Gabby menggelengkan kepalanya, "Nggak."
Perempuan itu memang tahu kalau ibunya tidak mungkin akan memaafkannya dalam waktu dekat. Tapi setidaknya, dia tahu kalau ibunya tidak menganggapnya sebagai anaknya lagi.
Tapi, mengingat pandangan mata ibunya tadi mampu membuat tubuh Gabby merinding. Harapannya pupus seketika dan dia tidak tahu harus mempercayai yang mana.
Sekitar jam 9 malam lebih, Gabby baru menerima telpon dari ayahnya.
"Halo, nak?" Suara ayahnya terdengar pelan dan menggema, seperti di dalam kamar mandi, "Kamu sekarang ada dimana? Ayah baru saja pesan kamar hotel buat kamu di dekat rumah. Ibumu masih marah dan ayah nggak diperbolehkan untuk keluar. Jadi kamu ke hotel sendirian saja ya, hati-hati. Kalau kamu sampai disana, langsung hubungi ayah."
Mendengar tidak ada balasan dari Gabby membuat Daniel tersenyum kecil, "Hey, ayah yakin ibumu pasti sudah baik-baik saja besok. Malam ini kamu istirahat saja ya."
Gabby terdiam cukup lama, lalu berbisik, "Iya yah."