Chapter 5 - Kecewa

Kakek harus di opname beberapa hari di rumah sakit. Yudis dan Aldi bergantian menjaga kakeknya dengan telaten. Sampai hari ke 7 kakek baru keadaanya lebih membaik. Yudis senang sekali melihat kondisi kakeknya yang semakin sehat dan pulih.

"Besok kakek sudah bisa pulang," kabar Yudis kepada kakeknya.

Kakeknya mengangguk pelan. Dia meminta Yudis untuk duduk lebih dekat dengan dirinya. Yudis pun menurutinya.

"Yud, kakek punya permintaan buatmu!" kata kakeknya dengan suara lirih.

"Apa itu kek, Yudis janji akan menuruti semua permintaan kakek, supaya kakek bisa sehat kembali, pasti Yudis turutin," jawab Yudis sambil memegang tangan keriput kakeknya.

Kakek memandangi wajah Yudis cukup lama sebelum dia mulai berbicara.

"Kakek mau kamu menikah dengan anaknya Jaya!" ucap Kakek sambil memegang tangan Yudis dengan lembut. Sebuah permintaan yang sepertinya sudah lama dia pikirkan selama dia terbaring di rumah sakit.

"Apa kek?" tanya Yudis tidak percaya akan permintaan kakeknya itu.

"Ya, kakek mohon sama kamu, tolong kamu nikahi dia dan jaga dia, itu permintaan kakek, tadi.kamu sudah janji kan , kamu sudah bilang akan menuruti permintaan kakek?"

"Tapi kek, Yudis tidak bisa menikahi putrinya Papah Jaya, Yudis sudah punya calon sendiri kek." Yudis beralasan.

"Siapa wanita itu, apa dia Luna, kakek nggak mau ya punya cucu menantu artis ya, kakek nggak mau merestui, pokoknya yang harus jadi istri kamu ya anaknya Jaya.TITIK," tegas kakek dengan suara kencang sekali, seperti bukan orang yang sedang sakit.

"Kakek, bagaimana mungkin aku menikahi gadis yang nggak aku suka, dan nggak aku kenal sama sekali, lagipula kenapa memangnya dengan Luna. Dia orang baik, bermartabat, dan Yudis sudah kenal Luna selama 10 tahunan lebih."

"10 tahun kenal tapi sekarang belum menikah, sebenernya kamu itu pacaran apa nabung deposito selama itu tak ada tanda tanda menikah. Apa dia menolakmu untuk menikah?" tanya kakek.

"I-itu karena memang Yudis belum melamarnya kek, Yudis menunggu waktu yang tepat untuk melamarnya kek!" Yudis kembali lagi beralasan.

"Mau sampai kapan Yud, usia mu sudah hampir 30 tahun, kamu sudah dalam usia yang pas untuk menikah saat ini!" ucap kakek melunak.

"Beri waktu Yudis kek, Yudis akan memperkenalkan Luna secara resmi sama kakek setelah Yudis berhasil melamarnya!" kata Yudis mencoba membujuk.

"Baik, kakek kasih waktu seminggu kamu untuk membawa Luna ke hadapan kakek sebagai calon menantu!"

"Tapi, kalau dalam waktu 1 minggu itu kamu tidak berhasil, maka kamu harus mau menikahi putri Jaya," sambung kakek dengan tatapan yang tajam.

"Baik kek, Yudis akan buktikan sama kakek selama 1 minggu Yudis akan membawa Luna sebagai calon menantu keluarga ," janji Yudis dengan mantap.

"Kalau begitu, sudah cepat kamu kembali ke kantor, dan panggil Aldi kesini, ada sesuatu yang harus Aldi urus!"panggil kakek dengan raut wajah yang buram.

"Baik kek, kalau begitu Yudis pergi dulu."

Kakek tidak menjawab dia hanya berbaring dan mencoba memejamkan mata. Sepertinya hendak tidur.

Yudis pun pergi meninggalkan ruangan kakeknya dirawat. Dia merasa tidak enak hati pada kakeknya. Sepertinya dia kecewa dengan keputusannya.

🐌🐌🐌🐌🐌🐌🐌

Sehari setelah pembicaraanya dengan kakek. Yudis mencoba menghubungi Luna. Tapi Luna sedang di luar kota untuk keperluan syuting iklan. Dan baru kembali lusa. Yudis pun merasa tak karuan dan tak tenang karena waktu yang diberikan kakek hanya seminggu.

"Aldi, kosongkan jadwalku hari ini, aku mau menyusul Luna ke luar kota sekarang!" kata Yudis.

"Apa?"tanya Aldi tidak percaya.

"Ya, batalkan semua janji aku hari ini dengan klien, aku mau menyusul Luna ke Lombok hari ini juga, dan tolong juga siapkan tiket pesawatnya!" perintah Yudis.

"Baiklah " jawab Aldi manut.

Segera Aldi pun meninggalkan ruangan Yudis untuk mengurus segalanya yang diminta Yudis.

Yudis tak berhenti untuk mencoba menghubungi Luna. Namun sepertinya Luna sudah tidak mengaktifkan nomornya.

Kemungkinan dia sedang sibuk dengan urusn syutingnya. Yudis pun tak bisa sejenak tenang dengan semua keadaan ini. Dia kuatir kalau segala niat dan rencananya akan berantakan. Dia tidak menunda waktu lagi untuk segera menemui Luna dan mencoba meyakinkannya tentang perasaanya selama ini sekaligus ini adalah cara terbaik untuk menggagalkan niat perjodohannya dengan gadis yang dia tidak kenal yang sudah direncanakan kakeknya.

✈. ✈. ✈. ✈✈✈✈✈

Tiba di Lombok Yudis segera mendatangi hotel tempat Luna menginap. Sebelum dia naik ke pesawat Yudis sempat melihat akun Medsos Luna dan mengetahui tempat dia menginap di sana. Karena sampai dia di Lombok pun Yudis belum berhasil menelepon Luna. Tiba di hotel dia langsung menuju tempat resepsionis. Di sana dia bertanya kalau lokasi syuting yang dipakai Luna di sebelah mana.

Setelah mengetahui lokasi syuting Luna yang tak jauh dari hotel Yudis pun bergegas ke tempat itu. Perasaannya campur aduk. Antara senang bahagia campur gugup karena ini adalah momen dimana dia akan menyatakan perasaannya kembali pada Luna. Setelah beberapa kali dia ditolak. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk menyatakannya kembali dengan langsung melamarnya, mungkin saja dia akan menerimanya kali ini.

Membayangkannya saja sudah membuat Yudis tersenyum simpul. Sepanjang perjalanan dia menuju lokasi syuting jantungnya berdetak lebih kencang dibanding kecepatan kakinya berjalan.

Dari kejauhan kerumunan orang yang sedang melakukan syuting terlihat. Yudis pun segera mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok Luna di tengah tengah kerumunan itu. Tapi dia tidak melihat Luna.

Kemudian dia melihat salah satu kru yang dia kenal.

"Bang Sandi, Luna mana ya" tanya Yudis tentu saja membuat kaget orang itu. Tiba tiba ada Yudis di tempat ni.

"Lho, pak Yudis ko bisa ada disini?" tanya nya heran.

" Oh. Saya ada urusan bisnis disini, terus sekalian mau ketemu Luna, ada sesuatu yang penting," jawab nya.

"Oh gitu, barusan syuting selesai, dan Luna dari sejam yang lalu sudah balik ke kamarnya, katanya kurang enak badan jadi mau istirahat," jawab Bang Sandi.

"Apa, dia sakit?" tanya Yudis. Pantas saja.

"Bang, kalo boleh tau Luna di kamar berapa?" tanya Yudis. Dan Bang Sandi pun memberitahunya nomor kamar Luna karena dia tau Yudis adalah orang yang dekat dengan Luna.

Tanpa banyak pikir panjang Yudis pun segera bergegas menuju kamar hotel Luna. Entah kenapa sedikit kuatir setelah mendengar kabar Luna tidak enak badan.

Setelah sampai di depan kamar Luna. Yudis menekan bel Kamarnya. Agak lama dia menunggu tapi tidak ada tanda tanda pintu mau dibuka. Kemudian Yudis kembali lagi menekan bel. Sekali lagi dan terus terusan. Dia benar benar takut terjadi sesuatu apabila kamar nya tidak dibuka. Dia kuatir kalo Luna jatuh pingsan.

Setelah beberapa menit lamanya dia mendengar suara kunci pintu kamar dibuka. Yudis sedikit lega ketika pintu kamar terbuka. Muncullah Luna membukakan pintu. Dan betapa terkejut nya ketika dia melihat Yudis ada di hadapannya

" Yudh, kok bisa kamu ada disini?" tanya Luna kaget.

"Surprise, sebenar nya dari tadi pagi aku coba telepon kamu buat ngasih tau kalo aku mau kesini, tapi nomor kamu nggak aktif," jawab Yudis sumringah.

"Oh, kok bisa sih, terus kamu ada acara apa sampe ke Lombok segala?" tanya Luna.

"Ya tar aku ceritain, tapi aku masuk dulu ya," ucap Yudis sambil hendak menerobos masuk ke dalam kamar.

"Eh..eh bentar kamu jangan dulu mas- suk!"teriak Luna.

Tapi sudah terlambat. Yudis sudah berhasil masuk kamarnya. Dan alangkah kaget nya Yudis setelah dia masuk kamar Luna. Di sana ada seorang laki laki sedang duduk di atas tempat tidur bertelanjang dada dan dia cukup kalem saat Yudis melihatnya.

"Hai!" sapa lelaki itu. Seperti ada sebongkah batu besar langsung menghantam dadanya ketika Yudis melihat lelaki itu.

" Yud, ada apa sih, seharusnya kamu jangan masuk!" ucap Luna keliatan panik.

"Luna, siapa dia, dan kenapa dia ada di kamar kamu?" tanya Yudis penuh emosi.

"Dia pacar aku Yud, dan please kamu jangan nyebarin tentang ini, soalnya kami pacaran diam diam Yud!"penjelasan Luna sungguh membuat Yudis mual.

"Lun, kenapa kamu tega ngelakuin ini?" tanya Yudis menahan emosi. Ingin rasanya dia menonjok lelaki itu.

"Tega kenapa Yud, aku ga salah, toh kamu bukan papah aku dan juga bukan pacar aku jadi aku bebas mau pacaran sama siapa saja, memang aku salah kalau aku punya pacaran tanpa bilang sama siapa siapa termasuk kamu?"

"Jadi selama ini, kamu nggak anggap perasaan saya selama ini sama kamu?" tanya Yudis meledak amarahnya pada Luna.

"Santai bung, anda sudah kelewatan, pertama kamu menerobos tanpa izin dan sekarang kamu mau ngajak ribut ribut disini!" Sepertinya lelaki itu pun tidak terima jika Yudis mengganggu nya.

"Bajingaaaaan!" teriak Yudis sambil meninju muka lelaki itu dengan keras sampai lelaki itu terhuyung jatuh ke lantai. Luna menjerit melihat itu kemudian dia langsung menampar keras pipi Yudis.

Plak. Terasa panas dan perih pipinya akibat tamparan Luna. Memang wajahnya yang kena tampar tapi hatinya jauh lebih sakit dari pipinya. Yudis menatap wajah Luna yang marah.

"Cepat pergi kamuu!"usir Luna.

Hancur hati Yudis menerima ini semua. Dia tidak mengira kalau selama ini Luna hanya mempermainkan perasaannya.

"Mulai sekarang kamu ga usah nyari aku lagi, lebih baik kita ga usah ketemu lagi, aku benci sama kamu!"ujar Luna sambil mendorong jauh badan Yudis untuk keluar dari kamarnya.

Hati Yudis hancur berkeping keping saat Luna mengatakan itu semua. Dia tak punya kekuatan untuk menopang tubuhnya untuk berdiri.Dengan sempoyongan Yudis meninggalkan kamar Luna dan berjalan tanpa ada tenaga sekali tidak seperti saat dia datang kesini dengan penuh semangat. Harapan yang tadi dia bawa sekarang terbang jauh tinggi tanpa kasihan. Entah apa yang sekarang dia harus perbuat. Luna sudah berubah dan sekarang dia malah mencampakkannya tanpa sempat dia mengucapkan lamaran itu.

Dadanya terasa sakit sekali kemudian dia memegang dadanya dan terasa ada yang mengganjal di dadanya. Dia kemudian sadar kalau di saku dalam jasnya tersimpan sebuah kotak cincin yang sudah dia persiapan untuk Luna.Kemudian Yudis membuka kotak cincin itu. Sebuah cincin bermata berlian yang cukup besar untuk sang pujaan hati. Tapi sekarang cincin itu sudah tak ada lagi gunanya. Karena sang calon pemilik nya sudah mencampakkannya. Yudis pun melempar kotak cincin itu penuh kebencian dan kekesalan.

Dia merasa jiwa laki lakinya telah tercabik dengan segala perlakuan Luna kepada dirinya. Meski dia tidak meneteskan air mata. Tapi hatinya sedang menangis meraung raung. Menyesali segala nya.

Setelah itu Yudis pun kembali ke Jakarta dengan membawa kegagalan sekaligus kekecewaan yang amat terdalam.

🎭🎭🎭🎭🎭🎭