauce dan orange juice dua, ya."

Pelayan itu pun mencatat pesanan Redita. Tidak lama ia pun membalik tubuhnya pergi meninggalkan Redita. Lima menit kemudian Radit selesai menerima panggilan dan menghampiri wanitanya.

"Maaf lama. Kamu sudah pesan, Sayang?" tanyanya.

"Iya. Aku pesan steak salmon. Apa kamu suka?" Redita balik bertanya dengan mata berbinar.

"Apapun yang kamu pilihkan, aku menyukainya," sahut Radit. "Besok aku akan ke kantormu. Meeting dengan ayahmu. Aku ingin mengajukan proposal kerja sama proyek properti di utara kota Little Heaven. Kamu bisa membantuku agar proyek ini goal?" pinta Radit tiba-tiba.

"Nanti kucoba ya, Sayang," sahut Redita tersenyum manis.

"Terima kasih, Sayang. Kamu yang terbaik." Tangan Radit terulur membelai lembut pipi sang kekasih. Pria yang dicintainya meminta bantuan. Tentu saja Redita akan membantunya, bukan?