Antony sedang duduk di meja kerjanya. Pandangan matanya menatap lurus pada laptop di hadapannya. Berkali-kali ia harus menarik dan menghela napas panjang. Pria itu tidak bisa berkonsentrasi. Wajah Redita selalu mengganggunya. Bahkan pada saat ini.
Beberapa laporan dan proposal harus dibacanya berkali-kali. Wajah Redita tampak menghalangi pandangannya pada layar laptop. Entah mengapa yang tergambar hanya saat wanita itu meminta ciuman darinya. Bibir merahnya yang ranum selalu menggoda Antony. Berkali-kali pula ia harus menenangkan organ pribadinya yang sedikit menegang tidak jelas.
"Haish! Apa yang terjadi kepadaku? Mengapa dirinya selalu menggoda di saat aku ingin serius belajar!" gumamnya kesal.
Dia menghela napasnya kembali. Mencoba untuk tenang. "Mengapa pula Tuan Merlin menyuruhku belajar di saat pernikahan kami sudah di depan mata dan akan terlaksana empat puluh delapan jam lagi," gerutunya.
"Aku tidak tahan!" ucapnya. Antony segera meraih ponselnya dan menghubungi Redita.