"Mau apa kamu? Jangan coba-coba merayuku ya lelaki gendut" ujar Emma kesal.
Supir tersebut mengernyitkan dahinya. "Maksudmu apa bicara seperti itu? Ini kendaraanku karena aku adalah supirnya, dan ini adalah halte terakhir"
Emma terkekeh mendengar ucapan sang supir, ia tidak menyangka jika sudah berkata kasar dengan supir tersebut. Maka dari itu Emma langsung berdiri dan meminta maaf pada sang supir.
"Astaga Tuan, maafkan saya. Saya tidak bermaksud menghina anda" ujar Emma antusias dan langsung bergegas turun dari dalam bus. Setelah turun dari dalam bus, Emma sedikit terkejut ketika ia melihat Mahesa sedang duduk di halte.
Emma langsung menghampiri Mahesa dan menyapanya dengan lembut. "Mahesa, kau sedang apa?" tanya Emma lirih.
Mahesa menghela nafas dan langsung beranjak dari duduknya. "Aku tidak apa-apa, bagaimana apa kau sudah mengetahui cincin itu dari siapa?" tanya Mahesa dan langsung meraih tangan kiri Emma dan melihat cincin tersebut.
"Sudah"
