Chereads / The Resurrection of The Devil : TROYA / Chapter 12 - Episode 11 : Teka-teki Lagi!

Chapter 12 - Episode 11 : Teka-teki Lagi!

Brak!

Wida kembali terempaskan ke dinding. Punggungnya menghantam dinding kelas cukup keras. Ia pun tergeletak di lantai dan memuntahkan darah cukup banyak dari mulut juga hidungnya. Pras, Tyo, Kusuma, Hendra dan Andre hanya bisa meraung dalam hati, sebab mereka kini tengah dibekukan oleh Megan. Kelima pria itu tidak bisa bergerak sama sekali. Dan hanya bisa melihat pertarungan Wida dan Megan. Pertarungan epik ini terjadi setelah Prayoga memerintahkan Megan untuk membunuh Wida. Bahkan kejadian ini disaksikan oleh seluruh siswa SMA Pattimura. Gauri, Tretan juga Moora keadaan mereka tidak berbeda jauh dengan Pras dan kawan-kawan.

Sedangkan Phoenix, Azuna dan Demian, mereka sedang menjalankan misi dadakan dari Wida tadi pagi. Untuk melepas kubah pelindung yang mereka pasang sewaktu baru sampai di dimensi nyata kemarin. Setelah ini Wida harus segera melangkah ke rencana selanjutnya. Agar ia bisa kembali ke dimensi luar paralel tepat waktu.

Dan ya, jangan ditanya di mana keberadaan Prayoga. Karena orang itu tidak datang ke sekolah. Dia tengah menemani Resti di rumah sakit. Pria itu bukannya datang melabrak Wida, sesuai dengan bayangan Wida, tapi, malah langsung mengirimkan Megan ke sekolah. Dengan tujuan untuk membunuh Wida.

Prayoga sangat murka, ketika melihat keadaan Resti. Keadaan Resti saat ini begitu memprihatinkan. Tulang belakangnya retak. Gadis itu pun kehabisan banyak darah. Dan yang paling membingungkan pihak rumah sakit adalah banyaknya penyumbatan di saluran pembuluh darah. Namun, bagi Wida itu adalah hal yang lumrah. Sebab, itu adalah efek samping dari tusukan benang mahamasthra skala kecil. Jadi, Resti masih beruntung, mengingat dia masih hidup. Jika Wida mau, Demian akan mencabik-cabik tubuh Resti tanpa menyisakannya sedikit pun.

Kembali pada pertarungan, tubuh Wida tampak ketika dia mencoba untuk bangkit. Wanita itu meludahkan darah yang tersisa di rongga mulut, sembari menyeka darah yang mengalir di kedua lubang hidungnya. Dalam keadaan mengenaskan seperti itu, Wida masih sempat-sempatnya menyeringai. Dia ingin tahu, sejauh mana Megan akan menyerangnya. Untung saja regenerasi sel Wida cukup baik dan tetap berfungsi walau tidak berada di dunia luar paralel.

"Hanya itu kemampuanmu, Megan?" cibir Wida. Ia masih ingin mencicipi kekuatan Megan tanpa melakukan pembalasan. Bukannya tidak mau membalas, hanya saja, biarkan yang 'ahli' yang membalas iblis di depannya ini.

Devan, Kevin dan seluruh murid SMA Pattimura sedang tidak sadarkan diri, karena terkena pengaruh kabut asap milik Tretan. Jangan sampai hal-hal tidak bisa diterima nalar seperti ini, terlihat oleh orang awam seperti mereka. Karena ada efek jangka panjang untuk kasus ini. Semua dibius kecuali Dimas. Dia terlihat ingin membantu Wida, sayangnya dia tidak punya kekuatan seperti Wida dan yang lainnya.

"Tunjukkan wujud aslimu! Jangan terus-terusan memancing emosiku!" sentak Megan yang sudah siap dengan cambuknya.

Wida kembali tersenyum miring. "Apa kau lelah menghajarku?"

"Brengsek!" umpat Megan. Iblis berwujud gendruwo ini mengayunkan cambuknya, lalu ia arahkan kepada Wida. Cambuk melilit tubuh Wida, kemudian dengan tanpa ampun, Megan kembali mengempaskan tubuh Wida ke dinding.

Wida terbatuk-batuk sembari berusaha bangkit lagi. "Aku ingin bertanya kepadamu," ujar Wida dengan intonasi suaranya yang tidak berubah sama sekali. Wajarnya, jika manusia dihantamkan ke dinding hingga berdarah-darah seperti Wida, ia tidak bisa bangkit. Jangankan bangkit, untuk sekedar berbicara saja, entah bisa atau tidak. Ah, benar juga, Wida bukanlah manusia biasa. Wanita ini memang memiliki fisik berbeda dengan yang lain.

"Kau dan atasanmu yang memancingku kemari. Tapi kenapa kau malah memperlakukanku seperti ini?" tanya Wida, "ah, aku lupa ... Lupakan pertanyaanku. Tugasmu hanya membunuhku, bukan?"

Muncul sebuah gada yang dipenuhi oleh besi-besi tajam di genggaman tangan Megan. "Cukup basa-basinya," ujar Megan kemudian mulai ancang-ancang untuk melempar gada ke arah Wida. Tujuannya sekarang adalah menuntaskan perintah atasannya. Ia harus mengakhiri semuanya, sebelum Phoenix datang. Di masa lalu, Megan terikat janji pada Raja elemen itu. Yang intinya, Megan tidak akan melukai siapa pun orang yang menjadi Avatar Phoenix. Jika dia melakukan itu, Megan bersedia untuk dibunuh oleh Phoenix.

Megan melemparkan gadanya ke arah Wida. Namun, ketika gada dan Wida hanya berjarak satu jengkal, gada tersebut tiba-tiba hancur berkeping-keping. Tak lama kemudian kubah pelindung yang diciptakan oleh Megan hancur karena diterobos oleh sesuatu. Pelaku atas penghancuran kubah pelindung buatan Megan adalah sosok mengerikan dengan wajah penuh amarah.

Dengan taring yang terus meneteskan darah, mata merah menyala, api hitam berkobar menyelimuti tubuhnya dan wujudnya yang mengerikan, sosok itu memandang Megan penuh kebencian. Dia lepas kendali sejak pertama kali Wida memuntahkan darah tadi. Walau mereka tidak sedang dalam dimensi yang sama, ia bisa merasakan bahwa ada yang tidak beres dengan Wida.

"Setetes darah Wida, seharga dengan nyawamu," ujar Demian dengan intonasi rendah, yang terdengar sangat mengerikan. Tidak, dia bukan Demian. Melainkan Phonemian Demon, nama lain Demian. Iblis Phonemian ini akan muncul ketika kemurkaan Demian mencapai batas maksimum. Dan yang melatarbelakangi munculnya iblis Phonemian ini adalah Wida. Sekarang terlihat bukan, bagaimana liciknya seorang Wida Akcaya Chandra Wicaksono?

Megan berdiri dengan tubuh gemetar. Ini di luar rencananya. Pandangannya tidak sengaja mengarah kepada Wida. Ia bisa melihat wanita itu tersenyum miring.

"Sial, aku dijebak!" gumam Megan. Harusnya dia sadar, kenapa sejak awal Wida tidak membalas serangannya sedikit pun. Ternyata wanita itu berencana agar Demian yang membalasnya.

"Tidak mau mengotori tangan sendiri, huh?!" cibir Megan sembari menatap Wida dengan tajam. Wanita itu malah duduk dengan anggunnya di singgasana indah, yang entah sejak kapan sudah berada di lapangan.

Sepasang pedang muncul di kedua genggaman tangan Demian. Iblis itu berniat memenggal kepala Megan. Karena dia membenci Megan. Iblis itu berani melukai Wida. Dan Demian bersumpah akan menghancurkan siapa pun yang berani melukai Wida.

Demian bergerak secepat kilat, menghampiri Megan. Demian mengayunkan kedua pedangnya, namun, ditahan oleh ribuan benang mahamasthra.

"Kalau kau membunuhnya, perjuangan kita selama beberapa hari ini akan sia-sia, Demian," ujar Wida. "Setidaknya biar kita mendapatkan buktinya dulu, baru kau membunuhnya."

Setelahnya Wida menarik kedua pedang Demian, lalu mengembalikannya ke dimensi paralel. Sedangkan Megan melotot mendengar ucapan Wida. Kelicikan gadis itu tidak jauh berbeda dengan Yordan. Kedua manusia yang hanya berbeda jenis kelamin juga usia itu benar-benar menyusahkan. Kalau bukan titah atasannya, Megan tidak akan sudi bersusah payah seperti ini.

"Aku hanya ingin memastikan kalau kau Wida atau bukan. Kenapa kalian serius sekali, huh!?" seru Megan yang mengundang sorotan tajam dari Demian.

"Kau hampir membunuhnya, Brengsek!" sentak Demian sembari mencekik leher Megan. Bisa-bisanya dia berbicara sesantai barusan. Padahal dia hampir membunuh Wida. Hal itu semakin membuat Demian ingin meremukkan tubuh Megan.

"Tenangkan dirimu dulu, Demian." Phoenix muncul, lalu menjauhkan Demian dari Megan. "Ingat, kekuatan kita tidak berfungsi di sini."

Demian kembali ke wujud manusianya. "Tapi, aku masih ingin membunuhnya, Ayah."

Phoenix memukul tengkuk Demian. "Dasar bodoh! Sudah Ayah bilang, tenangkan dirimu! Jika kita membuat kehancuran di dunia ini, kita tidak bisa memperbaikinya seperti saat di dimensi luar paralel!" omel Phoenix.

Demian hanya diam sembari menatap Phoenix dengan tatapan kesalnya.

"Aku tidak akan mengungkit janji di masa lalu," ujar Phoenix yang melihat kekhawatiran di wajah Megan. "Dalam hal ini, kau tidak sengaja melakukannya. Karena kau menjalankan tugas dari Troya, Bukan?"

Megan menganggukkan kepalanya. Phoenix tersenyum sembari merubah wujud menjadi seorang manusia. Megan juga merubah wujudnya menjadi seorang pria yang memakai setelan jas.

"Terimalah salamku, Nona," ujar Megan sembari berlutut memberi hormat kepada Wida.

Wida berjalan menghampiri Megan. Sama halnya dengan ular berganti kulit, api biru membakar tubuh Wida dan merubah penampilannya ke wujud asli Wida. Wanita dua puluh tiga tahun ini mengayunkan tangannya, melepaskan ikatan tak kasat mata yang melilit tubuh Pras dan yang lain.

"Mari akhiri drama ini," ujar Wida yang sudah berdiri di hadapan Megan yang tengah berlutut.

"Mana petunjuknya."

Megan mendongak. "Berapa nyawa yang akan kau berikan padaku, jika aku memberikan bukti ini?" tanya Megan lalu tersenyum miring. Tak lama kemudian, Megan berdiri.

Tangan Wida terkepal erat. Matanya nyalang memandang ke arah Megan. "Kau yang mengundang, tapi, kau juga yang meminta korban," cibir Wida.

Wida menoleh menatap Pras dan yang lain. "Demian, Tretan..." panggil Wida. Kedua iblis itu langsung berdiri di sisi kanan dan kiri singgasana Wida.

Pras dan yang lain berdiri dengan waspada. Mereka yakin, jika Wida tengah merencanakan sesuatu, yang mereka jamin akan merugikan salah satu pihak.

"Sekarang!" perintah Wida.

Demian dan Tretan mengangguk. Demian mengeluarkan ribuan benang mahamasthra, lalu melilit tubuh Pras, Tyo, Andre, Hendra dan Kusuma.

"Apa-apaan ini Wida!?" pekik Pras.

"Aku tidak mau kalian terluka."

"Honey, kau tidak bisa melakukan ini! Ingat, dua minggu lagi kita menikah!"

"Ya, aku tahu. Makanya, aku melakukan ini, Sayang."

"Wida, untuk sekali ini saja, jangan keras kepala!"

"Wida—"

"SEKARANG, TRETAN! DEMIAN!"

Tretan membuka gerbang lintas dimensi dengan seluruh kekuatannya. Sedangkan Demian bertugas untuk melempar tubuh Pras dan yang lain ke dalam gerbang lintas dimensi. Mereka harus melakukan ini sebelum Pras dan yang lainnya berontak.

"Berjanjilah kepadaku untuk kembali dalam keadaan baik-baik saja, Wida!" jerit Tyo sebelum gerbang lintas dimensi tertutup.

Keadaan hening seketika. Dimas dan Gauri sama-sama terdiam. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Keduanya tetap diam, menonton apa yang akan terjadi selanjutnya.

Megan tertawa terbahak-bahak. "Jadi kau akan menyerahkan nyawamu sebagai bayarannya?" tanya Megan.

Mendengar pertanyaan Megan, Wida tertawa terbahak-bahak.

"Aku tidak menyerahkan nyawaku padamu, Iblis laknat!" sahut Wida. "Kalaupun aku menyerahkan nyawaku, kau atau Troya tidak akan mampu membunuhku."

Megan kembali tertawa terbahak-bahak. "Aku suka manusia sombong sepertimu," ungkap Megan.

"Terserah padamu, mau menyebutku apa. Di mana petunjuk keberadaan Troya?" desak Wida.

Muncul secarik kertas di samping Wida. "Itu petunjuk keberadaan Troya. Dan ya, pecahkan teka-teki itu sendiri. Tugasku hanya menyampaikannya kepadamu," jelas Megan.

Wida meraih kertas itu.

SXODX VUL WDQMXQJ

Wida meremas kertas itu. "Apa-apaan ini, Bangsat!" seru Wida murka. Saat Wida akan menyemburkan seluruh kekesalannya kepada Megan, iblis itu sudah menghilang.

"Di mana Gendruwo keparat tadi!?" seru Wida. "Brengsek!"

.

.

.

.

.

•••

🍃 Kesadaran adalah matahari 🍃

Copyright © Yekti Wahyu Widanti 2021