Dave memandang keluar jendela pesawat yang ditumpanginya. Langit begitu kelam dengan hujan deras yang menabrak kaca-kaca jendela, menambah dinginnya suhu di kabin pesawat saat itu.
Ia membetulkan selimut yang terjatuh menjuntai ke lantai dan membungkus tubuh gadis yang dicintainya dengan penuh kasih sayang. Dave tersenyum menatap wajah kekasihnya yang sedang tertidur lelap, kemudian membelai lembut rambutnya yang menutupi sebagian mukanya dan menariknya ke belakang telinganya. Ia amat bersyukur masih diberi kesempatan untuk bersama dengan Annisa setelah kejadian penculikan dirinya yang terjadi tak lama berselang. Dengan penuh cinta Dave mendekap tubuh Annisa dengan hangat dan mencium lembut keningnya, lalu membiarkannya terlelap dengan mimpi-mimpi indahnya.
Pesawat yang membawa Dave, Annisa dan Nico baru saja mendarat di Bandar Udara Internasional Mexico City. Tangan mungil Annisa seketika meremas jari tangan Dave, Dave merasakan kegelisahan yang dialami Annisa saat ini.
"Jangan kuatir Mi Amor. Semua akan baik-baik saja." Dave menggenggam jemari Annisa dengan erat untuk menenangkan hatinya.
Limusin yang menjemput Dave beserta Annisa dan Nico memasuki sebuah pintu gerbang besar berwarna putih. Annisa melayangkan pandangannya ke arah taman kecil yang mereka lewati, di kanan kiri jalan terdapat bunga-bunga berwarna-warni tertata dengan rapi. Limusin tersebut kemudian berhenti tepat di depan rumah yang megah bak istana, dengan pilar-pilar putih berdiri tegak dan kokoh di bagian depannya. Annisa menatap tak jemu air mancur indah yang dikelilingi dengan tanaman bunga mawar merah, yang berada tak jauh dari limusin itu berhenti.
Toni dan Rosa sudah menanti kedatangan mereka bertiga di pintu depan rumah yang berhiaskan pahatan kayu berupa serigala putih di dua sisi.
"Selamat datang kembali, Kak Dave," sambut Toni dan Rosa yang langsung memeluk kakak lelaki kesayangan mereka secara bergantian.
"Umm Nisa, perkenalkan ini Toni, adik lelakiku, dan gadis kecil yang cantik tapi centil ini adalah Rosa, adik perempuanku." Dave memperkenalkan Toni dan Rosa kepada Annisa.
"Oh jadi ini yang namanya kakak Annisa yang telah menyelamatkan jiwa kakakku Dave waktu lalu. Terima kasih banyak ya, Kak Nisa." Rosa langsung memeluk Annisa dengan erat, membuat Annisa sedikit terkaget dengan reaksi Rosa yang tiba-tiba mendekapnya.
"Terima kasih banyak Kak Nisa, kami banyak berhutang budi padamu." Toni menjabat tangan Annisa dan menggoyang-goyangkannya dengan semangat.
Annisa merasa sedikit kewalahan dengan sambutan hangat yang diberikan oleh kedua adik Dave. Hatinya sedikit lega, namun rasa kuatir itu tetap ada.
Akankah kedua orang tua Dave menerimaku ? Annisa memasuki ruangan rumah Dave dengan kepanikan yang mendadak melandanya.
"Selamat datang kembali ke rumah, Tuan Dave." Pengurus rumah tangga keluarga Moreno menyapa Dave dengan hormat.
"Tuan dan Nyonya Moreno sudah menunggu Anda sedari tadi di ruangan utama." Pengurus rumah tangga itu menyampaikan pesan kepada Dave, lalu membungkuk kembali dengan hormat dan meninggalkan mereka.
Dave menarik tangan Annisa dan menggenggamnya dengan erat, ia mengajak Annisa berjalan menuju ruang keluarga yang mereka sebut dengan ruang utama.
Di sana terlihat Tuan Edward dan Nyonya Sarah sedang menunggu kedatangan mereka. Sambil duduk berdampingan di sebuah sofa kulit berwarna coklat, mereka mengenakan busana yang serasi satu dengan yang lain. Jaket coklat tua yang dipakai oleh Edward terlihat menyatu dengan gaun berwarna krem sederhana namun elegan yang membalut tubuh Nyonya Sarah saat itu.
"Selamat pagi, Yah, Bu. Perkenalkan ini Annisa, gadis yang telah menyelamatkanku jiwaku. Tak bisa kubayangkan apa jadinya aku tanpa budi baiknya." Dave memperkenalkan Annisa kepada kedua orangtuanya.
"Perkenalkan, saya Annisa. Senang bertemu dengan Tuan Edward dan Nyonya Sarah." Annisa mengulurkan tangannya dengan hormat untuk menjabat tangan kedua orangtua Dave.
Tuan Edward dan Nyonya Sarah hanya memandangi Annisa dengan ekspresi muka datar tanpa membalas uluran tangan Annisa.
"Silakan duduk Annisa, Dave." Tuan Edward menyuruh mereka duduk mengambil posisi tepat di depan mereka.
Annisa menoleh ke arah Dave dengan muka pucat. Dave tertegun dengan sikap yang ditunjukkan kedua orangtuanya. Tak biasanya mereka yang selalu ramah dengan siapa saja itu tiba-tiba menjadi tidak bersahabat dengan Annisa. Dave mengangguk pelan mengajak Annisa duduk di sampingnya.
"Kami berdua amat berterima kasih kepadamu Annisa karena telah menyelamatkan putra kesayangan kami Dave. Tak ada yang bisa menandingi jasa baikmu yang tak terhingga itu." Tuan Edward memulai pembicaraan.
"Tetapi perlu kamu ketahui, bahwa jauh sebelum waktu kamu berkenalan dengan Dave, ia telah kami jodohkan pada rekan bisnis keluarga kami di Mexico City ini, yaitu keluarga Tuan Hierra. Mereka merupakan pasangan yang serasi karena mereka berdua telah mengenal sejak kecil, sehingga akan teramat mudah bagi mereka untuk cocok satu dengan yang lainnya." Tuan Edward menatap Annisa yang sekarang sedang berusaha untuk menguasai dirinya setelah mendengar kabar yang kurang mengenakkan itu.
"Tapi Yah..." Dave berusaha menyela perkataan Tuan Edward.
Annisa memegang tangan Dave dengan lembut dan menggelengkan kepalanya kepada Dave.
"Biarkan aku yang bicara kali ini, Dave."
"Mohon maaf Tuan dan Nyonya Moreno. Tolong ijinkan saya berbicara saat ini." Annisa memandangi wajah orangtua Dave secara bergantian.
Tuan Edward pun menggangguk dan mempersilakan Annisa untuk melanjutkan ucapannya.
"Sebelumnya Dave telah memberitahuku tentang rencana perjodohan yang telah diatur antara keluarga Moreno dan keluarga Hierra. Dan bagaimana pernikahan yang akan dilakukan antara Dave dan Adella amat berhubungan dengan rencana keluarga kalian dalam menggabung kekuatan jaringan bisnis perhotelan dan transportasi yang dimiliki oleh kedua keluarga." Annisa mengambil napas sejenak sebelum meneruskan pembicaraannya.
"Namun demikian, ikatan yang terjalin antara Dave dan diriku sudah terlalu kuat untuk dipisahkan satu dengan yang lain. Kami telah melewati situasi dan kondisi sulit secara bersama-sama. Kami berdua terbukti berhasil menghadapi semua rintangan yang terjadi dan melewatinya dengan baik karena cinta yang kami miliki. Tak bisa kami bayangkan bagaimana hidup kami selanjutnya tanpa bersama-sama antara satu dengan yang lain." Annisa kembali menatap wajah Tuan Edward dan Nyonya Sarah untuk menemukan reaksi mereka atas penjelasannya.
"Oleh karena itu aku datang kemari, jauh-jauh dari Indonesia ke Mexico City ini, memberanikan diri untuk memohon restu kepada Tuan Edward dan Nyonya Sarah, agar kalian berdua mau mempertimbangkan untuk memberikan kesempatan kepada kami, menunjukkan kepada kalian seberapa besar cinta kami berdua." Annisa menutup pembicaraannya dengan hati lega.
Kalimat-kalimat yang ia sudah persiapkan sebelumnya untuk menghadapi kedua orangtua Dave sudah berhasil ia rangkai dengan baik. Saat ini Annisa hanya perlu menunggu hasilnya.
"Nona Annisa yang cantik, kami mengerti perasaanmu terhadap Dave. Tapi kamu tentunya bisa mengerti perasaan kami juga sebagai kedua orangtua Dave. Bagaimana kami telah mempersiapkan Dave sebagai pewaris tahta bisnis keluarga Moreno sejak dulu. Kami tidak bisa membiarkan siapapun menggagalkan rencana kami yang telah tersusun rapi sebelumnya." Kali ini Nyonya Sarah yang angkat bicara.
"Kalau boleh saya menjawab pernyataan Nyonya, saya memang tidak memiliki apa-apa untuk mendukung rencana bisnis keluarga Moreno ke depannya. Namun saya punya cinta yang tak terbatas untuk Dave, yang saya yakin bisa membuatnya bertahan dalam kondisi apapun. Dan saya akan selalu berada di sisinya untuk mendukung seluruh aktivitasnya." Annisa menunjukkan kesungguhan hatinya atas ucapannya.
Mata Tuan Edward beradu pandang dengan istrinya. Sarah membalas suaminya dengan menggangguk pelan.
"Kamu perlu ketahui satu hal, Nisa. Saat ini kami baru saja menandatangani perjanjian kerjasama bisnis untuk mengembangkan jaringan bisnis hotel keluarga Moreno, dengan sebuah keluarga yang besar dan ternama reputasinya. Dan sebagai salah satu syarat terjadinya penggabungan kekuatan bisnis tersebut adalah kami bersedia menerima rencana pertunangan antara Dave dengan anak perempuan kesayangan keluarga mereka." Tuan Edward meraih jemari tangan istrinya dan meremasnya. Nyonya Sarah menoleh ke arahnnya sebentar, kemudian menatap Dave anaknya dan juga Annisa, menunggu reaksi dari mereka berdua.
Dave langsung menghambur ke depan kaki kedua orangtuanya yang sedang duduk di sofa dan bersimpuh sambil memohon kepada mereka untuk mengurungkan niatnya.
"Tolong batalkan rencana pertunangan itu, Yah, Bu. Bagaimana dengan Annisa ? Ia telah menyelamatkan nyawaku dua kali dari serangan keluarga Le Coyote. Bila tak ada Annisa yang saat itu telah mengorbankan dirinya diterjang timah panas demi melindungiku, aku pasti sudah mati sekarang." Dave berbicara dengan nada lirih memohon agar kedua orangtuanya mengabulkan permintaannya.
"Maaf Nak, kami tidak bisa membatalkan kerjasama yang sudah kami sepakati bersama. Pantang bagi keluarga Moreno untuk mengingkari janji yang telah dibuat." Tuan Edward menggelengkan kepala dengan tegas.
Dave dengan muka teramat sangat kecewa seketika bangkit dan menarik tangan Annisa untuk segera meninggalkan tempat itu. Sesaat sebelum Dave mencapai gagang pintu untuk membukanya, teriakan ibunya menahannya dan menghentikannya.
"Dave, tunggu ! Ayahmu belum selesai berbicara !"
Nyonya Sarah dan Tuan Edward tiba-tiba berdiri. Terdengar suara langkah-langkah kaki yang berasal dari ruang kerja Tuan Edward.
"Mau kemana kamu terburu-buru, Dave ?"
Dave mengenali suara itu. Dave dan Annisa kemudian membalikkan badannya.
"Pak Tjok ?" Dave melongo, melihat sosok yang familiar baginya.
Di samping Tuan Swastika berdiri Nyonya Sukma beserta anaknya Raka.
"Papa ?" Annisa tak kalah kagetnya.
"Bagaimana kalian semua sampai berada di sini ?" Annisa bertanya penuh keheranan.
"Papa di sini baru saja selesai menandatangani perjanjian kerjasama bisnis antara keluarga kita dengan keluarga Moreno." Tuan Swastika tersenyum lebar melihat Annisa penuh kebingungan.
"Inilah keluarga yang Ayah maksud tadi Dave. Kamu saja yang tidak sabar menunggu penjelasan Ayah sebelumnya." Tuan Edward tertawa kecil.
"Selamat ya Dave atas rencana pertunangan kalian. Jadi mulai sekarang kamu tidak perlu cemburu lagi terhadap calon kakak iparmu ini dong," Raka tertawa menyeringai ke arah Dave.
Dave dan Annisa mulai menyadari kenyataan yang sebenarnya saat itu.Mereka berdua tersipu-sipu malu mendengar kabar super bahagia yang tidakdisangka-sangka sebelumnya.