Chereads / Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku / Chapter 68 - Jangan Tinggalkan Aku

Chapter 68 - Jangan Tinggalkan Aku

Gabby berenang ke tepi kolam renang lalu mengangkat tubuhnya ke atas. Perempuan itu berlari ke arah Michael, dia melihat laki-laki itu dikerumuni oleh orang banyak. Gabby berusaha masuk ke dalam kerumunan itu, dia terpaksa harus mendorong beberapa orang.

Gabby melihat tubuh Michael yang terlihat tergeletak tidak berdaya. Wajah laki-laki itu sedikit membiru dan bibirnya berwarna putih. Dia melihat di sebelah Michael ada seorang pria yang melakukan CPR.

"Kasihannya, nggak bisa berenang ya?" Terdengar seorang wanita yang bertanya di sebelah Gabby.

"Sudah panggil ambulans belum?" Pria itu berteriak ke temannya.

"Siapa yang mendorong laki-laki ini?" Pria itu kembali bertanya, dia melihat sekelilingnya sambil tetap melakukan CPR.

"Laki-laki yang mendorongnya tadi sudah lari." Balas seseorang dari kerumunan.

Gabby tidak bisa menahan air matanya, dia menjatuhkan dirinya di sebelah Michael. Perempuan itu menggoyang tubuh Michael, "Michael..." Lirih Gabby.

"Michael, ayo bangun..." Gabby mengusap air matanya, "Jangan tinggalkan aku."

Seseorang dari kerumunan menarik lengan Gabby, memaksanya untuk berdiri, "Hey minggir! Jangan dekati laki-laki itu dulu!"

"Dia itu suamiku!" Gabby melepas pegangan pria itu.

"Suami..." Pria itu menggelengkan kepalanya, "Anak muda jaman sekarang kalau pacaran senang memanggil satu sama lain suami dan istri."

Belum sempat Gabby menjawab omong kosong pria itu dia merasa tubuhnya terdorong ke samping. Dia melihat ada beberapa orang yang memakai seragam membawa tandu. Setelah tubuh Michael berada di atas tandu, mereka membawa laki-laki itu ke ambulans.

"Michael..." Gabby kembali menghapus air matanya yang terus bercucuran.

Kalau saja Gabby tidak mengabaikan Michael mungkin kejadian ini tidak akan terjadi. Mungkin sekarang Gabby sedang mengajari laki-laki itu berenang gaya dada. Tiba-tiba perempuan itu mendengar suara dari belakangnya.

"Aduh, mati aku." Suara itu terdengar familiar.

Gabby menoleh dan dia melihat ada sekelompok laki-laki sedang berjalan ke arahnya. Dia melihat Billy berdiri di depan sendiri, cara berdirinya terlihat ketakutan. Laki-laki itu menundukkan kepalanya, tidak berani melihat Gabby.

"Bos maafkan aku," Billy menengadahkan wajahnya, "Aku tidak bermaksud untuk mendorong..."

"Kamu!" Gabby memelototi Billy, perempuan itu berteriak, "Kenapa kamu melakukan itu?!"

Sekelompok teman Billy terlihat kaget, mereka ikut menundukkan kepalanya. Kalau orang lain lihat mungkin mereka akan tertawa. Sekelompok laki-laki yang terlihat ketakutan karena dipelototi oleh seorang perempuan.

"A-aku," Billy menelan ludahnya, "Aku tidak bisa menahan emosiku, tadi laki-laki itu terlalu sombong. Aku ingin memberinya pelajaran."

Gabby berjalan mendekat, kedua tangannya terkepal dengan erat. Gabby berhenti tepat di depan Billy lalu mendorong perut laki-laki itu dengan kakinya. Tendangan itu menyebabkan tubuh Billy jatuh ke dalam kolam renang.

"Aku memperingatimu ya! Sampai terjadi sesuatu dengan Michael aku akan membunuhmu!" Gabby menunjuk Billy yang masih berada di kolam renang, "Dan jangan pernah kamu panggil aku bos. Menjijikan."

Setelah mengatakan itu Gabby memutar badannya dan bergegas ke ruang ganti. Billy mengangkat tubuhnya ke atas lalu mengelap mukanya. Dia memegang perutnya, Billy berharap ususnya tidak berpindah tempat.

"Wow," Salah satu temannya bersiul, "Keren juga perempuan itu."

"Sakit gak bro?" Temannya itu memegang perut Billy.

Billy memukul tangan temannya, "Jangan sentuh aku, sakit tahu."

--

Gabby membuka salah satu loker di ruang ganti lalu mengeluarkan tasnya. Dia merogoh dalam tasnya dan mengeluarkan handphonenya. Gabby dapat merasakan tangannya bergetar, sampai-sampai handphonenya hampir jatuh.

"B-bu..." Gabby menarik nafasnya, "Tadi Michael tenggelam sekarang dia dibawa ke rumah sakit, tapi aku nggak tahu rumah sakit yang mana."

"Apa kamu bilang?!" Gabby mendengar ibunya berbicara dengan ayahnya lalu melanjutkan, "Ok Gabby jangan nangis ya. Ibu akan menghubungi Adam lalu ibu akan menjemputmu."

"Iya bu." Gabby menahan handphonenya dengan bahunya.

--

Sesampainya di rumah sakit yang diberitahu oleh pengawas kolam renang, Gabby bertanya dimana kamar Michael. Perempuan itu sedikit berlari meninggalkan orangtuanya di belakang.

Sebelum dia mendorong pintu kamar Michael dia merasakan bajunya ditarik. Perempuan itu menoleh lalu melihat ibunya yang menggelengkan kepalanya.

"Pelan-pelan kita ini di rumah sakit." Ibunya melepas pegangannya di baju Gabby.

Gabby menganggukan kepalanya lalu mendorong pelan pintu kamar Michael. Di dalam kamar itu dia melihat Adam sedang berdiri tidak jauh dari tempat tidur pasien. Gabby mengalihkan pandangannya dan melihat ada seorang dokter yang sedang berbicara serius dengan Adam.

Gabby berjalan mendekat dan melihat mata Michael masih tertutup.

Dokter itu kembali memeriksa detak jantung Michael dengan stetoskopnya. Gabby tidak memperdulikan tangan ibunya yang menahannya untuk mendekat. Perempuan itu berdiri di sebelah tempat tidur Michael dan terisak.

"Michael..." Gabby memegang tangan Michael dengan hati-hati.

Gabby melihat ada selang infus yang menempel di tangan Michael. Saat perempuan itu melihat bekas gigitan nyamuk di tangan Michael, Gabby kembali merasa bersalah. Kenapa dia tidak memberinya lotion anti nyamuk? Kenapa dia harus bertengkar dengan Michael?

Dokter itu baru menyadari kehadiran Gabby lalu menengadahkan wajahnya, "Tolong jangan berisik, laki-laki ini masih tertidur."

"Dokter, apa dia baik-baik saja?" Suara Gabby terdengar seperti sedang menahan tangisannya.

"Dia baik-baik saja," Dokter itu mengalungkan stetoskopnya di lehernya, "Untung saja tadi dia segera ditolong."

Saat dokter itu melihat mata dan hidung Gabby berwarna merah, dia tersenyum, "Kamu adiknya ya? Tenang saja kakakmu baik-baik saja kok."

Gabby menggelengkan kepalanya lalu mengusap matanya, "Aku bukan adiknya, aku ini istrinya."

Istri?!

Dokter itu membuka mulutnya tapi tidak ada suara yang keluar. Dia melihat orangtua Gabby lalu melihat Gabby lagi.

"Istri? Remaja jaman sekarang ternyata benar-benar memanggil pacarnya dengan sebutan suami istri," Dokter itu tersenyum canggung, "Kamu tahu kan arti dari suami istri yang sesungguhnya?"

"Dok, aku sudah besar tentu saja aku tahu maksud dari suami istri," Gabby melepas tangannya yang berada di atas tangan Michael, "Dokter sendiri tahu kan arti dari suami istri? Kok masih tanya lagi?"

Wajah dokter itu memerah, tentu saja dia mengetahui arti dari suami istri. Belum sempat menjawab perempuan itu, dia mendengar orangtua perempuan itu bersuara.

"Gabby!" Ibunya berjalan mendekat, "Kamu jangan kurang ajar ya!"

Ibu itu lalu melihat wajah dokternya, "Tapi memang apa yang dikatakan oleh anak saya benar," Ibu itu tersenyum, "Kami memang berencana untuk menikahkan anak perempuan kami dengan Michael."

"Jangan katakan itu di depan umum!" Ayah Gabby sedikit berteriak, "Kita masih belum tahu apa mereka beneran akan menikah!"

Ibu Gabby memutar bola matanya lalu membalik badannya, "Kamu diam saja ya! Kalau aku bilang mereka akan menikah maka mereka akan menikah!"

"Ah, baiklah," Dokter itu menganggukan kepalanya dengan pelan, "Saran saya tolong kalian menunggu diluar ya, biarkan Michael beristirahat." Setelah mengatakan itu dia berjalan keluar meninggalkan keluarga yang menurutnya sangat berisik.

"Baiklah, terima kasih dokter." Agnes melihat punggung dokter itu. Setelah melihat dokter itu menutup pintu kamar Michael, Agnes melihat Gabby.

"Gabby, ayo keluar kita harus makan siang." Agnes menarik tangan anaknya.

Gabby menggelengkan kepalanya, "Aku nggak lapar bu, aku nggak akan berisik jadi biarkan aku disini bersama Michael."

Melihat anaknya yang dari tadi tidak bisa berhenti menangis membuat Agnes tidak tega. Akhirnya dia menyetujui permintaan anaknya dan keluar bersama Daniel.

--

Pendingin ruangan mengakibatkan laki-laki yang tertidur itu merasa kedinginan. Dengan perlahan laki-laki itu membuka matanya. Hal pertama yang dilihat Michael ada cahaya lampu putih yang menyakiti matanya.

Michael mengedipkan matanya lalu matanya mengelilingi ruangan asing itu. Dari baunya saja Michael sudah tahu kalau dia ada di rumah sakit. Tiba-tiba Michael merasakan tangannya tidak terasa apa-apa.

Michael mengalihkan pandangannya lalu melihat tubuh perempuan yang sedang tidur disebelahnya. Kepala perempuan itu berada di atas tangannya yang membuat Michael tersenyum.

Michael mengangkat tangan kanannya dan merapikan rambut Gabby yang terlihat berantakan. Tiba-tiba Gabby mengangkat wajahnya, dia duduk dengan tegak lalu mengusap matanya.

"Michael!" Setelah mengatakan itu Gabby langsung berdiri dan memeluk tubuh Michael dengan erat.

Pergerakan Gabby yang cepat itu menyebabkan tabung infus bergerak ke kanan dan kiri. Michael meringis kesakitan tapi tetap membalas pelukan perempuan itu.

"Suamiku..." Gabby menangis di pundak Michael, "Maafkan aku, ini semua salahku!"

Michael dapat merasakan tubuh Gabby bergetar, dia mengelus punggung Gabby.

"Aku nggak marah sama kamu kok," Gabby mengusap air matanya di baju Michael, "Kalau misalnya kita nggak bertengkar pasti kamu sekarang baik-baik saja."

Michael mengedipkan matanya beberapa kali, tidak mempercayai apa yang didengarnya. Nggak marah? Bukannya selama tiga hari lebih dia tidak mengajaknya berbicara?

"Aku tadi sudah menghabisi Billy," Lanjut Gabby dengan menggebu-gebu, "Jadi jangan marah sama aku ya?"

Note :

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705

- Pernikahan Tersembunyi : My Imperfect CEO https://www.webnovel.com/book/pernikahan-tersembunyi-my-imperfect-ceo_17580757105605205

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805