"Kau ingin bertemu dengannya?" tanya Mahesa lirih.
Emma tersenyum. "Tentu saja jika kau mengijinkan"
Mahesa meletakkan sendoknya dan meraih tissu untuk membasuh bibirnya.
"Tentu saja boleh, kenapa tidak. Sean kan baik, kecuali kakaknya. Ben, aku tidak menyukainya, karena sepertinya Ben orang yang berbahaya" gumam Mahesa lirih.
Emma terbelalak mendengar ucapan Mahesa, ia tidak menyangka jika Mahesa akan berkata seperti itu.
"Bagaimana kamu tau kalau Ben itu orang yang berbahaya?" tanya Emma lirih.
"Aku bisa membaca dari raut wajahnya nya, Ben bukanlah orang baik, Emma. Aku bisa pastikan itu" seru Mahesa lirih.
Emma terbelalak. "Apa kau ini sebenarnya dukun?"
Mahesa menghela nafas. "Emma! Apa kau tidak pernah belajar ilmu psikologi?" Mahesa mulai kesal.
Emma menggeleng pelan. "Tidak, memangnya kenapa?"
"Pantas saja kamu tidak bisa membaca karakter orang lain"
"Memangnya menurutmu, Ben itu bagaimana?" tanya Emma penasaran.
