Widiatri menghampiri Kumala dan menatap kedua mata wanita paruh baya itu lekat - lekat seraya berkata, "Aduh teh Kumala ini, kita mah paham Lisa itu anakmuu teh. Kamu ngebelain anakmu sendiri itu wajar banget, kamu juga menjaga rahasia keluargamu juga kita paham. Tapi kenyataannya putrimu itu teh berbuat sesuatu yang memalukan, kita bertiga cuma ngomongin kenyataan, kamu nggak seharusnya marah dan benci sama kita bertiga kayak gini dong."
Mendengar omongan dari Widiatri membuat emosi Kumala semakin berapi - api. Untung saja wanita paruh baya itu dapat menahan rasa marahnya.
"Linda, Widiatri, Mevira, biar kutegaskan. Anak sulungku Lisa itu tidak seperti yang kalian bicarakan! Dia punya suami, menantuku adalah seorang presdir kaya di suatu perusahaan besar dan dia bisa beliin kalian rumah satu - satu kalo dia mau!" ucap Kumala dengan suara menggelegar dan nada bicara yang mantap tanpa ada keraguan.
