Venda terdiam. Dia melangkah duduk di samping adik iparnya. Tangannya bertopang dagu memperhatikan Redita yang menatap layar laptopnya dengan serius.
"Bagaimana rasanya menjadi seorang pengajar?" tanyanya tiba-tiba.
Redita mengalihkan perhatiannya. Memandang heran pertanyaan kakak iparnya itu. "Menyenangkan," jawabnya singkat lalu kembali mengarahkan pandangannya ke arah laptop.
"Aku sangat iri kepadamu. Dari dulu, sebenarnya aku ingin sekali bekerja, tapi kedua orang tuaku tidak sekalipun mengizinkannya. Bahkan, Judy juga melakukan hal yang sama. Ilmu yang kuperoleh di bangku kuliah pun akhirnya tidak terpakai," jelas Venda sedikit sedih.
"Ilmu Kakak akan berguna untuk mendidik calon keponakan-keponakanku nantinya," hibur Redita seraya mengusap pelan bahu Venda.
"He-em. Aku sudah telat seminggu lebih, tapi sangat takut untuk memeriksakannya," sahut Venda santai.
"Woah! Kakak pasti hamil. Apa Kak Judy sudah tahu?!" Pandangan Redita sontak terkejut mengarah kepada Venda.