Aku berdiri di depan kelasku belum ada niat ingin masuk ataupun sekedar melihat sekilas. Setelah di pikir-pikir akhirnya aku putuskan untuk pergi ke ruang dosen. Saat ingin berbelok aku di kagetkan dengan suara seseorang yang memanggilku dari belakang.
"Airel!" Panggil orang itu yang ternyata seorang dosen.
"Yah pak?" Jawabku, lalu segera menghampirinya.
"Kamu mau kemana? kelasmu ada disini" Katanya, sambil menunjukkan kelas yang tadi.
"Tadi baru saja aku ingin menemui bapak di ruangan" Jelasku.
"oh, yahsudah kalau gitu ayo masuk" Kata pak dosen sambil mempersilahkan aku masuk. Dengan langkah perlahan namun pasti aku melangkah masuk ke dalam. Gugup cuy.
Tenang.
Sabar.
Tarik nafas, buang.
Sampailah ke depan kelas. Tempat yang paling aku hindari, kenapa? jawabannya karna penampilanku yang sangat-sangat memalukan. Ingin sekali aku melawan rencana Uncle Tom hanya sekali saja. Tapi itu hanya sebatas mimpi melawan dia. Palingan cuma di lempar sampai Samudra Atlantik. Dari dulu aku memang tidak pernah sekalipun melawan Uncle Tom. Tidak pernah.
Aku mengangkat kepalaku menatap orang-orang yang mungkin akan menjadi temanku. Yah harapanku sih begitu. Mengingat larangan dari Uncle Tom kurasa tidak mungkin. Aku yakin pasti semua mahasiswa akan menjauhiku. Itu pasti.
"Perkenalkan nama saya Airel Avile. Terima kasih" Ucapku setengah gugup. Ku lihat semua orang hanya menatapku dengan tatapan aneh. Hening. Sesaat kemudian suara tepukan tangan dari satu orang membuat yang lainnya ikut bertepuk tangan juga tapi yang membuatku heran kenapa mereka tertawa? Ada yang lucu dari perkenalanku tadi?.
"Hei..! Kalau berkenalan bilang kek asal mana, pindahan dari mana bukan cuma nama doang singkat amat" Teriak seorang laki-laki dari tempat duduk belakang. Aku hanya diam menatap sekelilingku.
"Eh mala diam, lanjutin woy! Emangnya kamu dari pluto? Mars?" Entah mengapa hatiku terasa sakit. Ini baru hari pertama. Jika saja penampilanku bukan seperti ini mungkin tanggapan mereka bakal lain. Aku bingung.
Kenapa dengan mereka? Haruskah aku bilang semua itu? Sedangkan aku dilarang. Aku tidak tau harus berkata apa lagi. Jika aku berbohong aku juga bingung ingin bilang apa. Tidak mungkin kan aku bilang sejujurnya. Gila.
"Sudah-sudah itu nanti saja. Airel kamu duduk di sebelah Keli" Huu...Untung pak dosen langsung angkat bicara jika tidak, kata apa lagi yang dilontarkan untukku dari mereka.
Aku berjalan menuju tempat dudukku. Ternyata kuliah tidak seindah yang di bayangkan. Ku kira duduknya bakal sendiri-sendiri eh ternyata berduaan. Biarlag setidaknya wanita di sampingku ini kelihatan baik-baik. Baru saja penampilanya kayak aku. Culun, kutu buku lagi. Bahkan saat aku ingin berjabat tangan saja dia malah gugup, kepalanya selalu di tundukkan ke bawah. Ini sih melebihi tingkat ketakutanku atau tingkat keculuanku yang sengaja di buat-buat. Maklum lah masih baru. Mungkin lama-lama terbiasa.
Pelajaran pun di mulai. Aku membuka buku tulisku, serta halaman yang di minta pak dosen.
*
Dua jam berlalu. Saat ini aku masih setia di kelas bersama seseorang. Tau...lah siapa dia. Keli. Karna materi yang menyenangkan tadi membuat niatku ke kantin ter urungkan di gantikan dengan membaca buku.
Aku sih sebenarnya lapar. Tapi entalah saat mendengar materi tadi aku jadi penasaran jadi ingin ngulangin gitu. Jika di lihat-lihat ada asiknya juga sih kuliah kalau menurutku banyak materi yang bisa di dapat yang mampu membuatku penasaran. Untuk materi besok aku sudah belajar dari sekarang. Biasalah baru pertama duduk di kelas. Jadi pelajaran yang tidak mungkin aku dapat di tempat Uncle Tom aku bisa dapat dari sini. Memang menyenangkan.
Oh yah...soal aku bisa masuk ke unversitas ter elit ini itu semua karna Uncle Tom. Entah di buat bagaimana sampai aku bisa tembus, bahkan tanpa membayar uang kuliah. Nilai rapot juga tidak pernah di tanya, wajarlah kan aku tidak sekolah. Hebat kan. The best deh for Uncle Tom.
"Keli, ke kantin yuk" Ajakku, setelah membereskan barang-barangku dari atas meja. Ia beralih dari pandangannya menatap buku tebal.
"Kamu aja" Jawabnya.
"Lah kenapa? Lagian aku belum tau kantin di kampus ini, jadi sekalian kamu temenin aku, mau yah" Aku mencoba membujuknya. Semoga saja mau. Nanti sekalian aku nyuru dia buat jalan-jalan sekitaran kampus.
"Baiklah tapi aku cuma nganter kamu sampai di depan kantin"
"Kamu tidak makan?"
"Aku udah kenyang"
"Ok"
Kami berdua keluar kelas, berjalan berdampingan membuat mataku langsung keheranan. Semua mahasiswa melihat kami. Menyadari itu aku melirik ke arah Keli dia masih dengan menundukkan kepalanya walaupun sesekali menatap ke depan melihat jalan. Memangnya Ada apa?.
"Lihat dua anak cupu jalan bersama bwaahahha..." Ucap seorang perempuan yang melewati kami. Oh aku mengerti skarang jadi anak cupu di kampus ini bakal di anggap rendahan sama mereka? Baiklah akan ku buat kalian merasakan akibatnya. Lihat saja nanti. Aku merapikan rambutku yang di kuncir dua ini. Ugh sangat menganggu. Aku tidak terbiasa dengan penampilan yang aneh ini. Sungguh. Aku merasa gerah.
Kami sampai di depan kantin.
"Eh Kel-" Baru saja aku ingin berterima kasih ya kelinya udah pergi. Setakutnya dia sama anak kampus. Mereka kan hanya manusia sama seperti kita. Mereka juga makan nasi sama kan dengan kita. Selagi masih berstatus sesama manusia kenapa harus takut?. Ingat! Ujungnya juga bakalan sama statusnya, mati. Sama kan.
Lihat setelah Keli pergi masih ada juga yang ngelirik ke arahku. Aku tidak ambil pusing dan segera melangkah menuju tempat pengambilan makanan.
"Apa lihat-lihat! Berani?!"
Bahkan ada yang berteriak tepat di hadapanku. Dasar untung kesabaranku masih ada, untung juga nama Uncle Tom langsung terlintas.
Sabar. Anggap saja cobaan di hari pertama, resiko anak culun dan deritanya anak baru kenal pelajaran.
Setelah mengambil makanan aku duduk di tempat paling ujung di kantin, posisinya cukup nyaman karna berdekatan dengan jendela. Lumayanlah bisa lihat-lihat pemandangan luar.
Awalnya aku menyantap makananku dengan diam, namun sebuah suara mengagetkanku dari samping.
"Bisa aku duduk di sini?" Ucap seorang laki-laki tinggi. Okey. Satu kata buat dia. Tampan cuy. Sambil mengenakan earphone yang di taru melingkar di leher membuat dia pantas di sebut cowo cool. Di markasku sih tidak ada yang kaya dia ini. Semuanya tampak biasa-biasa saja. Eh ada sih yang tampan tapi taulah didikan Uncle Tom keras-keras semua buktinya aku keikutan. Jadi otomatis cowo-cowo di tempatku galak-galak semua. Walaupun tampan tapi galak apa boleh buat tidak ada gunanya.
"Hei mulutmu entar masuk lalat" Ucapnya lagi. Astaga kenapa aku menghayal.
"Eh iyaiya mari silahkan lagian kan tempat ini bukan milikku" Kataku mempersilahkan dia duduk.
"Ohya namaku Reza" Ucapnya sambil mengulurkan tangan kepadaku. Aku membalasnya.
"Aku Airel"
"Mahasiswa baru?"
"Iya"
"Pantes baru lihat"
Kami melanjutkan makan dengan diam hanya suara gesekan alat makan yang terdengar. Setelah itu barulah kembali ke kelas dan ternyata saat berbincang tadi aku baru sadar kalau kami satu kelas. Katanya saat perkenalanku tadi pagi dia lagi keluar ke kamar mandi jadi kelewatan. Nah otomatis kami ya jalan berdua menuju kelas. Masih dengan tatapan aneh dari semua orang.
"Sudah tak usa di dengar kata mereka, anggap saja radio rusak" Kata Reza. Emang sih aku tidak peduli dengan mereka bodoh amatlah mereka bilang aku apa, mengkritik yang tidak-tidak juga ngak apa-apa asalkan jangan sampai melebihi batas kesabaranku.
Saat sampai di depan kelas, langkahku terhenti oleh suara yang berasal dari jepitan rambutku yang aku letakkan dekat telinga. Sebuah alat mata-mata buatan Uncle Tom. Dia sengaja membuatkannya untukku dengan model jepitan agar orang-orang tidak curiga.
"Yah Uncle" Jawabku sambil pergi menjau dari depan kelas.
"Uncle tidak menyurumu menjauh dari tempatmu Airel"
"Lah nanti bisa ketahuan Uncle" Ucapku yakali aku diam di situ orang-orang bakal curiga. Pasti bertanya-tanya kenapa aku ngomong sendiri? Ia kan. Nanti bakal di cap gila. Tapi tunggu Uncle tau dari mana aku menjauh? Apa ada cctv di sini?. Ku arahkan pandanganku ke sekelilingku. Ngak ada?. Bodoh ah.
"Airel, Uncle cuma mau bilang kamu hati-hati sama dosen yang tadi pagi bersamamu"
"Oh, kenapa?"
"Kamu taulah alasannya"
"Oklah"
"Ingat hati-hati"
"Siap Uncle!"
Suara Uncle Tom kemudian mati. Aku melirik jam tanganku. Ternyata masih banyak waktu untuk sisa materi berikutnya. Apa aku masuk saja? Tapi pasti di marahin kan kelas masukkan dari tadi dan aku malah diam di depan jendela kelas orang.
Aku memilih masuk saja. Kalau di marahin ya no problem kan udah terbiasa. Di pukul juga tak masalah. Sejarah aku sudah pernah menerima kesakitan melebihi pukulan dosen yaitu tertembak peluru saat ingin berpindah tempat dimana misi 6 bulan lalu yang ku terima dari Uncle. Bekas lukanya masih ada di lengan kananku. Salahku juga sih mati-matian ambil kasus itu dari Uncle padahal kan di berikan pada Nic.
Aku melangkah kembali ke kalas. Namun beginilah nasibku bertemu dengan segerombolan manusia kurang kerjaan yang dengan beraninya memanggilku baby tadi pagi. Aku berhenti, diam di tempat. Salah satu dari manusia itu datang menghampiriku.
"Hei cantik kita ketemu lagi emang yah jodoh itu ngak kemana" Ucapnya sambil mencubit pipiku. Ugh ingin rasanya ku hantam ni orang.
Rombongannya juga datang mengelilingiku, mengunciku yang sudah tidak berdaya tersudutkan di dinding.
"Bisa?" Kata temanya. Bisa, apa maksudnya?
"Silahkan" Ucap orang tadi yang mencubit pipiku. Kemudia yang lainnya malah semakin dekat dan menarik-narik rambutku.
"Aahhhhh....sakit" Teriakku saat salah satu dari mereka menarik rambutku sangat kuat.
"Diam!" Bentak mereka.
"Harry kita apakan dia?" Tanya temannya. Oh..jadi namanya Harry. Kurasa dia ketua geng mereka.
"Nanti pulang kita bawah ke Celin" Ucapnya, duh sapa lagi sih Celin.
"Ok sip"
Aku mengepalkan tanganku. Ku lihat mereka masih belum mau beranjak pergi dari tempat. Apa yang harus ku perbuat?.
"Hei lihat si cupu marah bwahahahaaaa..." Ledek si manusia Harry. Ok emosiku ngak bisa di katakan normal. Saat Harry dan temanya memegang tanganku aku dengan segala kesabaranku yang kehabisan stok aku memutar tangan mereka berdua kemudian melompat dan berputar menendang mereka satu per satu. Alhasil mereka semua tersungkur di lantai. Aku menghampiri si Harry.
"Ini baru tahap pertama baby"
Ucapku sambil mengedipkan sebelah mata dan pergi dengan meninggalkan tendangan sedikit untuk mereka.