"An ...." Napas wanita itu terus menderu. Dadanya terlihat naik dan turun seakan sulit mengambil oksigen di sekitarnya. Redita menarik rambut Antony dan mengacak-acaknya. "Hentikan, An." Redita berucap lirih meminta Antony untuk menghentikan ciuman itu. Seketika air mata itu luruh dari kedua sudut matanya. Antony tidak memedulikannya. Ia terus melakukan menyerang Redita dengan mencium dan beberapa kali memberikan tanda merah pada setiap jengkal kulit lehernya yang mulus. Kemudian pria itu menelusupkan tangannya masuk ke dalam gaun panjang Redita melalui resleting belakang. Tiba-tiba saja ia mendengar suara isak yang tertahan keluar dari mulut Redita. Pria itu sontak menghentikan aksinya dan memandang wajah sang Nona yang menangis pilu.