Chapter 31 - Maafkan Aku

Di dalam ruang keluarga Michael yang dingin malam itu dipenuhi oleh suara piano yang keras dan menyedihkan. Adam menaruh beberapa macam makanan di atas meja makan lalu menengadahkan kepalanya ke lantai dua tempat suara piano itu berasal.

Sejak pulang sekolah, Michael sudah mengurung dirinya di dalam ruang musik lalu memainkan pianonya tanpa berhenti. Hal itu membuat Adam khawatir, sejak dua jam yang lalu dia selalu melihat ke arah jam tangannya.

Dari dulu sejak Michael masih kecil, dia selalu berlatih bermain piano tanpa henti jika memiliki sesuatu yang ada di pikirannya. Jika hal itu terjadi selama seharian penuh mau tidak mau Adam harus memberhentikan Michael untuk makan atau beristirahat.

Apakah autis tuan muda telah kambuh lagi? Pikir Adam dalam hati.

Adam berpikir sejenak lalu melangkahkan kakinya untuk menaiki tangga dan menuju ke ruang musik di lantai dua. Namun, seiring kaki Adam menaiki anak tangga, suara piano semakin terdengar intens, ritmenya semakin cepat, cukup cepat untuk membuat seseorang bergetar.

Tiba-tiba bunyi piano berhenti, seakan-akan seluruh dunia menjadi sunyi. Beberapa detik kemudian bunyi piano terdengar lagi, bunyinya terdengar sangat menyedihkan sampai membuat Adam merasa kesulitan untuk bernafas.

Sejak Michael lahir dia sudah menjadi tanggung jawab Adam karena ayah dan ibu Michael selalu sibuk dengan dunia pekerjaannya dan selalu pergi mengelilingi dunia, sampai-sampai mereka tidak memiliki waktu atau energi untuk merawat anaknya.

Dulu waktu Michael berusia tujuh tahun dia pernah tidak sengaja jatuh ke danau dan hampir tenggelam, saat Adam menghubungi orangtuanya mereka hanya bertanya mengenai keadaan anak mereka lalu menutup teleponnya. Sejak itu, Michael tidak pernah berbicara kepada siapa pun kecuali Adam, itu pun kalau ada perlunya saja.

Karena merasa khawatir, besoknya Adam membawa Michael ke rumah sakit dan dokternya mengatakan kalau laki-laki itu divonis autis dan menyarankan agar anak laki-laki itu mengikuti beberapa terapi. Sebelum Adam dan Michael kembali tinggal di Bandung, keadaan Michael semakin lama semakin membaik.

"Tuan muda, ada masalah apa? Tolong buka pintunya..." Adam mengetuk pintunya dengan takut-takut.

Tapi tidak peduli berapa banyak atau keras Adam mengetuk pintu, Michael tidak membuka pintunya dan tetap memainkan pianonya, seakan-akan dia tidak mendengar suara Adam.

Adam berusaha membuka pintunya dan menghela nafasnya saat dia mengetahui kalau Michael mengunci pintunya dari dalam. Saat Adam ingin membuka paksa pintu ruang musik itu dia mendengar ada yang menekan bel pintu di lantai satu.

Adam melihat pintu di hadapannya, melihat ke lorong lalu memutuskan untuk turun dan melihat siapa yang ingin bertamu malam-malam seperti ini.

Saat Adam membuka pintu dari dalam dia menyipitkan matanya berusaha untuk melihat siapa yang sedang berdiri di depan pagar, dan ternyata setelah pandangannya semakin jelas dia melihat yang sedang berdiri disana adalah Gabby.

Adam bergegas menuju pagar lalu mendengar Gabby berteriak, "Maaf mengganggu malam-malam Adam! Apakah Michael ada di dalam? Aku ingin meminta maaf ke dia!"

Mendengar itu membuat Adam berhenti sejenak, "Meminta maaf?" dia lalu mendekati pagar dan membuka gemboknya, "Apa ini ada hubungannya dengan sikap tuan muda hari ini?"

Gabby mengerutkan keningnya dan hampir menggelengkan kepalanya karena dia benar-benar tidak tahu, "Ah iya mungkin." Jawab Gabby bingung.

Adam melihat wajah Gabby sebentar lalu mempersilahkan perempuan itu untuk masuk, "Silahkan masuk! Mungkin ada yang salah dengan Tuan muda hari ini jadi aku sarankan untuk berhati-hati."

"Baiklah! Makasih ya Adam." Seru Gabby yang kemudian berlari kecil ke dalam rumah Michael.

Sesampainya Gabby di dalam, dia dapat mendengarkan samar-samar bunyi piano yang menyedihkan. Dia melihat ke atas lalu menaiki tangganya dengan cepat, saat kaki Gabby menginjak karpet di lantai dua bunyi pianonya semakin terdengar jelas.

Gabby bergegas ke depan pintu ruang musik, menarik nafas lalu mengetuk pintu, "Michael, ini aku Gabby. Tolong buka pintunya, aku mau bicara mengenai sesuatu." Seketika itu Gabby mendengar suara piano terhenti.

Setelah menunggu beberapa saat dan tidak mendengar langkah kaki Michael yang mendekat, dia langsung memukul pintunya dengan keras dan berteriak, "Apa sih masalahmu denganku?! Aku hanya ingin minta maaf! Tapi kamu nggak mau membuka pintu ini untuk mendengarkan permintaan maafku! Baiklah! Aku tidak akan mengganggumu lagi!"

Tidak sampai lima detik setelah Gabby selesai menuangkan emosinya, dia melihat pintunya terbuka dengan pelan lalu sepasang bola mata berwarna hitam sedang mengintip ke arah luar.

"Masuklah ke dalam." Lirih Michael dengan pelan.