"Aku senang kamu tersenyum, Red. Sejak bertemu dengan Rachel dan Silvia, kamu banyak diam dan tidak bersemangat."
"Kamu benar, An. Aku masih memikirkan hal itu sampai sekarang. Kau benar-benar mengenalku." Redita membeliak menatap Antony.
"Tentu saja. Sudah kubilang, aku lebih mengenalmu daripada diriku sendiri." Antony rmendekat ke arahnya.
"Aku sedih, An. Silvia tiba-tiba saja menunjukkan sikap seperti itu kepadaku. Aku tidak tahu apa salahku. Bahkan ia juga mengabaikanku ketika aku meneleponnya. Dia tidak mengangkatnya." Redita menundukkan kepalanya. Raut wajahnya terlihat murung menceritakan apa yang ia rasakan kepada Antony.
"Red ...." Antony mengangkat dagu sang Nona. "Tenanglah. Aku akan membantumu menyelesaikan masalahmu," tambah Antony yang menatap lurus pada mata indah sang Nona.
"Aku bingung apalagi Rachel juga mengatakan hal yang membuatku tidak nyaman," sahut Redita.
"Rachel? Dia bilang apa?"
"Ehm .... Perkataannya kepadaku membuatku tidak nyaman. Lalu ...."