Setelah aku bisa menerima kenyataan, aku mulai mencari tahu tentang apa yang terjadi pada Bianca.
Pertama, ia bunuh diri. Itu terbukti saat aku menemukan obat penenang yang sudah tinggal setengahnya di tempat tidur. Kedua, ia adalah seorang artis yang bernyanyi lagu pop. Namun kini karirnya jatuh ke titik terbawah. Ketiga, berita itu benar. Ia sedang hamil, karena aku menemukan sebuah testpack di kamar mandinya.
Nampaknya karena berita itu, ia menjadi korban cyberbullying. Akun media sosialnya dipenuhi dengan cercaan dan hinaan. Seperti:
'Dasar jalang tak tahu diri!'
'Babi betina!'
'Kau tak pantas menyanyi lagi
'Lebih baik kau mati saja!'
Sekarang aku tahu apa yang harus dilakukan. Dimasa lalu, aku adalah seorang yatim piatu yang meraih kesuksesan dengan diawali dengan merangkak dari bawah. Jadi, mendengar perkataan-perkataan orang tak bertanggung jawab itu aku sudah cukup kebal.
Benda pipih itu kembali berbunyi. Kali ini, itu adalah panggilan dari manajer. Sesaat aku mengabaikannya. Namun tak sampai lima detik, dia kembali memanggil.
"Halo,"
"Kemana saja kau! Apa kau begitu sibuk bersedih sehingga mengabaikan panggilanku?" Hal yang pertama kali kudengar adalah sebuah bentakan yang sangat keras, hingga aku menjauhkan sedikit benda pipih itu dari telingaku.
"Ya? Ada apa manajer Rey?"
"Aku tak bisa menyembunyikan semua itu lagi. Kau, harus tanggung jawab atas semua perbuatanmu. Besok kita akan melakukan jumpa pers. Kali ini jangan menghindar, atau aku akan mencekikmu," Setelah mengatakan hal tersebut, ia langsung menutup telepon.
Baiklah, ini hanya jumpa pers kan? Bukan masuk ke kandang aligator?