"Sayang... kamu malam ini pulang ke rumahku kan?"
"Maaf Hana aku nggak bisa."
"Tapi... aku mau kamu ke sini malam ini. Yah?"
Hana bergelayut di tanganku, tak peduli pada mata yang menatapi kami berdua.
"Maaf Hana, aku harus kembali bekerja."
"Baiklah sayang... telpon aku nanti yah."
Cup.
Sebuah kecupan tipis mendarat di pipiku. Oh Tuhan.
Beberapa perawat berbisik sambil melirik ke arah kami berdua. Aku segera meninggalkan Hana. Berbelok ke ruangankù.
Kulihat bekas lipstik di pipiku. Ah.. Hana. Dia pasti sengaja.
"Kakek mau kamu segera manikah dengan Hana. Kalian selalu saja pamer kemesraan di rumah sakit. Kakek tidak menyukainya."
Aku tinggalkan Kakekku begitu saja. Aku lebih memilih tinggal di apartment ku sendiri ketimbang tinggal di rumah kakek.
Drrtrrdtt
[Ada yang mencarimu,Ryuu]
Aku segera ke nurse station, dan melihat seseorang berdiri di sana. Dia memakai jaket flanel berwarna merah menyala. Sebuah masker, kacamata bulat dan sepasang sarung tangan.
"Maaf?"
"Ah Tuan Ryuu, saya membawakan sesuatu untukmu."
"Kenapa kamu ke sini Alika?"
Alika menyodorkan sebuah amplop coklat.
"Kamu ngapain ke sini?"
"Tolong dibuka amplopnya!"
"Bimbing dia."
Hanya itu yang tertulis di kertas yang dibawa Alika. Aku bingung harus gimana, bimbing? Apa ini?
Aku ambil gawai dan segera menelpon Yuu, untuk bertanya padanya.
"Hey apa ini?"
"Ah itu perintah Papa. Tolong jaga Alika yah. Tolong!"
Tut tut tut
Aku tak tau harus apa.
Tiba-tiba, Mahira datang. "Alika yah? Oh ayo sini-sini. "
Mahira membimbing Alika ke tengah nurse station.
"Mulai saat ini kita punya dokter residence yang baru. Ayo perkenalkan dirimu."
"Namaku Alika. Mohon bimbingannya."
Hah?
Alika?
Alika dan Mahira berlalu dari hadapanku. Aku kembali dengan pekerjaanku. Sepanjang hari Alika mengikuti ke manapun aku pergi. Bahkan saat aku akan pergi ke kamar mandi.
"Kamu mau ikut saya ke toilet?"
Dia menggeleng kuat.
Dia juga duduk di depanku saat makan siang, Mahira juga ikut di sampingnya.
"Dia gadis yang manis."
Manis apanya? Penampilannya saja aneh sekali.
Cih.
..
Malam sudah gelap sempurna, saatnya aku pulang ke rumah. Aku segera pulang ke apartmen ku sebelum Hana menghadangku di depan Rumah sakit.
Dan Alika, aku tak tau dia ke mana.
Secangkir kopi, dan setumpuk pekerjaan di depanku. Aku menatap layar kotak di depanku. Tak terasa waktu berlalu begitu saja. Sampai jauh larut malam.
Drrtrrdtt drrtrrdtt
"Ya hallo?"
"Ryuu, Alika sudah sampai rumah kamu belum? Kebetulan tadi Haruto butuh ditemenin jadi, aku tinggalin dia di rumkit. Dia bilang nanti menginap di rumahmu."
"Hah? Rumahku??"
"Maaf malam ini aku harus menemani Haruto-san. "
Jam 11.30 malam.
Aku tak punya kontak Alika, aku juga tak tau dia ke mana. Ah biarlah. Ada banyak pekerjaan yang menantiku.
Esok paginya, aku pergi ke rumkit. Aku berjalan ke ruanganku. Saat di nurse station aku lihat Alika di sana dengan para perawat. Dia seperti sibuk mencatat, dia mendengarkan setiap instruksi dari para perawat dan dokter.
Aku acuh dan berjalan lurus ke ruanganku.
"Alika ayo sarapan dulu."
"Ah, iyah terimakasih. "
"Tadi malam kamu menginap di mana?"
"Dia berjaga semalaman di IGD, saat semua orang tidur dia yang berjaga. Mungkin juga dia belum sempat tidur."
"Malam ini, menginap di rumahku saja."
"Tidak, usah itu merepotkan. Di rumah sakitkan banyak tempat tidur yang tak terpakai."
Semua orang tergelak dengan ucapannya. Segera dia menjadi populer diantara semua resident.
.
.
Sudah seminggu ini, aku hanya bertemu Alika di rumah sakit. Dia selalu menolak jika diminta menginap di rumah koleganya. Dia akan menolak.
Suatu malam, saat aku mendapatkan shift malam. Sudah seharian Alika berlari ke sana ke mari. Dia juga tak sempat makan. Aku beberapa kali melihat dia mengunyah roti sambil mengerjakan pekerjaan lainnya.
Aku taruh sekotak nasi untuknya.
"Dokter tidak boleh sakit."
"Ah, terimakasih Tuan. Tapi, saya sudah makan." Dia menunjukkan bungkusan roti yang sudah kosong dari sakunya.
"Hey, ini ada nasi dari Tuan Ryuu, ada yang mau?"
Mereka semua mengerubutiku seperti semut dan berebut nasi kotak itu. Dan Alika pergi ntah ke mana.
Alika itu beneran Batu. Masa iyah dia tidak tertarik sedikitpun denganku? Emangnya akù ini kurang ganteng kah?
Aku ingin tau seberapa kuat Alika menghindariku?
Aku mencarinya sepanjang koridor rumah sakit. Tak ada tanda dia ada. Di unit gawat darurat juga gak ada.
Aku mendengar suara isakan pelan dan samar. Bertahun-tahun aku berada di sini, tak pernah aku bertemu dengan setan dan sejenisnya. Mana mungkin ada hantu di sini? Atau hanya pasien yang sedang down.
Aku acuh, pura-pura tak mendengarkan rintihan tangis yang begitu pilu itu.
Tak berapa lama pintu itu terbuka. Alika keluar dari sana. Matanya merah, hidungnya juga.
"Kamu kenapa Alika?"
Dia berlalu begitu saja. Mengacuhkanku.
"Aku baik-baik saja. "
Ucapnya sambil mengepal tangannya erat. Baru kali ini ku dengar nada bicaranya berubah.
Baru ini juga ku lihat dia memaksakan senyumannya, bukan berwajah datar seperti biasa.
Kamu kenapa?
...
Hari berlalu, begitu saja. Aku tak pernah tau ke mana Alika pulang. Sepanjang hari selama dua bulan ini aku selalu melihatnya ada di rumah sakit.
"Ah sayang... kamu jahat banget gak nelpon aku. Gitu ah."
Sebuah pukulan ringan mendarat ke dadaku.
"Maaf Aku sibuk, Hana."
"Iih kamu pikir aku ini nggak sibuk ama semua jadwal aku?? Duuh kamu ini. Aku mau ajak kamu makan siang sekarang!!"
"Maaf,Dok. Pasien di kamar 324 .."
"Duh kamu ini ganggu ajah. Urus sana sendiri kamu kan dokter."
"Maaf Hana."
.
.