"Bersabarlah. Nona pasti akan datang. Kau terlihat sangat gelisah. Aku sampai tidak bisa mengenalimu saat ini. Mafia kuat yang menjadi bucin sebucinnya karena akan menikah." Aron terkekeh.
"Ck! Ini serius, Ron. Mengapa Nona belum juga datang padahal sudah jam segini?!" Antony mengembuskan napas berat. "Astaga! Aku bisa gila menunggunya." Antony mengusap wajahnya kasar.
Aron terus terkekeh. Dia menepuk bahu Antony beberapa kali. "Sebaiknya, kau menghilangkan rasa tegangmu, atau kau tidak akan lancar mengucap janji suci pernikahan di depan pria itu," kata Aron mengingatkan. Bibirnya menunjuk seorang pria paruh baya yang akan menikahkan kedua insan itu.
Antony menggigit bibirnya cemas. Dia memikirkan perkataan Aron sesaat dan menyadari kalau perkataan sahabatnya itu ada benarnya. Pria itu tiba-tiba saja berkata, "Baiklah, kalau begitu aku akan menjemput Redita!" ucapnya semringah.