Sementara itu, Aron, Martin, dan Simon tampak berdiri, berjaga di dekat pintu ballroom mengenakan pakaian resminya. Mereka juga ikut berdebar-debar menunggu jawaban Redita.
"Menurutmu apa jawaban Nona, Ron?" tanya Martin berbisik.
"Entahlah. Dia sulit ditebak. Tapi kalau sampai menolak Antony, dia pasti akan mempermalukan keluarganya, bukan?" sahut Aron.
"Ya. Aku pun berpikir seperti itu! Keterlaluan jika Nona menolak Antony."
Aron hanya mengangguk. Tidak sengaja menoleh ke sampingnya. Simon menyeka air mata yang tiada habisnya menetes menatap ke layar besar lamaran Antony kepada Redita itu. Mereka memang tidak bisa melihatnya dari dekat.
"Hei, apa yang terjadi kepada Simon?" bisiknya di telinga Martin.
"Dia pasti sangat terharu sang Tuan Muda akhirnya menemukan pasangan hidup. Biarkan sajalah! Pria itu sedikit aneh," celetuk Martin seraya mengedikkan bahu.
"Ya, aku rasa pun begitu. Simon menganggap Antony malah seperti anak kandungnya," balas Aron.