Chereads / UNWANTED MARRIAGE / Chapter 19 - 18. Lebih banyak Diam

Chapter 19 - 18. Lebih banyak Diam

Sejak kejadian kemarin Anita lebih banyak menyendiri di kamar. Bahkan ia tidak ingin berkomunikasi dengan siapa pun. Apalagi Andre sendiri, gara-gara kepulangan mendadak dari Andre, hidup Anita semakin berantakan. Entah apa yang membuat ia tidak ingin mendekati Andre, apalagi Antoni sekalipun. Andre berusaha untuk mendekatinya, namun selalu dijauhi oleh Anita sendiri.

Sampai sekarang juga Andre semakin frustrasi, melirih Anita dari jauh, walaupun berulang kali mencoba bujuk dirinya untuk makan berdua, Jalan-jalan ke mal atau di mana saja. Selalu jawaban diam tidak ada respons apapun. Antoni sendiri juga bisa mengangkat bahu.

Apalagi situasi semakin rumit, Stella sang istrinya di Indonesia terus menelepon dirinya. Ya, Andre diam-diam kembali ke negara ini untuk menemui Anita. Bahkan Stella juga tidak terlalu peduli akan hal itu. Andre cuma minta waktu agar Stella percaya kalau Anita adalah wanita yang layak diberi cinta dan kasih sayang.

Anita di kamar sembari senyum, dan tertawa. Entah apa yang ia tawakan, yang pasti ia bahagia dengan dunianya. Bahkan ia tidak peduli seberapa lapar untuk tidak keluar menemui dua lelaki di sana. Sejak kejadian pesan misterius Anita tidak pernah namanya untuk keluar. Walau ancaman itu terus berlanjut. Seberapa pun ia takut hal itu. Ia mencoba mencari suasana humor seperti menonton video di sosial media, bercanda dengan teman-temannya di online. Bahkan edit cover sesuai dirinya.

[ TOK! TOK! TOK! ]

Suara ketukan pintu dari kamar Anita. Anita yang tengah tidur-tiduran sambil main ponsel miliknya pun terhenti atas suara pintu itu. Berulang kali pintu diketuk, tanpa ada niat sedikitpun Anita beranjak dari tempat tidurnya. Ia malah memilih melanjutkan bermain ponsel sambil memunggungi pintu itu.

Beberapa detik tidak ada lagi suara ketuk pintu pada kamarnya. Anita pun berbalik badan, dan dikejutkan oleh seseorang memperhatikan dalam posisi bersandar dagu di tepi tempat tidur. Langsung Anita bangun dan lompat. Andre cekikikan melihat sikap Anita saat terkejut. Ya, Andre diam-diam membuka pintu, dan memelankan langkah kaki ketika masuk kamarnya. Saat Anita memunggungi pintu itu, Andre pun berjongkok, dan mendekati tepi tempat tidur melihat aktivitas wanita yang sedang berbaring sembari menonton video di sosial media. Disitulah Anita berbalik, ekspresi Anita pun membuat Andre tertawa.

Andre pun berdiri, dan duduk ikut bergabung di tempat tidurnya. Ah, Andre sangat rindu keromantisan bersama wanita yang sedang ambek padanya. Beberapa hari saja, dia sudah rindu sentuhan darinya. Anita kembali berbaring, dan melanjutkan dengan ponselnya. Tidak ia peduli sama Andre masih memperhatikan sikap yang acuh tak acuh itu.

Lima menit kemudian berdiam di kamar, Anita merasa sesuatu yang ganjil pada bajunya, ia pun menghentikan ponselnya. Kemudian melirih kearah bajunya, tangan Andre sudah merajalela ke dalam bajunya. Anita langsung berbalik, dan mencegah Andre untuk tidak lanjutkan. Tetapi Andre tidak menurut, ia terus melakukan jari nakal hingga di mana penutup berlindung atas itu.

"Kak, jangan! Aku masih...."

Andre membungkam mulut Anita, Anita sampai meronta-ronta, tetapi Andre tetap meremas bagiannya, dan Anita mengernyit antara menikmati dari sentuhan Andre atau menahan rasa sakit saat Andre meremasnya.

"Ehmmpoffyh," Anita mencoba untuk mengeluarkan suara memaki Andre, bukannya reda, Andre pun melepas bungkaman dari mulutnya.

Anita meludahi Andre di sana, Andre sampai menghentikan aktivitasnya. Dibersihkan air liur itu darinya, Anita sangat marah padanya. Anita tidak tahu, ia tidak ingin disentuh oleh siapa pun. Andre dengan marak tanpa peduli menampar Anita cukup keras.

PLAK!!!

Anita merasakan perih pada pipinya, Andre pun segera turun dari tempat tidurnya, kemudian membanting pintu tanpa mengatakan apa pun. Anita cuma bisa senyum tengir, lalu tertawa keras kemudian berubah menjadi suara tangisan. Ya, Anita menangis karena menerima sakitnya. Ia sengaja lakukan itu agar Andre mau memulangkan dirinya. Ia tidak ingin ada lagi yang mengatai dirinya seorang wanita perebut suami, pelakor, dan pelacur. Cukup, ia menerima sekali ancaman dari pesan itu. Sebagaimana pun Anita akan mencari semua cara agar Andre harus membencinya.

Pedih rasanya tamparan itu, tidak sebanding itu ia terima, lebih menyakitkan lagi. Jika ia bertahan di sini, lalu mencoba untuk mengakhiri hidup cukup bukan solusi yang tepat baginya. Malah ia akan menunduk kesalahan pada Andre.

Hanya yang bisa Anita tenang, melihat photo almarhum ayahnya. Ya, hanya itu yang bisa ia renungkan. Mengenang masa bersama sang ayah tercintanya. Seandainya ia tidak melakukan hal yang ingin tahu. Percaya para lelaki, namun inilah penyesalan ia dapat. Menerima pilu, sedih, kelam, dan menutupi semuanya. Jikapun nanti video tersebar seluruh sosial media. Anita hanya bisa memberi kenangan terakhir, yaitu mengakhiri kisah hidup dan melepas semua beban menekannya.

[ "Maafkan aku, pa! Aku bukan putri yang baik di depan mama dan saudara-saudara. Aku sudah menghancurkan kebahagiaan mama. Apa yang harus aku lakukan? Aku rindu, pa!" ]

Isak tangisan Anita semakin menjadi, dapat Andre dengar di luar sana. Andre mengisap rokok itu yang ke-3 kalinya. Ponsel miliknya berdering, nama terpampang di sana adalah ISTRIKU, dari Stella.

Saat dia mengangkat ternyata bukan Stella tetapi dari putrinya, Angela.

Angela video call ke Andre karena rindu, Andre mau tak mau masuk ke kamar Antoni yaitu kamar mandi. Hanya itu satu-satu cara putrinya tidak curiga.

[ Papa! Lagi apa? ] tanya Angela kepada Andre.

"Papa lagi, poop!" jawabnya sambil bercanda.

Langsung gadis kecil itu mengekspresikan gaya lucu. [ Iiih! Papa jorok! ]

Andre langsung ketawa lepas, dia sangat sayang pada anaknya. Meskipun keharmonisan antara istrinya sedang tidak baik, baginya, dia sudah terhibur oleh putri kecilnya.

[ Papa, kapan pulang? Papa jangan marah-marah sama Mama lagi, ya? Kasihan Mama, setiap hari nangis! ] celoteh Angela di sana.

Andre langsung berubah setelah mendengar Stella menangis. Hanya permasalahan soal photo itu, kiriman itu belum diselidiki oleh Andre hingga sekarang. Di tambah lagi Anita tiba-tiba berubah, tidak biasanya. Lebih sering melawan, dan mulai berani melempar air liur ke wajahnya.

[ Pa! Papa! ]

"Ya!"

[ Papa melamun apa sih? ]

"Hah? Tidak melamun apa-apa, kok, sayang! Ya sudah nanti Papa telepon kembali ya! Papa mau cebok dulu!"

[ Oke, Pa! Bye! ]

Setelah video call berakhir, Andre membuang rokok itu ke tong sampah. Kemudian dia keluar, dan menemukan Anita sedang memasak Indomie. Tak hanya itu, ketika Anita berbalik arah, Andre bisa lihat bekas tamparan di pipi kanannya. Merah, bengkak, dan sembab pada matanya.

Anita mendiami sosok yang terus memperhatikan dirinya, ia lebih mementingkan adalah makan indomie di masaknya itu. Kemudian Andre menarik kursi bergabung dengannya di sana. Dalam suasana diam, Andre memegang dagunya meminta Anita mau menatap matanya. Tapi Anita menepis kembali melanjutkan mienya.

"Sori!" ucap Andre dengan nada yang sangat pelan pastinya lembut.

Anita tidak merespons, Andre tidak mempermasalahkan dia akan menunggu sampai wanita ini selesai menikmati mienya. Lima menit kemudian, Anita bangkit dari duduk dan mengangkat piring ke wastafel. Lalu sebuah pelukan dari belakangnya, Anita menunduk itu tangan kekar berotot milik Andre.

Andre menghentikan cucian dari tangan Anita, lalu Andre memutarkan tubuh kurus itu berhadapan dengannya. Jaraknya hanya beberapa meter saja. Anita menunduk, dan Andre mengangkat dagunya.

Dua manik mata mereka dipertemukan, Andre bisa lihat jelas kedua mata Anita yang sayup, merah habis menangis, dan tidak lupa dengan bekas tamparannya. Ya, Andre tahu ada tekanan amarah di balik mata Anita. Andre paham, Anita mencoba untuk menghindar agar dibenci.

"Aku tidak tahu apa permasalahanmu akhir-akhir ini. Aku tahu kau tertekan di sini atas hendak ku," ungkap Andre.

"Aku ingin pulang!" gumamnya. Andre mengernyit, "Ini rumah mu! Pulang ke mana?" tanya Andre.

"Pokoknya aku mau pulang, aku tidak ingin disebut pelakor, jika aku tahu kau sudah beristri, aku pasti menolak menikah denganmu! Aku tidak ingin dianggap perebut suami orang!" jawabnya entah apa saja diucap oleh Anita.

"Kau menikah atas penukaran bayar hutang dari abangmu?!" tekankan lagi dari Andre.

"Tapi, bukan cara ini juga?! Aku tidak ingin menghancurkan hubungan rumah tangga seseorang?! Aku tidak sanggup, Ndre!" teriak Anita menetes air matanya.

Andre menarik tubuh itu ke pelukannya, Andre masih berusaha untuk menyelesaikannya.