"Sayang, aku sudah berada di depan gerbang makam." Suara Radit terdengar dalam sambungan telepon.
"Baik. Aku akan segera ke sana," jawab Redita dengan suara yang terdengar pelan sekaligus serak karena terlalu banyak menangis.
Redita menengadahkan kepalanya sejenak. Langit tampak gelap dan mendung. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Upacara pemakaman putra sulung Merlin itu sedang berada dalam momen terpentingnya.
Venda berteriak histeris. Menangis dengan isakan kuat tatkala melihat peti mati sang suami baru dimasukkan ke dalam pusaranya. Di samping wanita itu seorang wanita tua tampak menenangkan sang anak. Elena dan Marry—mertua dan ibu kandung istri Judy itu sama-sama menggenggam erat tangan Venda yang terasa bergetar dan dingin dalam genggaman tangan mereka. Mereka menahan tubuh Venda yang limbung hampir jatuh karena lemas.
"Sayang! Jangan pergi! Kumohon! Bangunkah aku dari mimpi buruk ini!" jeritnya di depan para pelayat yang hadir di tempat itu.