Chapter 59 - Liburan di Pantai Sirakusa

Sambil menunggu suaminya pulang dari kantor, Lisa sedang sibuk mengemas semua pakaian dan barang –barang lainnya untuk liburan besok. Lisa benar – benar tidak sabar untuk berlibur ke luar negeri bersama dengan Oscar. Belum pernah ia merasakan liburan dadakan seperti ini sepanjang hidupnya!

Baju seperti apa yang harus ia kemas? Apakah suaminya akan membawanya ke tempat yang dingin dan syahdu? Ataukah pantai yang hangat dan ceria? Ia tidak yakin. Lisa meraih ponselnya dari nakas dan mengirim pesan untuk suaminya.

Oscar, ngomong – ngomong kita mau pergi ke tempat dingin atau pantai?

Lisa menekan tombol kirim. Beberapa detik kemudian, suara pesan masuk berbunyi dari ponselnya.

Kemas seperlunya saja. Jangan lupa bawa tabir surya dan topi!

Dari kalimat tersebut, Lisa menerka – nerka Oscar akan membawanya ke pantai atau lokasi yang sangat terik. Lisa memasukkan semua baju – baju musim panasnya ke dalam koper. Tidak lupa ia memasukkan tabir surya, payung, dan topi pantai kesayangannya.

"Hmm, pantai ya? Apakah Oscar akan membawaku ke Hawaii?" pikirnya sembari mengemas barang.

Wanita itu berajalan mondar – mandir di dalam kamar. Bertanya – tanya kepada benaknya sendiri apakah Oscar juga tidak sabar untuk berlibur seperti dirinya? Kehamilannya yang sudah menginjak usia 3 bulan ini membuat pikiran Lisa semakin campur aduk. Sewaktu – waktu ia ngidam, di waktu lain ia cemas akan masa depan. Menjadi ibu hamil ternyata banyak tantangannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam tetapi Oscar masih belum saja pulang. Lisa cemas, bagaimana jika Oscar tidak pulang hari ini dan acara liburan mereka terpaksa batal karena rapat dadakan atau kesibukan kantor lainnya.

Lisa mengirimkan sebuah pesan lagi untuk Oscar.

Oscar, kamu kok belum pulang?

Wanita itu melempar ponselnya ke atas kasur. Ia merebahkan punggungnya yang pegal dan menghela napas panjang. Lisa sudah tidak sabar untuk berlibur tetapi cemas suaminya tidak kunjung pulang juga.

Bermenit – menit berlalu, dan Oscar masih belum membalas pesannya. Wanita itu semakin khawatir Oscar membatalkan acara liburannya. Sambil menunggu suaminya pulang, Lisa berbaring di ujung tempat tidur dan menatap kosong langit – langit kamarnya.

Matanya sudah mulai sembab dan berat. Tidak lama kemudian Lisa ketiduran.

***

Keesokan harinya, Lisa terbangun dan menoleh ke samping tempat tidurnya. Sosok suaminya tidak ada di sebelahnya. Sepertinya pria itu tidak pulang sama sekali. Lisa meraih ponselnya dan memeriksa apakah suaminya sudah membalas pesannya. Tidak ada notifikasi sama sekali. Oscar belum membalas pesan terakhir dari Lisa. Wanita itu mendadak cemas.

Tok tok tok… Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Apakah itu Oscar?

Lisa bergegas membukakan pintu dan dilihatnya seorang wanita paruh baya dengan pakaian asisten rumah tangga.

"Selamat pagi nona Lisa, Pak Oscar menyuruh saya untuk membangunkan nona. Sarapan sudah siap nona, mari." Bu Rusminah masuk ke kamar itu dan mengambil koper dan barang – barang bawaan Lisa yang sudah dikemas tadi malam.

Lisa kebingungan , suaminya tidak membalas pesannya semalam tetapi Bu Rusminah mengangkut semua koper dan barang bawaan lain yang sudah ia kemas. Sepertinya acara berlibur ke luar negeri tidak dibatalkan pikirnya.

Lisa turun ke lantai bawah dan melangkah ke ruang makan. Di meja yang besar itu sudah terhampar sarapan pagi khusus untuk Lisa yang sedang hamil.

"Silakan dimakan nona Lisa, suami anda sebentar lagi datang!" ucap Bu Rusminah ramah.

Lisa menyantap sarapan paginya dengan lahap. Pagi ini dia seperti gajah kelaparan. Hamil ternyata membuat selera makannya naik turun belakangan ini!

Beberapa menit kemudian, pria yang ditunggu – tunggu telah datang. Ia ikut bergabung dengan Lisa di meja makan, meraih setangkap roti dan menyeruput kopi panas di meja makan.

"Oscar! Kenapa kamu baru pulang pagi ini!? Kenapa pesanku belum kamu bales tadi malem?!" tanya Lisa khawatir.

"Maaf sayang tetapi tadi malam aku sibuk banget, nggak sempet bales pesanmu!"

"Tapi liburannya jadi kan?"

Oscar hanya mengangguk. Ia menyeruput kopinya lagi.

"Kamu mau bawa aku ke mana sih?" tanya Lisa yang masih penasaran.

"Nanti kamu lihat sendiri saja! Sekarang cepet habiskan sarapanmu itu dan kita berangkat sepuluh menit lagi!"

"Woy! Santai dong, aku juga barusan bangun!"

"Nggak ada waktu Lisa, pesawat berangkat jam 10 pagi."

Mendengar kalimat suaminya Lisa langsung mempercepat kunyahannya.Tidak menyisakan apapun di piring itu. "Oke aku kelar!"

Mobil Alphard hitam Oscar sudah tiba di depan pintu masuk. Dani membantu Lisa memasukkan koper ke dalam bagasi dan membukakan pintu untuknya.

Di dalam, Lisa masih penasaran kemana suaminya itu membawanya pergi berlibur. Kemarin Oscar bilang pantai, tetapi pantai apa? Hawaii? Atau Pulau Maladewa?

"Oscar, sebenarnya kamu akan membawaku ke mana sih?"

"Sirakusa," jawab Oscar singkat dan datar.

"Sirakusa?"

"Kamu tahu Italia? Sirakusa adalah pulau paling selatan di Italia. Di sana pantainya indah sekali. Aku yakin kau pasti akan suka."

Lisa sama sekali tidak tahu menahu tentang Sirakusa. Satu – satunya pantai yang ia tahu adalah pantai di Bali, Hawaii, dan Maladewa. Ia benar – benar tidak sabar untuk melihat pantai yang belum pernah ia kunjungi itu!

"Kenapa kamu membawaku ke Sirakusa? Kenapa nggak Hawaii atau Maladewa?"

"Hawaii dan Maladewa sudah terlalu biasa dan terlalu ramai Lisa. Untuk wanita hamil sepertimu, Sirakusa adalah pilihan yang tepat! Tidak terlalu banyak yang tahu tentang pantai di sana!"

Omongan Oscar ada benarnya juga, baru hari ini Lisa mendengar nama Sirakusa. Yang ia tahu tentang Italia hanyalah Milan, Pizza, dan Pasta.

"Untung saja aku tidak jadi membawa jaket musim dingin!" ujar Lisa spontan.

"Aku berharap kamu masih membawa satu jaket. Sirakusa lumayan berangin!" jelas Oscar singkat.

***

Keesokan harinya setelah mereka melakukan perjalanan panjang dari Indonesia ke Italia dengan menggunakan pesawat. Mereka tiba di Sirakusa. Oscar sudah memesan hotel mewah dekat pantai, sehingga Lisa tidak perlu berjalan jauh – jauh ke pantai. Transportasi umum di Sirakusa tidak terlalu bagus bagi wanita hamil.

Pasutri itu meletakkan semua barang bawaan mereka dan berganti baju untuk ke pantai. Hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi Lisa setelah ia dirundung oleh ibu mertuanya kemarin lusa.

Lisa dan Oscar berjalan ke pantai berduaan layaknya pasutri. Setibanya di pantai, mereka melepaskan alas kaki mereka dan merasakan hangat dan lembutnya pasir pantai. Angin sepoi – sepoi bertiup dengan kencang, melambaikan rambut hitam mengkilat Lisa yang sengaja ia urai. Sesekali air laut menciprati wajah Lisa ketika ia berjalan di pinggir pantai.

Lisa menghentikan langkahnya di tengah pantai dan menatap air laut yang begitu jernih dan biru. Sebiru mata suaminya yang sedang berjemur di bawah sinar terik matahari. Lisa belum pernah merasa sebahagia ini. Sungguh kencan paling romantis dan berkesan pikirnya.

Lisa masih ingat ketika ia masih berpacaran dengan Aditya, pria itu tidak pernah membawanya liburan di dalam negeri, apalagi di luar negeri seperti saat ini!

Yang ia ingat adalah, Aditya dan Lisa berjanji akan menikah dan membeli rumah sendiri dan mengumpulkan uang tabungan sebagai investasi di masa yang akan datang. Tetapi janji tersebut adalah palsu. Pria tidak bertanggung jawab itu membawa lari uang Lisa dan menikah dengan wanita lain.

Tiba –tiba Lisa menangis. Ia tidak tahu mengapa pikiran di masa lalunya itu kembali mengunjunginya di saat – saat bahagia seperti ini. Tidak, ia tidak boleh menangis. Bahkan sosok Aditya tiba – tiba muncul di benaknya.

"Lisa kamu baik – baik saja?" Oscar memperhatikan Lisa yang tengah berdiam diri di tengah pantai.

"Tidak apa – apa, kayaknya mataku kemasukan pasir." Lisa mengusap matanya yang basah itu dengan lengannya. Kemudian lengan itu ditahan oleh genggaman seorang pria yang berdiri di belakangnya.