Redita merebahkan diri di atas ranjangnya. Bersiap untuk tidur. Elena—sang ibu kandung sudah keluar dari kamarnya lima belas menit yang lalu. Wanita itu mencoba memejamkan matanya. Bayangan sosok Edward masih terlihat di mana pun. Bahkan saat kedua mata wanita itu sedang memejam.
Redita bangkit dari tempat tidurnya. Beringsut membuka laci nakas dan mengambil sebutir pil penenangnya. "Ini yang terakhir. Semoga aku tidak mati sebentar lagi," katanya, kemudian meminumnya. Dia menghela napasnya berkali-kali mencoba untuk tenang. Pria jahanam itu sudah membuat hidupnya berantakan di saat ia akan memulai hidup baru mereguk kebahagiaan pernikahan di depan mata bersama Antony. "Aku harap ia yang akan mati sebentar lagi, bukan diriku," tambah Redita berbicara kepada dirinya sendiri.