Radit membuka matanya perlahan. Pandangan pertama yang dilihatnya adalah lampu kamar yang masih menyala dengan terang benderang. Dia menarik tubuhnya yang pegal karena terus menyandar pada sofa semalaman suntuk. Sambil memijit punggungnya yang pegal, matanya berkeliling ke seluruh penjuru kamarnya yang berantakan, kemudian mengarahkannya pada tumpukan kaleng bir di depannya.
"Apa yang terjadi? Mengapa kamarku sangat berantakan?" gumamnya kemudian mencoba mengingat apa yang terjadi di ruangan itu.
Radit teringat bagaimana dirinya pulang dari kantor dengan air muka sangat kesal lalu masuk ke dalam kamar. Di dalam ruangan itu, ia menjatuhkan seluruh barang-barang kamar dan memporak-porandakan apapun yang berada di sana. Dia mengamuk karena Redita menolaknya di restoran siang itu.
Radit memejamkan mata teringat akan wanita itu lagi. "Redita ...," gumamnya.