Masih di hari yang sama , hari dimana aku harusnya melangsungkan pernikahan tetapi karena satu , dua hal harus di tiadakan . Aku tak tau apakah pernikahan ini akan tetap akan berlangsung suatu saat nanti atau malah harus batal selamanya . Rama yang sudah terlanjur mengambil cuti kerja , mau tidak mau tetap bertahan di rumahku sementara Rey harus kembali ke Lampung sore ini.
"Gia , aku pamit " . Ucap Rey yang menghampiriku di gazebo dekat kolam renang . Lelaki itu menggunakan kaos hitam dengan jaket jeans dan celana jeans hitam panjang . Terlihat Ia juga menggunakan arloji kuno berwarna silver milik ayahnya di tangan kiri .
"Udah mau balik aja, bro ?" . Sahut Rama yang kala itu sedang bersamaku di gazebo .
"Iya nih kan gua mau balik ke lampung " . Jawab Rey sembari mengambil uluran tangan Rama yang memberi tanda untuk bersalaman . Sekian detik mata Rey tertuju pada Rama kini beralih padaku , sepertinya ia menunggu respon dariku .
Kuberikan sedikit senyuman dan berkata "baiklah hati-hati dijalan kak !" .
"Siap " . Rey membalasnya sembari mengulurkan ibu jari ke arahku . Mata Rey kembali beralih pada Rama . "Boleh aku peluk adikku sekali saja ,Ram ?" .
Rama menaikan satu alisnya sembari menatap Rey . Aku yang berada diantara lelaki itu cukup takut . Pertanyaan Rey diluar dugaan , bahkan menurutku bisa berpotensi membuat mereka berdua berkelahi kembali . "NGOMONG APAAN SIH , KAK REY ! SUKANYA KOK MANCING HURU-HARA!" . Kataku dalam hati .
"Okey , sekali aja !" . Setelah keheningan beberapa saat Rama akhirnya menjawab dengan ketus .
"DEAL" . Sahut Rey penuh semangat . Rey bergerak maju menuju tempat dimana aku duduk . ia merentangkan kedua tangannya lebar , lalu memelukku erat . "Aku akan menjadi suamimu jika Rama sampai membuat kau mengalami hal yang sama seperti ini " . Rey membisikan sebuah kalimat yang membuatku cukup tercengang .
" Sudah , Daa... aku ngejar penerbangan sore ini soalnya " . Rey melepaskan pelukannya dan melangkah meninggalkan kami berdua di gazebo itu lagi.
Mataku teralihkan menatap Rama yang berada didepanku . Lelaki itu nampak diam , tertunduk . Tak dapat ku jelaskan bagaimana raut wajahnya hanya saja ia nampak kesal namun juga sedih . Ku tatap ia lebih dalam untuk beberapa detik setelah itu baru ku gapai tangannya . "Are you okay ? " . Aku tak yakin atas pertanyaan yang baru saja meluncur dari bibir ini tetapi semoga saja Rama paham akan maksudku yang sebenarnya .
Berselang beberapa detik . Mata lelaki itu beralih menatapku tatapnya dalam bahkan terlalu dalam hingga aku dapat memahami bagaimana hancurnya hatinya saat ini. Rama menghela nafas kuat . "Aku percaya kamu" . Satu kata dari lelaki itu yang membuat mataku membulat lebar . Kutelan air liur dengan berat . "Sabar sayang , aku pasti selesaikan ini kok " .
Tangan lelaki itu membalas pegangan tanganku dengan kuat . "Aku mau bantu kamu!" . kata-kata yang sangat menyejukan untuk ku dengar ditengah kondisi seperti ini . "Iya kita selesaikan berdua , oke ?" . hanya anggukan cepat yang menandakan bahwa Rama setuju .
"BRAKK ..." . tiba-tiba terdengar suara ada sesuatu yang terjauh dan pecah . "Apa itu ? " . Tanyaku . "Coba cari tau !" . Ajak Rama sembari menggandengku menuju ke dalam rumah . Aku dan Rama segera masuk kedalam rumah mencari dari mana asal suara tersebut .
Tak lama terdengar suara adikku Helma ."Kak , pot tanaman hiasmu pecah !". Aku yang panik mendengar pernyataan tersebut segera berlari ke lantai dua meninggalkan Rama dibelakang . Namun Rama segera menyusulku berlari menaiki anak tangga .
Sesampainya di balkon terlihat satu buah pot yang sudah terpecah belah . Tanah berserakan dilantai balkon , namun ada sesuatu yang aneh terdapat satu kotak kaca disana . Ku ambil kotak kaca tersebut . Sepertinya ada sebuah surat didalamnya . "Apa itu ?" . Tanya Rama . Ku jawab dengan menaikan kedua bahuku pertanda ak juga belum mengetahui apa isi kotak kaca itu.
Aku mencoba membersihkan kotak itu dari sisa tanah yang menempel . "Kok bisa pecah potnya , dik ?" . lontarkan sedikit pertanyaan . "tadi waktu aku mau ambil gembor yang ada diujung , enggak sengaja kesenggol dan jatuh , kak " . Helma menjawab dengan sedikit cemas . "Hmm... makanya hati-hati !".
Helma tertunduk lemas . "Maaf , kak " . Anak kecil itu berlalu dan pergi meninggalkan aku dan Rama disana . Kebetulan pot yang pecah merupakan tanaman hias yang diberikan alm Dito Nasution untuk pertama kalinya . Aku tak pernah menyangka bahwa didalam hadiah terdapat hadiah lagi yang selama ini tak pernah ku ketahui. Aku hanya mengira bahwa Dito memberiku pot tanaman hias yang berisikan pesan , namun ternyata terdapat pesan di dalamnya juga. Kucoba mengeluarkan sepucuk surat dalam kotak kaca itu lalu kucoba membacanya bersama Rama perlahan .
"ASTAGA !" . Mataku membulat terbelalak , tak ada kata yang dapat ku ucap saat setelah selesai ku baca surat dari almarhum Dito . Surat itu ternyata berisi ungkapan rahasianya yang terdalam seperti ini .
***
Dear Gia ,
Separuh jiwaku berharap kau tak menemukan surat ini dan separuh jiwaku yang lain berharap kau menemukannya . Dengan surat ini aku mau menyampaikan rahasia terbesarku sebelum bertemu denganmu . Jujur aku tak sanggup menceritakan ini secara langsung kepadamu , aku takut kau akan terluka atau bahkan akan meninggalkanku .
Aku paham kau berusaha membuatku selalu berterus terang agar hubungan kita berdasar pada rasa kepercayaan . Namun maafkan seorang pengecut ini yang tak pernah sampai hati mengatakannya .
Gia ... jauh sebelum aku bertemu denganmu , aku pernah memiliki seorang perempuan yang amat kusayang , namanya Arlindita Prameswari .Dia perempuan yang baik hanya saja dia menjadi seolah seperti orang yang tak pernah ku kenal sejak kejadian itu .
Kejadian itu bermula saat aku membawanya ke rumah sakit beberapa jam stelah upacara kelulusan kami . Disana aku mengetahui hal yang tak pernah ku bayangkan . Arlindita Prameswari dinyatakan dokter tengah hamil muda , akibat kelelahan akhirnya dia pingsan . Hatiku remuk , hancur saat mengetahuinya karena tak pernah sekalipun ku rusak kesuciannya .
Sebelumnya Arlin pernah mengaku padaku bahwa dirinya berselingkuh dengan ketua OSIS di SMA kami , Adi namanya . Kala itu ak memaafkannya karena aku tak sanggup melihatnya menangis meminta maaf padaku . Aku tak menyangka jika Arlin yang aku kenal selama 3 tahun kami berpacaran dapat berbuat sejauh itu .
Aku hancur . Aku menangis sejadinya di rumah sakit . Setelah kejadian itu ak menghilang menjauh dari Arlin , melupakan segala kenanganku bersamanya bahkan aku memutuskan untuk tidak menepati impian kami untuk meneruskan pendidikan bersama .
Dua hari setelahnya aku memutuskan mendaftar sebuah sekolah penerbangan dan ternyata saat pengumuman aku lulus . Semua berjalan begitu cepat dan ak menempuh pendidikanku dengan sangat baik . Rama dan Rey memberitahuku soal Arlin yang depresi tapi aku tak menghiraukanya. Setelah itu aku tak dapat bersama perempuan lain karena aku tak pernah percaya dengan mereka seutuhnya . Aku tau bahwa mereka akan bertindak sama seperti Arlin pada akhirnya . Sehingga ku putuskan hanya bersenang-senang saja dengan beberapa perempuan itu . Maaf aku tak dapat menyebutkan siapa saja namanya .
Hingga menjelang akhir masa pendidikanku Ita mengajakku berkunjung ke Semarang dan disana aku bertemu gadis cantik , lucu serta sangat berterus terang yang memikat hatiku , ya... siapa lagi kalo bukan kamu , Gia .
Bahkan dipertemuan selanjutnya aku semakin tertarik padamu , seorang anak SMA yang cerdas itu . tetapi ada benteng besar yang masih melingkupi hatiku yaitu benteng keraguan , ketakutan akan terjadi hal yang sama saat aku bersama Arlin . Namun ku coba perlahan untuk tetap bersamaku bahkan kau semakin memikat hati saat kita pacaran diam-diam . ahh sudah, semoga saja kau tak pernah menemukan ini , tapi aku juga ingin kau menemukan surat ini , gadisku
Dari Dito Nasution
Pacarmu yang pengecut .