Chereads / Sahabat semati / Chapter 9 - Curiga

Chapter 9 - Curiga

"Gue akhir-akhir ini sering banget dihantuin sama Vega. Kalian boleh percaya atau nggak, silakan." Rival berdiri di depan kelas sembari menceritakan apa yang akhir-akhir ini dialaminya kepada teman satu kelas. Sudah beberapa hari ini, Rival terus menerus dihantui Vega. Saat menampakkan diri yang menyeramkan itu, Vega selalu berkata "Pembunuh, pembunuh. Harus mati".

"Dendam kali sama lo. Kita semua tahu, lo kan musuhan sama dia," jawab Sakti menanggapi.

"Bisa jadi, sih." Rival menompangkan jari telunjuk di bawah dagu, mulai berpikir. "Gue nggak tahan dihantui terus!"

"Gue ada ide, kenapa lo nggak ke dukun aja?"

"Bisa dicoba, tuh." Rival menjentikkan jari ke arah Sakti, yang langsung ditanggapi anggukan oleh cowok itu.

"Imron nggak masuk kuliah, dia kan sakit, lo nggak jengkukin dia?"

"Lo serius? Gue malah nggak tahu, Sak."

"Serius, tapi gue juga belum ke sana, sih." Sakti mengangguk-angguk. "Jengukin dia, yuk?"

Rival tampak berpikir sejenak. Cowok itu ragu apakah akan ikut menjengkuk Imron atau tidak. Pasti Imron juga tidak suka kalau Rival menjengkuknya. Rival tahu, Imron teman Vega dan sebenarnya Imron dan Rival tidak musuhan. Yang menjadi musuh Rival adalah Vega, bukan Imron. Entah kenapa Imron malah ikut memusuhi Rival.

"Gue nggak ikut, lo aja," ucap Rival pada akhirnya. Mungkin ini keputusan terbaik untuk mengurangi konflik diantara mereka.

"Kenapa?"

"Lo tahu sendiri, Imron nggak suka sama gue. Mending gue nggak ikut aja."

Sakti mengangguk, dia memahami maksud perkataan Rival. "Oke. Habis ini jam kosong, kan? Gue sama yang lain mau jengkukin dia."

"Oke. Gue titip salam aja."

Sakti mengacungkan jempol.

****

Seusai kuliah, Sakti dan teman-teman lain menjengkuk Imron. Ya, mereka sudah berada di kamar Imron.

"Lo udah baik-baik aja, Ron?" tanya Sakti.

Imron mengangguk. "Seperti yang lo lihat," jawabnya. "Gue besok udah masuk kampus."

"Bagus, deh. Itu kejadiannya kok bisa gitu, sih?" Sakti mulai menginterogasi karena dia juga penasaran.

"Gue ngelindur sampai ke jalan. Gue juga nggak tahu." Imron kembali berbohong dengan apa yang sebenarnya terjadi. Imron hanya tidak ingin bercerita yang sebenarnya. Dia takut kalau menceritakan semua yang terjadi, Vega akan semakin menganggu lebih dalam lagi.

"Hebat lo, ya." Sakti tertawa sembari menepuk-nepuk bahu Imron.

"Hebat, lah, gue gitu."

"Tadi Rival cerita kalau akhir-akhir ini dia sering diganggu sama arwah si Vega."

Perkataan Sakti membuat Imron langsung keringat dingin. Imron pikir, Vega hanya menghantui dirinya saja. Imron diam sejenak, membuat Sakti mengerutkan kening dan mengundang tanya.

"Lo nggak pernah dihantuin?" Sakti mengajukan pertanyaan lagi pada Imron.

Imron dengan gugup langsung menjawab, "Gue nggak pernah dihantuin sama dia. Ya, mungkin itu halusinasi si Rival aja. Kebanyakan nonton film horor!"

"Tapi, gue rasa dia serius, Ron."

"Orang kalau udah mati ya udah, nggak bisa ganggu orang yang masih hidup!" tegas Imron.

Sakti akhirnya mengalah dan memilih diam, tetapi Sakti bisa membaca dari raut wajah Imron seperti ada yang disembunyikan.

"Ya udah, gue sama teman-teman pamit. Gue tunggu besok masuk kampus. Oh, ya, buahnya dimakan ya, Bro."

Imron mengangguk.

Sakti menjabat tangan Imron, bergantian dengan teman lain, dan keluar dari kamar Imron. Sakti mulai curiga dengan sikap Imron yang sepertinya menutupi sesuatu.

Gue harus cari tahu.