Redita duduk di meja makan. Menatap lurus kepada Antony yang sedang mempersiapkan secangkir minuman hangat untuknya karena wanita itu menolak meminum obat penenangnya. Dia merasa tidak membutuhkannya saat ini.
Secangkir teh lemon hangat diletakkan oleh Antony di atas meja. Perlahan Redita meraih cangkirnya dan langsung meminumnya. Pucat pada wajahnya berangsur-angsur menghilang, tapi sakit kepala tiba-tiba saja muncul walau belum terasa begitu mengganggu bagi wanita itu. Dia membiarkannya begitu saja. Pandangannya mengarah kepada Antony, menatap sang suami sambil mengusap kasar wajahnya dengan tangannya yang kurus.
"Antony, apa aku berlebihan? Setiap mendengar kabar dan mengingat hal yang berhubungan dengan Edward, aku pasti merasakan kecemasan. Entah itu kecemasan dengan tingkat yang paling rendah atau kecemasan dengan tingkat yang paling tinggi." Pandangan wanita itu terlihat sangat bersalah kepada sang suami.