"tidak apa, kakak tau kamu sangat menyayangi kakak. Maaf karna kakak menyerah tanpa memikirkan perasaanmu, mulai sekarang kakak janji kakak akan berjuang untuk kamu." jawab Kiano penuh keyakinan.
Kisha tersenyum, ia memeluk Kiano semakin erat. Seakan tidak ingin melepaskan pelukan itu, namun Kiano malah menggoda Kisha yang membuat Kisha mau tidak mau harus melepas pelukannya karna rasa malunya.
"baiklah Kisha, bisakah kau lepaskan pelukanmu sekarang? Kurasa Michael menatapku dengan pisau di matanya, karna kau memelukku sejak tadi." goda Kiano pada Kisha dan Michael.
Michael yang mendengar hal itu merasa malu dan canggung, ia mengalihkan pandangannya dari Kiano saat wajahnya mulai memanas.
"ap-apa? Ke-kenapa aku?" kejut Michael bingung.
Bahkan Kisha merasakan hal yang sama, ia langsung melepas pelukannya itu dan menatap sebal pada sang kakak.
"apa-apaan kata-katamu itu?" sindir Kisha.
Kiano tertawa melihat reaksi kedua orang di hadapannya itu, sungguh tontonan yang menarik bukan?
"aku hanya bercanda, kenapa kalian setegang itu sih?" ledek Kiano dengan tawanya.
Michael hanya terdiam sambil menyembunyikan rona merah di pipinya karna malu, sedangkan Kisha malah mengabaikan kakaknya dan melangkah menuju kamarnya.
"dari pada kau terus mengoceh tidak jelas, lebih baik kau istirahat saja kak. Kau membuatku pusing!" teriak Kisha dari lantai dua.
Kiano kembali tertawa mendengar perkataan Kisha, ia merasa Kisha sedang malu-malu saat ini. Anak remaja yang sedang kasmaran memang beda yah?
"baiklah Michael, kau ingin tetap disini atau gimana? Kurasa Kisha tidak akan keluar kamar sampai besok pagi." tanya Kiano sambil terkekeh.
"ah ya aku pulang saja, besok aku harus mengurus sesuatu di perusahaan. Titip salamku saja untuk Kisha, dan jangan lupa jaga kesehatanmu Kiano." pamit Michael pada Kiano.
"baiklah, jangan bosan-bosan mampir kesini yah? Kisha menunggumu lohhh, hehehe" goda Kiano pada Michael.
Tanpa menjawab perkataan Kiano, Michael melangkah dengan cepat keluar dari mansion Almora dan kembali ke mansionnya sendiri.
'dasar Kiano, kenapa juga dia harus bilang begitu. Dasar menyebalkan.' batin Michael mengomel.
.
.
.
.
.
dirinya sendiri mulai hari ini, ia akan menjadi gadis 16 tahun yang hanya sekedar ikut membantu pekerjaan kakaknya.
Rok merah marun menjadi pilihannya kini, dengan blouse hitam membuatnya terkesan sexy. Tapi rok yang di pakainya membuat Kisha terliat seperti anak muda yang gaul, rok mengembang 3 cm di atas lutut itu sangat cocok di tubuh Kisha.
Lalu Kisha mengambil sepatu cats putihnya, dan tas hitam selempangnya. Tidak lupa jam tangan silver, dan kepangan di sisi merah rambutnya. Sekali lagi, Kisha hanya menambahkan lipbalm saja pada bibirnya tanpa menambah make up lainnya lagi. Kini Kisha siap untuk ke kantornya, dan menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk.
Kisha keluar dari kamarnya dan melangkah menuju ruang makan, sudah ada Kiano dan Mona yang menatap Kisha heran.
"ada apa?" tanya Kisha bingung.
"kau yakin ke kantor dengan pakaian itu?" balas Kiano memastikan.
"ya, ada masalah?" tanya Kisha lagi bingung.
"kau tidak seperti biasanya." keluh kak Kiano heran.
"perasaanmu saja kak, aku masih Alexa yang sama." balas Kisha santai, padahal ia sendiri pun menyadari perubahannya. Hanya saja ia membiarkan, dan menutupi segalanya.
"sepertinya tidak, kau terlihat berbeda." jawab Kiano jujur.
"apanya yang berbeda?" tanya Kisha lagi.
"penampilan dan auramu" jawab Kiano masih dalam kebingungannya.
'aku tau kak, tapi inilah aku yang sebenarnya. Mulai hari ini aku akan menjadi diriku sendiri, untukku, untukmu, dan untuk orang-orang yang menyayangiku.' batin Kisha berkata.
Kisha menyeringai, lalu ia menyantap sarapannya tanpa mengatakan apapun. Membuat Kiano menunggu dengan penasaran, alasan apa yang membuat Kisha berubah seperti ini?
"kau tak perlu khawatir kakak, memang inilah Alexa yang apa adanya." ungkap Kisha selesai menghabiskan sarapannya.
Kiano terdiam, ia masih bertanya-tanya tentang sifat asli Kisha yang sebenarnya. Kishanya yang sekarang, selalu berubah-ubah. Terlalu sulit di tebak dan itu membuat Kiano tidak mengenalnya, hanya satu yang tidak berubah dari diri Kisha untuknya. Cinta dan sayangnya, Kiano merasakan hal itu setiap saat Kisha menatapnya.
"aku berangkat dulu, kakak jangan lupa istirahat ya?" pamit Kisha, lalu pergi menuju kantornya.
.
.
.
.
.
Sesampainya di kantor, lagi-lagi para karyawan berbisik heboh. Gosip mereka kali ini, tentu saja penampilan baru Kisha. Jauh dari kata glamour dan dewasa, kini Kisha terlihat seperti anak remaja seusianya. Yang biasanya hobi belanja, dan main-main bersama temannya.
Berbeda dengan Kisha, memang tampilannya kini khas anak remaja sekali. Tapi ketegasannya melebihi orang dewasa, dan lagi tatapan seriusnya itu bagai menusuk ke dalam diri siapapun yang menatapnya. Termasuk para karyawan yang kini kocar kacir, karna lirikan maut dari si pemimpin.
Alexa Almora, begitulah orang-orang mengenalnya. Si gadis muda yang berbakat, namun tatapannya begitu tajam dan menusuk. Siapapun yang melakukan kesalahan, pasti menjadi santapan empuk untuk tatapan tajamnya.
Kisha melangkah dengan tegas menuju ruangannya, ia duduk di singgasananya dan melaksanakan tugas menandatangani proposal-proposal ajuan itu. Selesai dengan tumpukan kertas putih itu, Kisha kembali melangkahkan kakinya menuju restoran yang sudah di janjikan bersama dengan rekan kerja perusahaannya.
Dengan langkah anggun, Kisha memasuki salah satu restoran ternama itu. Kisha melirik ke seluruh penjuru ruangan sampai akhirnya matanya tertuju pada seseorang yang sedang melambaikan tangannya, Kisha pun menghampiri orang tersebut.
"selamat siang tuan Charles" sapa Kisha dengan seringainya, lalu duduk di kursi yang kosong.
Michael, pria itu menatap Kisha dengan heran. Biasanya Kisha akan memakai pakaian formal ala orang dewasa, kenapa sekarang Kisha malah berpakaian seperti anak muda pada umumnya?
"siang, hm kau tidak sedang salah kostum bukan?" tanya Michael heran.
"tidak, apa ada masalah?" jawab Kisha cuek.
"ya tidak juga, mau pesan saja?" balas Michael menutupi rasa penasarannya.
Kisha mengangguk samar, Michael pun memanggil pelayan. Dan mereka mulai menyebutkan menu pesanan mereka, pada pelayan yang sudah siap untuk mencatat itu.
"kurasa steak with potato, and strawberry juice saja." jawab Kisha dengan senyumnya.
"tambahkan spagetti with cheese, and lemon tea." sambung Michael pada pelayan itu.
Pelayan itu membacakan pesanannya sekali lagi, lalu ia pergi setelah Michael dan Kisha membenarkan pesanan itu.
"jadi, bisa kau jelaskan tentang perubahan ini?" tanya Michael tidak tahan lagi dengan rasa penasarannya.
"tidak ada yang khusus, hanya ingin." jawab Kisha langsung tanpa ragu.
"benarkah? Tapi kenapa, maksudku kau tidak seperti biasanya." tukas Michael heran.
"ya karna biasanya aku memaksakan, kini aku akan menjadi diriku sendiri tanpa paksaan." jelas Kisha dengan santai.
Michael masih tidak paham dengan perubahan Kisha, tapi ia tidak akan mempermasalahkannya lagi. Selagi perubahan itu tidak menyakiti kepribadian Kisha, Michael pasti akan mendukungnya sebagai seorang teman.
Pelayan tiba-tiba datang dengan makanan yang Michael dan Kisha pesan, membuat lamunan Michael buyar dan Kisha mengingat tujuan pertemuannya dengan Michael.
"baiklah tuan Charles, sepertinya kita harus kembali ke tujuan awal pertemuan kita." ucap Kisha serius.
"makan dulu, setelah itu kita tuntaskan." tekan Michael.