Suasana di ambang pintu kamar Redita menjadi hening, sangat aneh. Keduanya tampak salah tingkah. Terdiam cukup lama dengan mata saling memandang penuh arti.
"Silakan, Nona." Antony memecah keheningan. Membuka jalan mempersilakan Redita untuk melangkah lebih dahulu.
"Eh-um-oke ... terima kasih, Antony," jawab Redita tampak salah tingkah. Namun, wanita itu segera meneruskan langkahnya berjalan menuju ruang makan.
Antony menyengir tidak mengerti harus berkata apa. Dia berjalan mengekor Redita dari belakang. Memandang punggungnya dengan jantung yang terus berdebar kencang. Pria itu cepat-cepat mengalihkan pandangannya, sebelum ia berpikiran yang tidak-tidak kepada putri Merlin tersebut.
Antony menarik kursi makan mempersilakan Redita untuk duduk. Wanita itu menoleh, mengucapkan terima kasih kepada Antony dan segera dibalas anggukan seraya senyuman kecil di wajahnya.