Chereads / WHEN MAFIA LOVES ANGEL [Bahasa Indonesia] - 1 / Chapter 12 - One More Test [12]

Chapter 12 - One More Test [12]

"Tuan Swastika sebentar lagi akan menemui Anda berdua, silakan menunggu di ruang tamu." Pengurus rumah keluarga Swastika mempersilakan Dave dan Nico duduk di sofa besar berwarna keemasan.

Dave melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Dilihatnya arca burung garuda terbuat dari kayu jati berwarna coklat mengkilat berdiri di sudut ruangan. Lukisan pemandangan sawah di desa lengkap dengan ibu-ibu petani sedang memanen padi mengenakan pakaian tradisional Bali tergantung di dinding membuatnya terpukau.

Matanya menangkap lukisan keluarga Swastika yang tergantung di sebelah lukisan pemandangan sawah itu. Mereka berpose lengkap satu keluarga, Tuan Swastika, istrinya, beserta Raka dan saudara perempuannya. Tampaknya lukisan tersebut dibuat beberapa puluh tahun yang lalu. Tuan Swastika dan istrinya saat itu masih teramat muda dan anak-anaknya masih berusia balita. Wajah-wajah di lukisan itu terasa familiar bagi Dave. Sejenak Dave mencoba untuk mengingat-ingat. Namun tak lama Dave segera menepis rasa penasarannya. Ada hal yang lebih penting yang harus diselesaikan.

Tuan Swastika berjalan memasuki ruangan. Dave dan Nico berdiri dan memberi hormat kepadanya. Tuan Swastika dengan wibawanya yang tinggi mempersilakan mereka untuk duduk kembali.

"Maksud kedatangan kami kemari adalah untuk menjelaskan apa yang terjadi waktu itu antara Dave dan Raka, Tuan Swastika." Nico membuka pembicaraan.

Tanpa berbasa-basi lagi Dave langsung menyambung perkataan Nico.

"Benar Pak Tjok, saya ingin meminta maaf atas kelakuan saya tempo hari bertengkar dengan Raka di istal kuda milik keluarga Bapak. Hal itu terjadi karena saya sedang dirundung masalah pribadi dan saya kurang bisa menahan emosi." Dave berhenti sejenak.

"Saya menyadari bahwa perbuatan saya amat tidak profesional karena tidak bisa memisahkan antara urusan bisnis dan urusan pribadi, oleh karena itu saya mohon maaf atas segala sesuatu yang telah terjadi. Saya harap saya bisa memperbaiki keadaan ini dan Pak Tjok bersedia memberikan Keluarga Moreno kesempatan kedua, khususnya kepada saya, untuk menjalin kembali perjanjian kerjasama bisnis yang sebelumnya telah disepakati oleh kedua belah pihak." Dave menatap mata Tuan Swastika dalam-dalam untuk menunjukkan niat baiknya.

Tuan Swastika terdiam sejenak. Ia mengamati Dave untuk mencari tahu kesungguhan dari setiap ucapan Dave itu. Ia menghela napas panjang.

"Baiklah Dave. Saya akan memberikanmu satu kesempatan lagi. Tolong pergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya." Tuan Swastika tersenyum kecil.

"Namun perlu kamu ingat Dave, kerjasama bisnis di antara keluarga kita tidak akan pernah bisa terjalin jika kamu dan Raka tidak bisa akur satu dengan yang lainnya. Saya ingin kamu berbaikan dengan Raka atau perjanjian kerjasama bisnis kita tetap batal." Tuan Swastika memberikan syarat.

"Baik Pak Tjok, saya tidak akan mengecewakan Bapak lagi." Dave berjanji kepada Tuan Swastika.

"Bagus ! Kalau begitu, segera temui Raka di halaman belakang. Ia sedang menyelesaikan latihan renangnya pagi ini." Tuan Swastika beranjak dari tempat duduknya dan segera berlalu dari pandangan Dave dan Nico.

Dave dan Nico memasuki halaman belakang rumah keluarga Tuan Swastika yang teramat luas. Terlihat kolam renang pribadi ukuran olimpik menghiasi bagian belakang rumah. Mereka berdua berjalan menyusuri jalan setapak melewati taman kecil untuk mencapai kolam renang.

Raka berenang bolak-balik beberapa kali menyelesaikan lajurnya tanpa menyadari kedatangan mereka berdua. Dave dan Nico dengan sabar menunggu Raka selesai dengan aktivitasnya.

"Ada maksud apa kalian datang kemari ?" Raka naik ke atas kolam dan mengambil handuk untuk membungkus badannya. Suaranya terdengar ketus.

Dave menelan ludah. Ia berusaha untuk tenang.

"Tolong dengarkan dulu penjelasanku, Raka. Maksud kedatangan kami ke sini adalah untuk meminta maaf atas kejadian tempo hari. Aku sadar aku salah karena tidak bisa menahan emosi. Dan membiarkan hal itu menguasaiku tanpa memikirkan akibat dari perbuatanku itu. Maafkan aku." Dave meminta maaf dengan tulus.

"Kamu tahu Dave, waktu itu kamu hampir menyerangku di rumahku sendiri. Itu sama saja dengan penghinaan besar bagi keluarga Swastika ! Berani-beraninya kamu datang bertamu namun kemudian hendak memukulku !" Nada bicara Raka bergetar karena amarah.

"Kamu benar, Raka. Tidak sepantasnya aku berbuat demikian. Katakan apa yang harus kuperbuat untuk memperbaiki kesalahanku. Apapun akan kulakukan demi menjalin hubungan baik kembali dengan keluargamu." Pinta Dave dengan lirih.

"Hmm..." Raka berpikir sambil mengetuk-ngetuk dagunya.

"Apa ketakutanmu yang terbesar, Dave ?" Raka menatap Dave dengan cermat.

"Apa maksudmu Raka ?" Raut muka Dave menunjukkan kebingungan.

"Jawab saja pertanyaanku, Dave !" Dengan tidak sabar Raka mendesak Dave untuk menjawab.

"Umm... Waktu kecil dulu aku pernah tenggelam di kolam renang. Oleh karena itu hingga sekarang aku memiliki fobia dengan air." Dave mengakui kelemahannya.

Raka menyeringai. Matanya berkilat-kilat penuh arti. Kebetulan sekali, pikirnya. Saatnya aku memberikan pelajaran pada Dave.

Ia lalu berjalan menuju bagian kolam renang yang paling dalam. Sesampainya di pinggir kolam, ia melepaskan cincin yang ia kenakan di jari tengah tangan kanannya dan melemparkannya ke dasar kolam renang.

"Itu adalah cincin pusaka keluarga Swastika. Ayahku memberikannya kepadaku. Ia mendapatkannya dari kakekku. Demikian seterusnya. Telah diwariskan secara turun temurun sepanjang tujuh generasi." Raka menunjuk cincin emas berkilau yang sekarang berada di dasar kolam.

"Tunjukkan niat baikmu dan usahamu untuk menjalin hubungan bisnis dengan keluarga kami. Ambil cincin pusaka itu dan berikan kembali kepadaku. Dengan begitu maka aku akan memaafkanmu, Dave." Raka tersenyum kecil setengah dipaksa.

Dave tertegun tidak mempercayai pendengarannya.

"Tapi Raka... Kamu mengetahui bahwa aku memiliki fobia dengan air..." Dengan terbata-bata Dave menjawab permintaan Raka.

"Jadi kamu bermaksud untuk menyerah ?" Raka mengejek Dave. Mudah sekali Dave menyerah, Raka merasa kegirangan.

"Bukan itu maksudku, Raka. Keluarga Moreno pantang menyerah pada situasi apapun. Baik ! Akan aku lakukan !" Dave membuka baju dan sepatunya, ia membiarkan celana jeansnya masih melekat di tubuhnya, dan berjalan menuju sisi kolam renang di mana cincin itu berada.

"Hati-hati, Dave ! Aku yakin kamu bisa !" Nico memberikan semangat kepada sahabatnya sambil berjaga-jaga bila Dave memerlukan bantuannya.

Dave duduk di tepi kolam renang dan dengan perlahan ia turun ke kolam renang sambil tetap berpegangan pada sisi kolam renang. Ia merasakan kakinya tidak berpijak pada dasar kolam. Dave berusaha meraba-raba dengan kakinya mencoba memperkirakan kedalaman kolam renang tersebut. Dilihatnya cincin emas pusaka milik keluarga Swastika tergeletak di dasar kolam berkilat-kilat seolah memanggil-manggil Dave untuk mengambilnya.

"Apa yang kamu tunggu Dave ? Kamu takut ? Kedalaman kolam renang hanya sekitar dua meter saja. Tidak terlalu dalam untuk ukuran tubuh setinggi kamu." Ejek Raka menciutkan hati Dave.

Dave memejamkan matanya dan memantapkan hati.

Kamu pasti bisa, Dave. Buat ayahmu bangga.

Dave mengambil napas dalam-dalam dan mulai berenang menyelam menuju cincin itu berada. Kepanikan mulai muncul saat ia teringat kembali kejadian ia tenggelam di masa kecil. Tiba-tiba ia merasa dadanya berdebar kencang, tubuhnya kaku mendadak tidak bisa digerakkan, namun ia tetap memaksakan diri untuk menggapai cincin itu.

Sedikit lagi Dave, sedikit lagi.

Dave memberikan semangat pada diri sendiri sambil kedua tangan dan kakinya bergerak-gerak ke segala penjuru arah untuk memacu tubuhnya lebih dekat lagi ke dasar kolam.

Ia berhasil meraih cincin itu dengan tangan kirinya dan segera memasukkannya ke jari tengah tangan kanannya. Setelah itu ia membiarkan tubuhnya mengapung ke atas permukaan kolam. Dave menyembul ke permukaan kolam renang dengan napas tersengal-sengal dan dengan sisa-sisa tenaga terakhir yang dimilikinya ia berusaha berenang ke tepi kolam. Sudah tak terhitung berapa banyak air kolam yang telah ditelannya namun Dave tidak peduli. Ia berusaha mencapai tepian dengan sekuat tenaga. Nico berhasil memegang tangan Dave sesampainya di pinggir kolam renang dan menarik tubuh Dave sesaat sebelum Dave lemas dan tergeletak tak berdaya.

"Bravo, Dave ! Bravo !" Raka bertepuk tangan.

"Tak kusangka kamu akan berjuang mendapatkan cincin itu dan menaklukan ketakutan terbesarmu. Kamu layak disebut sebagai keluarga Moreno yang terkenal pantang menyerah. Dan keluarga Swastika dengan senang hati akan melanjutkan perjanjian kerjasama bisnis dengan keluargamu." Raka mengulurkan tangannya hendak membantu Dave untuk bangun.

Dave bangkit namun masih terduduk dengan lemah di sisi kolam. Ia masih terengah-engah dan kecapekan.

"Terima kasih Raka atas kesempatan yang kamu berikan kepadaku." Dave memperlihatkan raut muka lega.

Ayah pasti senang mendengarnya. Terbayang-bayang muka ayahnya yang tersenyum bahagia di kepala Dave.

Dave mencoba mengatur napasnya. Ia tiba-tiba teringat akan sesuatu hal.

"Kalau boleh aku meminta tolong lagi, aku memerlukan bantuanmu untuk menemukan Annisa. Sudah lebih dari tiga hari ia menghilang. Aku rasa koneksi yang dimiliki keluargamu bisa membantuku untuk menemukannya." Dave menarik napas panjang.

"Aku tahu kamu sungguh-sungguh mencintai Annisa. Aku pun sangat mencintainya. Jika nanti pada akhirnya Annisa lebih memilihmu daripada aku, aku rela mengalah dan akan kembali ke Mexico secepatnya. Yang penting adalah aku dapat menemukannya. Keselamatan Annisa adalah yang utama." Dave menatap Raka dengan penuh pilu.

"Apa ! Annisa menghilang ? Mengapa kamu tidak bilang dari tadi ? Kalau begitu, tunggu apa lagi ? Ayo kita bergegas mencarinya !" Raka mendadak panik saat ia mendengar kabar tentang Annisa.