Aku, Airel Avile, sang anak buangan dari tempat sampah. Itu fakta. Aku mendengarnya langsung dari Uncle Tom, karna dialah yang membawahku dari tempat menjijikan itu, Ia merawatku menjadi seorang wanita yang tidak kenal kata 'takut'. Aku di besarkan dengan cara tidak biasa, tidak seperti anak normal lainnya yang selalu mendapat kasih sayang orang tua mereka. Tumbuh menjadi anak manis dan patuh.
Tapi bagiku itu tidak berlaku, aku memang patuh, dan mengenai manis? Hmm...kurasa itu bukan gayaku.
Kenapa? Karna aku di besarkan untuk menjadi seorangĀ Agent mata-mata. Bayangkan waktu kecil sekitar berumur 5 tahun aku di ajarkan cara merakit bom, gila kan dan aku baru sadar ketika aku mencoba membandingkan kehidupanku yang penuh dengan benda-benda berbahaya dengan kehidupan di luar sana, maksudku kehidupan anak normal yang bisa bersenang-senang bersama barang-barang kesukaan mereka, seperti boneka, mainan barbie dan lainnya yang mampu membuatku iri.
Tapi, seiring berjalannya waktu sampai aku berumur 18 tahun sekarang ini, aku mulai mengerti kenapa aku di lahirkan, kenapa aku di bawah oleh Uncle Tom ke tempat mengerikan ini, dan kenapa aku harus menjadi seorang Agent mata-mata. Yah... aku harus menangkap seorang penjahat yang sedang di incar oleh Uncle Tom sejak dulu. Seorang penjahat yang sudah merusak anak perempuan dari adiknya Uncle Tom, seseorang yang hanya aku saja bisa mengkapnya.
Dialah Eiden Avile ayahku sendiri.
Aku saja ingin muntah saat menyebut namanya. Jujur, sampai kapanku
aku tidak akan menganggap dia ayahku.
Dan aku tentunya tidak sendirian menangkapnya, selain Uncle Tom teman rekan Agenku juga mendampingiku. Namanya Alexa Trailor kami berdua seumuran. Uncle Tom yang menunjuk Alexa untukku agar kami bisa berkomunikasi dengan baik tanpa takut kecanggungan.
Skarang ini aku di beri tugas, tapi hanya aku karna Alexa lagi berhadapan dengan teroris yang datang mengacau ke kota. Ia di beri misi oleh Uncle Tom. Sedangkan aku juga dapat misi baru yang sama dengan Alexa yaitu mengkap teroris yang menyamar menjadi dosen di sebuah universitas ternama. Aku akan melakukanya dengan cara menyamar menjadi mahasiswa di universitas tersebut. Sesuatu yang aku nantikan, walaupun hanya sesaat setidaknya aku bisa merasakan duduk di dalam kelas dengan tempat dudukku sendiri.
Namun, aku dilarang keras bergaul dengan siapapun, dekat dengan siapapun, bahkan berbicara tidak terlalu lama saja di larang. Aku juga akan mendapat hukuman dari Uncle Tom jika identitasku terbongkar. Maka dari itu dengan sangat-sangat terpaksa aku harus mengubah gayaku menjadi seorang gadis cupu. Ingat itu terpaksa. Aku bahkan telah membeli pakaian untuk ku kenakan nanti saat masuk kampus, pakaian alah anak gaul jaman skarang. Tapi apalah dayaku jika sudah menyangkut Uncle Tom pasti semua harus terbatalkan.
"Ingat yang Uncle katakan padamu sebelumnya jang-" Aku memotong ucapan Uncle Tom
"Jangan dekat-dekat dengan siapapun, jangan berbicara dengan siapapun dan jang-"
"Baiklah Uncle rasa kau sudah tau, pergilah dan jangan sampai ketahuan" Uncle Tom membuka kunci mobilnya, dan membiarkanku keluar. Aku menatap kepergian Uncle Tom dengan senyuman. Kemudian berbalik badan menghadap ke arah gapura besar di depanku. Setelah sekian banyak misi ku selesaikan baru kali ini aku merasa sangat gugup, takut dan segala perasaan bercampur aduk. Aku bahkan menarik nafas panjang lalu membuangnya dengan kasar. Rasa takut ini terasa seperti waktu pertama aku berhadapan dengan teroris saat berumur 13thn saat di mana misi pertamaku di kasi.
Ku langkahkan kakiku dengan perlahan. Kulihat semua mata tertuju ke arahku membuat rasa gugupku bertambah. Aku mencoba mengabaikanya.
"Baiklah Airel fokus, mereka hanya manusia biasa bukan teroris yang akan membunuhmu" Ucapku sepelan mungkin. Saat ingin berbelok, jalanku di hadang oleh segerombolan laki-laki yang menatapku tajam aku juga membalasnya dengan tatapan setajam pisau. Satu laki-laki dari mereka menatapku dari ujung kaki hingga berhenti di depan mataku. Kami saling berhadapan jika saja aku tidak di larang untuk memukuli orang anak ini mungkin sudah masuk rumah sakit dari tadi.
Sebuah senyuman gila dari lelaki di hadapanku membuat aku jengkel melihat wajahnya. Sungguh menjijikan.
"Hei guys lihat! Kita ke datangan mahasiswa baru hahaha....." Ucap lelaki itu sambil mencolek-colek rambutku.
"Mainan baru" Sambung temannya.
"Eitss sabar, kali ini kita biarkan dia berkeliaran di kampus. Tapi tunggu saja jika waktunya tiba. Baru kita mainkan" lelaki itu mendekat, wajahnya menuju ke arah telinga sebelah kananku sepertinya dia akan membisikan sesuatu.
"wait for me, baby". Baby? Setelah mengatakanya Ia pergi melewatiku.
Tunggu saja jika misiku selesai I will kill you baby.