Chapter 5 - (cold) -3

—Benteng di hati ini mulai hancur perlahan oleh semua perbuatan mu.

Giovanna sampai rumah tepat pada pukul 3 lewat 20 menit. Di rumahnya tidak ada siapa siapa, papa nya yang masih bekerja, dan kakaknya yang pasti sedang les sekarang.

Giovanna menuju ke tempat tidurnya dan langsung menghempaskan dirinya ke atas kasur. Tak lama kemudian, matanya sudah terpejam.

"Di cariin noh sama doi!" Teriak seorang perempuan dari luar kelas.

Perempuan yang di maksudkan, memalingkan wajahnya dari novel yang ia baca, "Siapa?" Tanya nya datar dan tidak terlalu fokus pada pembicaraan.

Perempuan yang teriak tadi sontak menepuk dahi nya pelan, "Doi lo siapa emang? Eh gak punya ya, maksudnya gebetan." Ucap perempuan tersebut yang di kenal dengan Shakira.

Perempuan tersebut memutar bola matanya malas, "Gak lucu setan biadab Shakira." Ucapnya dengan pandangan merendahkan.

Shakira menatap perempuan itu dengan malas, "Terserah lo dugong mimi peri," Ucapnya sedikit memberi jeda untuk lanjutannya. "Cepetan bego di tungguin ih." Ucap Shakira yang kesal sendiri.

Perempuan itu berdecak pelan dan berjalan ke luar kelasnya untuk menemui seseorang yang menunggunya.

Betapa terkejutnya saat yang menemuinya ternyata seseorang yang selalu ia kagumi, selalu ia stalk, selalu ia pikirkan.

Detak jantungnya tidak karuan, lidah nya kelu, kakinya seperti mati rasa dan lemas, seolah semua tubuhnya seperti lumer seketika.

"Ikut gue." Ucap lelaki itu dengan wajah datar dan suara yang seakan akan memerintah.

Perempuan tersebut mengangguk dan mengekor di belakang lelaki tadi. Perempuan tersebut menunduk karena ia yakin bahwa pipinya sudah seperti kepiting rebus.

Karena tidak memerhatikan jalan, saat lelaki itu sudah berhenti, ia malah menabrak punggung lelaki itu. "Maaf." Ucapnya refleks mengangkat wajahnya.

Lelaki itu mengangguk. Seketika terjadi kebisuan diantara keduanya. Tidak ada yang berniat untuk berbicara lebih dulu.

Akhirnya lelaki tersebut membuka pembicaraan, "Gue cuma mau bilang," Ucap lelaki itu sengaja memberi jeda. Akhirnya perempuan tersebut mengangkat perlahan kepalanya agar mata mereka saling berpandangan.

Kok gue deg-deg an? Batin perempuan tersebut.

"Jangan pernah ganggu Neisha, jangan deketin dia, jangan sakitin dia, gue mohon sama lo buat jauhin dia. Bukannya gak suka, tapi dia gak nyaman sama prilaku lo, tolong ngerti apa yang gue ucapin." Ucap lelaki itu membuat perempuan tersebut terkejut.

Perempuan tersebut sedikit kebingungan, "Gue gak pernah nyakitin dia sama sekali, gue juga gak pernah yang namanya deket sama dia. Ngobrol aja gak pernah, apalagi deket. Dan apa maksud lo?" Tanya perempuan itu yang melihat lelaki di hadapannya dengan terkejut.

Lelaki tersebut malah tertawa miring, "Hah?! Gak usah banyak alesan, gue tau alesan dia putusin gue karena dia takut sama lo!" Ucap lelaki tersebut tanpa jeda.

Perempuan itu menautkan alisnya, "Gue? Lo nyalahin gue karena masalah kalian? Gue gak pernah ikut campur sama urusan kalian, gue gak suka di tuduh." Ucap perempuan tersebut dengan tegas.

Emosi lelaki tersebut sudah memuncak, "IYA! LO PENYEBAB GUE SAMA DIA PUTUS! LO TERLIHAT MURAHAN TAU GAK DENGAN CARA KAYAK GINI?! MAU LO APA? LO SUKA SAMA GUE? CINTA GAK BISA DI PAKSA." Ucap lelaki tersebut dengan bentakan terhadap perempuan di hadapannya.

"Terserah apa yang mau lo katain. Yang pasti, seberusaha apapun gue ngejelasin semuanya, itu gak akan berpengaruh buat lo. Karena lo cuma menganggap benar apa yang Neisha ucapin, puas?! Iya gue salah, apalagi? Udah kan? Gue cabut." Ucap perempuan tersebut yang langsung pergi dari hadapan lelaki tadi yang telah membentaknya dengan segera.

Terdengar ucapan yang terdengar seperti gumaman dari arah lelaki itu, "Lo! Perempuan murahan yang gak punya harga diri!" Ucapnya yang juga langsung kembali ke kelasnya.

Sedangkan perempuan itu? Ia tak kuasa menahan air matanya, dan langsung menuju toilet khusus perempuan.

Saat ia sudah berada di dalam toilet, pintu utama toilet terbuka dan terdengar tawaan dari salah satu diantara mereka, "Lo tau? Gue menang." Ucap nya dengan bangga.

Suara itu seperti suara Neisha. Mungkin ia ke toilet hanya untuk membenarkan tampilan nya. Terdengar dti suara bahwa ia puas dengan hasil yang ia dapat. Entah apa, tapi seperti menuju ke persoalan antara peremuan tersebut dengan Neisha.

Giovanna mengerjapkan matanya dan melihat jam di kamar nya menunjukkan pukul 5 sore. Ia langsung mengambil wudhu untuk shalat, dan setelahnya pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari keringat.

Argh, shit! Mimpi sialan itu datang lagi.

Giovanna hanya merutuki dalam dirinya dengan diam tanpa ekspresi. Entah kenapa ia lebih suka memendam semuanya sendiri dan tidak terlalu menonjolkan apa yang sedang ia alami lewat ekspresi.

"Semuanya gara-gara Arka bloon." Ucapnya dengan wajah datar dan terus menikmati setiap air yang mengalir ke tubuhnya.

15 menit kemudian, Giovanna keluar dari kamar mandi dan langsung memakai piyama nya dan mulai belajar materi yang sekiranya akan muncul di olimpiade nanti.

Baru saja sekitar 20 menit ia belajar, tiba-tiba gebrakan pintu membuatnya menoleh ke arah pintu dan mendapati Papa nya yang sepertinya sudah tersulut emosi. Giovanna hanya diam menunduk tidak tahu apa yang hendak ia ucapkan, banyak pertanyaan yang ingin sekali ia lontarkan, namun seakan akan mulutnya terlalu sulit untuk terbuka.

"Maksud kamu apa ingin mengikuti lomba itu?! Saya gak suka, dan bilang ke kepala sekolah kamu untuk tidak memaksamu, atau tidak, saya akan memindahkanmu." Ucap Sergio dengan tegas dan tidak ingin di bantah.

Giovanna menunduk takut, "Tapi Pa, Giovanna pengen ikut lomba itu," Ucap Giovanna pelan namun masih terdengar oleh Papa nya yang berjarak tak jauh darinya.

Namun, emosi Sergio malah semakin memuncak "Kamu nentang saya?! Pikir sama kamu, kalo kamu tinggal sama saya dan semuanya saya yang tanggung. Kalo kamu mau nentang saya, lebih baik kamu pergi dari rumah ini dan tidak ada lagi kata Ēquirrel di nama mu." Ucap nya dengan nada tegas bercampur dingin dan amarah yang sudah benar benar memuncak.

"Maaf Pa." Hanya itu yang di ucapkan Giovanna, akhirnya Sergio menutup pintu kamar Giovanna dengan bantingan yang keras.

Giovanna memang jarang memasang ekspresi, namun kata siapa jika hatinya tegar. Bayangkan jika kamu berada di posisi nya sekarang, kemauan mu di bantah secara mentah mentah oleh orang yang kamu sayangi meskipun dia membencimu.

Air mata nya jatuh perlahan, membuatnya menaikkan kedua kakinya untuk memeluk nya erat dan menelungkupkan wajah ke dalamnya.

Ia menangis dengan suara kecil dan terdengar sangat rapuh. Ia ingin sekali berteriak dan melampiaskan nya dengan memecahkan sesuatu, tapi itu pasti akan menambah masalah bagi dirinya.

+×÷

Arka sedang berada di kamarnya sembari memutar mutarkan rubiknya agar dapat sewarna. Padahal ia sudah sering membuatnya dengan warna senada kemudian di acak acakan kembali.

Kemudian ia teringat bahwa ia menantang Giovanna untuk one by one bersama nya. Lalu, Arka pun langsung mengganti baju nya menjadi baju dengan lengan pendek berwarna abu abu, dan celana pendek selutut berwarna navy, kemudian memakai hoodie nya yang juga berwarna abu abu.

Ia langsung menuruni tangga rumahnya, dan mencari Bi Rani untuk berpamitan. "Bi, Arka mau keluar sebentar gak lewat sampe jam 9 kok." Ucap nya yang di beri anggukan oleh Bi Rani.

"Oh iya mas, pas pagi tuan bilang kalo dia bakal lembur." Ucap Bi Rani yang membuat Arka mengangguk dan langsung pergi.

Arka membawa motor sport nya yang berwarna biru nyala satu satu nya yang selalu menemani membelah hembusan angin malam.

Arka langsung menuju ke rumah Giovanna. Tanpa pikir panjang, Arka langsung memencet bel rumah Giovanna.

Yang keluar bukan lah Giovanna, melainkan seorang lelaki paruh baya yang mirip dengan Giovanna. "Siapa kamu? Cari siapa?" Tanya lelaki itu dengan nada dingin.

Masya Allah, bapaknya sebelas dua belas sama anaknya gini dah.

Arka hanya mengucapkan nya dalam hati, "Perkenalkan, nama saya Angkasa Arka Joan Emyldson. Saya datang kesini untuk memberi materi buat tugas sekolah Om." Ucap Arka yang berbohong.

Boong dikit gak papa lah.

Sergio mengangguk paham, "Kenapa kamu tidak memberinya di sekolah saja?" Tanya nya  yang membuat Arka menelan saliva nya dengan susah.

"Kan susah Om, Giovanna nya sibuk baca-baca buku buat olimpiade." Ucap Arka dengan bumbu kebohongan.

Maapin Arka ya Allah, udah boong banyak.

Sergio menatap ke dalam mata Arka tajam, "Giovanna tidak akan mengikuti lomba tersebut."  Ucap nya dengan tajam di campur nada dingin.

Arka menggeleng gelengkan kepala nya, "Gak boleh gitu Om, anak Om itu mau maju dengan kepintaran nya di bidang sains, masa Om gak nge-bolehin sih?" Tanya Arka dengan alis yang terangkat dua dua nya.

"Tau apa kamu tentang Giovanna?" Tanya Sergio dengan nada menusuk.

"Ya elah Om, yaudah ya Om saya boleh masuk kan?" Tanya Arka dengan senyum yang mengembang.

Sergio membuang nafas frustasi, "5 menit." Ucap nya seperti tak ingin ada bantahan.

Arka menepuk dahi nya pelan, "Gak cukup Om." Ucapnya sambil cengengesan.

Sergio menaruh kedua tangannya di depan dada bidang nya, "Mau ngapain kamu lama lama?" Tanya nya.

Arka tertawa renyah, "Kan harus di jelasin juga, Om." Ucap nya sambil merapikan penampilan.

Sergio menggeleng tidak paham dengan prilaku Arka yang seenaknya dan terbilang aneh. Namun memberi Arka untuk masuk ke dalam rumahnya yang besar.

"Kamar Giovanna di atas, belok kanan, pintu warna putih." Ucap Sergio yang menjelaskan agar Arka tidak banyak bertanya padanya.

Arka mengangguk dan mulai menaiki anak tangga satu persatu.

Tibalah saat ia sudah berada di hadapan pintu berwarna putih, Arka pun mengetuk pintu namun tidak ada jawaban sama sekali.

Kemudian Arka mencoba untuk membuka pintu secara perlahan, dan ternyata tidak di kunci. "Hai Gi-" Ucapan nya terpotong ketika melihat Giovanna berada dalam posisi terpuruknya.

"Diem di situ dan berbalik." Ucap Giovanna dengan nada suara serak bercampur dingin.

Arka baru saja hendak berjalan menghampiri Giovanna, namun langkah nya terhenti ketika suara Giovanna kembali memerintah. "Siapa pun lo, gue bilang diem dan balik badan." Ucap Giovanna tidak ingin di bantah.

Arka mencoba untuk menyanggah, "Tapi Gi-" Ucapan nya kembali di potong. "Diem, balik badan dan tunggu gue keluar kamar mandi." Ucap Giovanna dengan nada suara yang sudah biasa namun dingin tidak lepas dari nya.

Arka hanya pasrah dan berdiri di depan pintu kamar Giovanna sambil melihat pemandangan luar kamar Giovanna yang tidak ada apa apa yang menarik.

5 menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan memperlihatkan Giovanna yang masih dengan penampilan kusut, namun ekspresi nya datar.

Giovanna memandang Arka yang sedari tadi memandangi nya. Giovanna memandang Arka dengan pandangan yang seolah bertanya 'ngapain?' Tanpa suara.

Arka menggeleng, "Sekarang, lo kenapa? Kok nangis sampe mata nya sembab?" Tanya Arka yang tidak memperdulikan pertanyaan tanpa suara dari Giovanna.

Giovanna diam dan kembali duduk di meja belajar nya, "Ngapain ke sini?" Tanya Giovanna lagi.

Arka menggaruk tengkuknya dengan gusar, "Gue bosen aja di rumah gak ada temen." Ucap nya.

Giovanna diam mendengar jawaban yang Arka lontarkan, ia lebih memilih belajar walaupun ia tidak akan ikut olimpiade nanti.

Arka duduk di tepi tempat tidur Giovanna tanpa perintah dari sang pemilik, "Oh iya, kan kita mau main ml. Tapi kalo lo gak mau karena suasana hati lo lagi kacau juga gak papa, kita bisa main nya di sekolah pas jamkos." Ucap Arka yang tidak memberi jeda.

"Sekarang aja." Ucap Giovanna yang langsung membuka laptopnya.

Arka merasa bersalah karena mengganggu waktu belajar Giovanna, "Eh gak papa nanti aja, lagian lo lagi belajar juga. Gue temenin aja, main nya nanti di sekolah." Ucap Arka sembari nyengir kuda.

"Sekarang atau gak jadi sama sekali?" Tanya Giovanna dengan nada dingin.

Arka malah terkejut karena ucapan Giovanna, "Eh?! Yaudah deh iya iya." Ucap nya yang langsung membuka ponsel nya, menyalakan data seluler, dan membuka aplikasi Mobile Legends nya.

Saat keduanya sudah selesai dan tinggal memilih hero masing masing. "Lo pake siapa?" Tanya Arka kepada Giovanna.

"Hayabusa." Jawab Giovanna sembari mencari Hayabusa.

Arka memerhatikan Giovanna dari belakang, karena posisi tempat tidur Giovanna berada di belakang meja belajar. "Terus gue?" Tanya Arka kepada Giovanna yang malah asik sendiri.

Giovanna menaikkan sedikit bahu nya, "Terserah." Ucap nya.

Lalu Arka langsung memilih hero dengan nama Chou.

Mereka sudah memulai pertandingan, dan di awal Giovanna memilih jalur tengah. Disana tidak terlihat gerak gerik Arka.

Tiba tiba tedengar 'our turrent has been destroy' dengan gambar Chou di sana. Giovanna melongo tidak percaya, padahal mereka bermain belum ada 2 menit, tapi Arka sudah bisa menghancurkan satu turrent miliknya.

Mampus gue kalah.

Batin Giovanna yang merutuki nya dalam hati.

Mereka sudah bermain selama 19 menit, tapi belum selesai. Arka sudah mati 1 kali dengan jumlah kill sebanyak 5 kali; dengan poin 37, dan turrent yang telah di hancurkan sebanyak 7 dari 10.

Sedangkan Giovanna, sudah mati sebanyak 5 kali dan jumlah kill 1; dengan poin 20, dan turrent yang dapat dihancurkan sebanyak 4 dari 10.

Dan pada menit ke 21.09 detik, Arka berhasil menang dari Giovanna.

Giovanna bergumam tidak jelas seperti hal nya orang yang sedang kesal bercampur dengan greget.

Entah sejak kapan Arka sudah berada di sampingnya, duduk dengan kursi di pojok kamarnya.

Kemudian Arka mengacak acak rambut Giovanna dengan senyum yang merekah di bibirnya, dan mengecup manis pangkal kepala Giovanna seraya berkata, "Malem minggu date sama gue, dan setelahnya temenin gue kemana pun itu selama seminggu. Gak ada penolakan." Ucap Arka dengan senyum puas yang sudah merekah di bibirnya.

Giovanna hanya bisa diam karena perlakuan manis dari Arka, ketambah ia juga harus menuruti semua keinginan Arka yang pasti nya nyeleneh.

+×÷