Chereads / Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar / Chapter 34 - Bantu Saya Mencari Pengacara

Chapter 34 - Bantu Saya Mencari Pengacara

Ingatan Lisa kembali kepada beberapa hari lalu, ketika ia berangkat ke kantor dengan menggunakan busway kemudian melihat sosok ayahnya, dan ketika ia selesai membayar denda pajak di kantor pajak berpapasan dengan pria brengsek yang sudah merusak hidup ibunya. Pria itu benar – benar pengecut! Berani – beraninya ia meninggalkan Ibunya karena ia tidak mampu menafkahi keluarganya?

Bukannya memperbaiki kesalahannya dengan bekerja lebih giat, pria itu malah pergi tanpa pesan meninggalkan ibunya dan menikah dengan seorang janda kaya raya. Lebih pengecut lagi, surat cerai yang digugat oleh ibunya pun hingga kini masih belum ditanda tangani!

Lisa sudah tidak bisa tinggal diam lagi. Beruntung ia punya Oscar meskipun Lisa sesungguhnya enggan meminta tolong lagi. Tetapi kasus perceraian ibu dan ayahnya ini harus segera diselesaikan!

Pagi ini di kantor, Lisa berjanji kepada Ibunya untuk meminta tolong kepada Oscar mencarikan pengacara terbaik. Kesempatan emas hanya datang sekali, kali ini Lisa tidak akan menyia – nyiakannya.

Lisa sengaja datang lebih awal sebelum Oscar duduk di kursinya dan berlama – lama berbincang di telepon. Hari ini ia mengenakan pakaian seperti biasanya, rok sepan pendek ketat dengan blazer hitam, tak lupa tank top yang sedikit mengekspos belahan dadanya.

"Selamat Pagi Lisa!" Oscar melirik sekretaris pribadinya itu dengan tatapan nakal. "Kamu menggairahkan sekali pagi ini Lisa, pasti kamu ada maunya."

Dugaan Oscar tidak salah, tetapi Lisa berpakaian seperti demikian bukan semata – mata untuk menarik perhatian atasannya itu. Lisa tidak suka mengenakan pakaian seksi ke kantor, tetapi mau bagaimana lagi? Peraturan dari atasan tidak dapat disangkal, terlebih ia masih butuh pekerjaan demi menafkahi keluarganya.

Lisa bangkit dari kursinya, ia melangkah mendekati Oscar yang masih berdiri meletakkan tasnya. Meskipun brengsek, Pria ini sangat menawan. Entah mengapa tetapi Oscar memancarkan daya tarik seks yang luar biasa. Terkadang logika Lisa tidak mampu berkompromi dengan perasaan hatinya acapkali ia berhadapan dengan pria berambut pirang itu.

Lisa terdiam sejenak, akal sehatnya seakan tersihir oleh pesona dari pria yang ada di depannya ini. Matanya menatap wajah Oscar yang bersih tak berbercak dengan kagum.

"Ada apa Lisa kok berdiri diam di situ? Mau minta 'sarapan pagi' kah sayang?" Oscar menatap mata Lisa lekat – lekat, terdapat sepercik hasrat seks dari kedua mata birunya.

Lisa menatap pria itu dengan gugup. Tiba – tiba saja lidahnya kelu. Hingga kini ia masih tidak mampu menebak keadaaan hati pria itu. Sedetik tampak dingin dan acuh, namun sedetik kemudian menjadi sangat hangat dan genit. Lisa kemudian memberanikan diri untuk berbicara.

"Pak, saya ingin minta tolong sesuatu," ucapnya singkat dan tegas.

"Oh oh Lisa, bisakah sedikit lebih manis dan manja? Ayo, saya mau dengar. Ulangi lagi permintaanmu." Oscar merayu Lisa dengan genit. Matanya memancarkan gairah terpendam.

"Anda bercanda pak! Saya dari dulu kan kalau ngomong kayak gini!" sergah Lisa kesal. Wajahnya sedikit memerah malu.

"Tidak , tidak, mulai sekarang jika kamu mau minta sesuatu, saya ingin kamu lebih lembut dan manja. Ayolah, saya ini mendidik kamu supaya menjadi wanita yang sebenarnya!"

Lisa mendengus kesal mendengar permintaan atasannya yang semakin hari semakin aneh saja. Ia mengambil napas panjang dan menghembuskannya. Kepalanya tertunduk sebentar sebelum akhirnya tangan Oscar meraih lengannya dan membawanya ke atas pangkuan pria itu.

"Katakan saja Lisa, saya akan membantumu." Oscar meraba – raba tubuh Lisa yang ada di pangkuannya sampai tangannya menangkup bokong wanita itu. Tubuh Lisa mulai menggelenyar, ia mengeluarkan sedikit desahan sebelum akhirnya ia mengeluarkan kata – kata.

"Jadi begini, ibu saya sudah lama bercerai dengan ayah saya tetapi ayah saya hingga kini masih belum menandatangani surat cerai yang digugat oleh ibu saya. Saya minta tolong, mungkin anda punya kenalan pengacara yang bisa menyelesaikan masalah ibu saya ini?" pinta Lisa dengan sedikit memelas.

"Ah apa sih yang tidak buatmu Lisa?"

"Tetapi sebelum saya memanggilkan pengacara andalan saya. Kita harus melanjutkan apa yang sudah terlanjur dilakukan."

Seperti dugaan Lisa, atasannya itu menginginkan tubuhnya untuk digerayangi pagi itu. Lisa tidak habis pikir mengapa hasrat seks dari pria ini tidak ada habisnya. Tetapi Lisa tidak punya pilihan lain selain menyerahkan tubuh indahnya itu demi ibu dan adiknya.

Bajingan, apa bedanya aku dengan pelacur kalo gini!?

"Begini kan bagus, saya suka jika kamu sedikit menunjukkan belahan dadamu," puji Oscar dengan suara beratnya yang menggoda.

Untuk seorang lelaki dari Eropa yang menurut Lisa elegan dan berselera tinggi, selera Oscar terbilang rendahan. Banyak sekali wanita di kantornya itu yang jauh lebih cantik daripada Lisa tetapi Oscar lebih memilih dirinya? Pria ini sungguh tidak punya selera. Lisa tahu dirinya tidak jelek tetapi untuk pria dengan wajah yang sangat tampan ini? Masih banyak yang lebih cocok untuk menjadi istrinya ketimbang Lisa.

Lisa mulai memahami alasan pria ini menjadikannya sekretaris pribadinya – Otak pria ini ada di selangkangan. Lisa mulai meragukan bahwa Oscar benar – benar ingin menikahinya karena cinta. Ya, Lisa selalu ingat akan hal itu. Dan pagi ini Lisa harus memuaskan hasrat atasannya itu lagi.

Oscar mulai mencondongkan tubuhnya ke depan dan melumat leher Lisa. Ia meninggalkan jejak berwarna kebiruan di sana. Sembari menggerayangi leher Lisa, Oscar meraba payudara Lisa dari balik blazer hitamnya. Puncaknya terasa mengeras di tangan Oscar.

Lisa mengerang pelan, Oscar menutup mulutnya dengan ciuman. Bibir Oscar menyentuh bibir Lisa dengan ganas, meninggalkan bekas gincu merah menyala di sepanjang mulut Oscar. Ia tidak menghiraukan bekas gincu itu dan lanjut menghabisi Lisa.

"Pak... Tolong.. Jangan terlalu kasar..." Lisa mulai melemas, ia tidak mampu lepas dari cengkeraman pria ini.

Pria itu berdiri dan membuka resleting celananya. Kejantanannya bangkit, terpampang sangat perkasa di hadapan Lisa. Ia menggenggam kejantanannya dan mengarahkannya tepat di wajah Lisa.

"Lisa, kulumlah!" perintah Oscar singkat.

Lisa enggan berurusan dengan apa yang disodorkan di wajahnya itu. Namun ia tetap harus melanjutkan. Di genggamnya kejantanan Oscar. Perlahan ia mulai mengulum ujungnya, perlahan menuju pangkalnya. Lisa berharap agar ia tidak tersedak saja.

"Wow you are amazing Lisa!" puji Oscar melihat kemampuan Lisa bermain lidah dengan kejantanannya. "Tidak kusangka kau bisa sedalam ini!"

Oscar menggerakkan pinggulnya ke depan dan belakangan dengan lembut, berusaha tidak membuat wanita yang membungkusnya itu tersedak. Upaya itu diikuti dengan desah lembut dari pria berambut pirang itu.

Beberapa menit kemudian, Oscar sudah mulai menginjak puncak kenikmatan. Napasnya mulai terengah – engah, kejantanannya siap melepaskan kenikmatan. Ia mencengkeram kepala Lisa dengan erat dan menarik kejantanannya keluar dengan cepat. Seketika wajah dan dada Lisa ternoda oleh cairannya. Pemandangan yang seksi bagi Oscar.

"Besok sepulang kantor, saya minta kamu untuk bertemu di restoran Giorno. Pengacara saya akan datang dan kamu akan bertemu dengannya, bersama dengan saya." Pria itu membenarkan resleting celananya, puas dengan kuluman dahsyat dari sekretaris pribdinya itu.

"Baik pak, terima kasih banyak sudah membantu saya lagi."

"Jangan sungkan – sungkan sayang. Oh ngomong – ngomong, besok saya ingin kamu mengenakan ini." Pria itu mengeluarkan sebuah tas bertuliskan Gior dan menyerahkannya kepada Lisa.

"Saya kemarin mau memberimu itu untuk dipakai ketika dinner, berhubung kemarin kamu menolak ajakan saya, jadi besok saya ingin kamu mengenakan itu."

Lisa mengangguk dan kembali ke meja kerjanya. Ia mengusap wajah dan dadanya yang ternoda oleh Oscar dengan tissue.

Dasar bajingan, beraninya ia merusak tank topku dengan cairannya yang menjijikkan!?

"Oke, sampai jumpa besok! Jangan lupa pakai lipstick merah menyala." Pria itu mengerling.