Suasana menjadi tegang. Redita belum juga bisa meredakan kemarahannya. Antony menatap tajam ke arah sang Nona. Dengan pandangan dinginnya membuat sekitar meja yang mereka duduki seakan ikut dingin seperti ada bongkahan es yang mengelilingi.
"Kalian berbaikanlah!" seru Antony tegas kepada Redita dan Silvia.
Redita menghela napas panjang, berusaha menurunkan sedikit egonya. Memang dia sangat marah dengan semua yang telah terjadi sejak semalam hingga pagi tadi, tapi pandangan dingin Antony yang menakutkan berhasil membuat dia dan Silvia menjadi kecut sekaligus canggung. Dengan malu-malu, Redita mengulurkan tangannya di depan Silvia, mengajak wanita itu bersalaman walau pandangan matanya berkelana ke lain arah. Wajahnya berubah memerah tersipu.
Silvia meraih telapak tangan Redita sedikit ragu. Namun, Antony melebarkan bola matanya lagi hingga terlihat melotot marah. Mereka pun akhirnya bersalaman.
"Aku minta maaf, Sil," ucap Redita kemudian menatap lurus ke arah sang sahabat.