Keeesokan harinya, Edward terlihat sedang duduk di ruang tengah. Pria itu tampak serius membaca surat kabar di tangannya. Radit tiba-tiba saja datang menghampiri sang Paman. Sudah lengkap dengan setelan jasnya bersiap untuk berangkat kerja.
"Selamat pagi, Paman," sapanya dengan nada suara ramah. Radit memang sudah bersikap biasa saja kepada Edward. Tentu saja karena ia memiliki sebuah tujuan.
Mendapat sapaan ramah dari sang keponakan membuat Edward seketika menoleh ke arah pria tampan itu dengan kernyitan yang terlukis di wajahnya.
"Pagi, Dit. Kau salah memakan sarapanmu, ya?"
"Tidak, Paman. Mengapa Paman berkata seperti itu kepadaku?" Pria itu lalu duduk di atas sofa di samping sang Paman.
"Kau biasa sinis kepadaku. Ada apa?" Edward melepas kaca matanya dan menaruhnya di atas meja.
"Aku butuh bantuan Paman," jawab Radit dengan seringai mencurigakan.
"Bantuan? Bukankah kau sudah memiliki kerja sama dengan preman-preman Little Heaven?"