Dua minggu berlalu, hari ini Luna sudah menjadi istri Ethan. Karena tadi pagi Mereka telah melakukan ijab qabul bersamaan dengan Shandra dan Arsha. Kedua orangtua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka berdua di hari yang sama karena sebenarnya yang sudah jauh-jauh hari berencana menikah adalah Shandra dan Arsha, namun karena insiden salah kamar membuat Luna dan Ethan harus menikah juga karena Luna hamil.
Malam ini mereka menggelar pesta pernikahan di sebuah hotel ternama di batam. Semua biaya di tanggung oleh Ethan. Luna tidak menyangka Ethan adalah pemuda kaya raya. Namun hal itu tidak membuatnya tertarik pada Ethan. Baginya Ethan adalah musibah untuknya, karena setelah ini karirnya pasti meredup.
Luna berdiri di samping Ethan dengan tersenyum ramah menyapa para tamu undangan, begitu pula dengan Shandra dan Arsha, mereka tampak sangat bahagia.
Mata Luna tertuju pada salah satu tamu undangan yang tidak asing baginya, dia adalah Edward, mantan kekasihnya yang menikah dengan gadis lain.
Edward berjalan mendekati Luna dan Ethan seraya menggandeng seorang gadis cantik.
"Luna" sapa Edward seraya melemparkan senyum ramah pada Luna.
"Kalian saling kenal?" Tanya Ethan seraya menatap Luna.
"Iya dia temanku dulu," jawab Luna bohong, dia menatap sinis gadis di samping Edward,"jadi dia istrimu, tidak lebih cantik dariku" batin Luna.
"Eh. Iya teman,"sahut Edward seraya tersenyum ramah pada Ethan,"selamat Than, akhirnya kamu menikah juga," Edward memberi salam untuk Ethan, di ikuti oleh istrinya yang juga menyalami Luna.
"Kenapa Edward begitu mirip denganmu?" Tanya Luna setelah Edward sudah pergi.
"Dia kakak tiriku, ibunya adalah istri pertama ayahku. Tapi setelah ayah meninggal, kami hidup terpisah" jawab Ethan dengan tatapan datarnya. Luna hanya mengangguk faham. Lalu dia mendudukkan dirinya di pelaminan.
Luna merasakan nyeri di pinggangnya, semenjak hamil, dia jadi mudah lelah.
"Apa aku boleh ke kamar, aku lelah?" Tanya Luna seraya menatap Ethan penuh permohonan.
"Baiklah. Aku akan mengantarmu" Ethan segera mengantar Luna memasuki kamar hotel yang sudah mereka sewa untuk malam ini. Karena besok mereka akan kembali ke jakarta.
"Kamu tidak kembali lagi ke pesta itu?" Tanya Luna ketika sudah sampai di kamar, Ethan malah menutup pintu dan tidak keluar lagi.
"Tidak, aku juga lelah dan ingin tidur," jawab Ethan.
Luna segera berjalan menuju kamar mandi untuk melepas gaun nya yang besar dan cukup sulit di lepas,"kenapa susah sekali.terpaksa aku harus meminta tolong pada Ethan," gumam Luna lalu segera keluar dari kamar mandi dan meminta Ethan membuka resleting bagian belakang gaunnya.
Dia dapat melihat tubuh bagian belakang Luna yang mulus.
"Terimakasih"ucap Luna.
"Hmm"sahut Ethan.
Luna segera kembali ke kamar mandi dan berganti memakai piyama. Setelah itu dia kembali ke kamar. Terlihat Ethan tidur di sofa dan masih mengenakan setelan tuxedo.
Dia menatap Ethan sebentar lalu segera membangunkannya karena kasihan melihat Ethan tidur tidak nyaman di sofa itu.
"Ethan, pindah ke kasur,"seru Luna seraya menepuk pelan pipi Ethan.
"Apa aku boleh tidur denganmu?" Tanya Ethan yang mulai membuka matanya, namun masih mengantuk.
"Boleh,"singkat Luna. Lalu dia segera merebahkan tubuhnya di ranjang. Luna menatap langit-langit kamar itu seraya membayangkan apa yang menimpanya. Hari ini dia telah menjadi seorang istri. Dia belum siap melakukan kewajiban itu,
"Kenapa tidak tidur?" Tanya Ethan yang baru kembali dari kamar mandi. Ethan sudah mengganti pakaiannya dengan piyama. Ethan merebahkan tubuhnya di samping Luna. Jarak mereka berjauhan di batasi dengan bantal di tengahnya.
"Tidak apa-apa, hanya sedang gelisah,"jawab Luna tanpa menoleh.
"Jangan khawatir, aku tidak akan meminta hakku. Sebelum kamu mencintaiku" ucap Ethan.
"Terimakasih sudah pengertian" Luna melemparkan senyumnya pada Ethan. Dia lega karena Ethan memahaminya. Mereka berdua segera tidur dengan posisi berjauhan dan saling memunggungi.
"Aku akan bersabar sampai kamu mencintaiku, semoga cinta itu tumbuh sebelum anak kita lahir, aku tidak ingin kita bercerai suati hari nanti"batin Ethan.
Luna tidak segera tidur, dia merasa pegal di bagian punggung dan kakinya. Membuatnya gelisah lalu mendudukkan dirinya dan memijat kakinya sendiri.
Merasa Luna belum tidur, Ethan pun segera mengubah posisinya jadi berhadapan dengan Luna.
Melihat Luna duduk sembari memijat kakinya sendiri membuat Ethan iba. Dia segera mendudukkan dirinya dan mendekat ke kaki Luna lalu memijitnya tanpa meminta persetujuan Luna.
"Kenapa kamu memijit kakiku. Kan kamu ngantuk?" Tanya Luna dengan tatapan datar
"Aku tidak bisa tidur karena kamu terus bergerak karena gelisan. Apa masih pegal?" Tanya Ethan.
"Sudah mendingan. Tapi punggungku juga pegal," jawab Luna.
"Yasudah berbaliklah, aku akan memijat pundakmu" seru Ethan. Luna mengubah posisinya menjadi duduk memunggungi Ethan. Ethan pun segera memijat pundak Luna.
"Apa besok kita akan kembali ke Jakarta?" Tanya Luna sembari menikmati pijatan Ethan.
"Iya, aku ada urusan penting" jawab Ethan.
"Oh ..."
Setelah selesai memijat, Ethan segera merebahkan tubuhnya kembali, karena rasa kantuknya sudah tidak bisa dia tahan lagi. Luna pun juga segera tidur karena merasa sudah lebih baik.i
♡♡♡
Sinar matahari menyusup melalui jendela hotel, dua pengantin baru itu tidak menyadari hari sudah pagi mereka tidur dengan jarak sangat dekat. Luna berada di pelukan Ethan. Entah siapa yang memulai. Guling pembatas itu sudah jatuh kelantai.
Luna merasakan nyaman tidur di pelukan Ethan, rasa gengsinya membuatnya ingin melepaskan Ethan. Tapi entah kenapa seakan ada perasaan nyaman dan membuatnya enggan melepas pelukan Ethan.
"Kamu tampan seperti Edward, apa aku bisa mencintaimu sebelum anak ini lahir, atau kita akan bercerai " gumam Luna seraya memperhatikan Ethan yang masih tidur. Tangannya meraba rahang Ethan yang di tumbuhi bulu tipis
"Maaf" ujar Ethan yang baru membuka matanya dan menyadari jarak antara dirinya dan Luna sangat dekat. Ethan segera beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi, sedangkan Luna juga beranjak dari ranjang Dan segera merapihkan bantal dan selimut.
"Apa kita langsung ke bandara?" Tanya Luna ketika menyadari Ethan sudah kembali dari kamar mandi dengam hanya mengenakan handuk sebatas pinggang. Terlihat tubuhnya yang atletis.
"Iya,aku sudah pesan tiketnya sejak kemarin dan 2 jam lagi kita harus berangkat ...dua hari lagi aku akan pergi ke Thailand untuk kunjungan kerja" jawab Ethan. Seraya mengambil pakaiannya di lemari.
"Apa kamu selalu bepergian ke berbagai negara?" Tanya Luna.
"Tidak juga, apa kamu mau ikut?" Tanya Ethan seraya menaikkan alisnya.
"Tidak, aku masih sering mual, jika bepergian terlalu jauh, mungkin aku tidak kuat"jawab Luna datar. Lalu dia segera ke kamar mandi sedangkan Ethan segera memakai pakaiannya selagi Luna di kamar mandi, karena dia juga masih malu pada Luna.
***
Ethan dan Luna keluar dari hotel seraya membawa koper, terlihat di luar sudah ramai wartawan. Ethan baru tahu bahwa gadis yang dia nikahi adalah model yang terkenal, bahkan sedang naik daun.Ethan tidak mengetahuinya karena dia sibuk dengan dunia bisnisnya. Dis tidak begitu peduli tentang dunia entertainment
"Apa mau menerima wawancara?" Tanya Ethan seraya menatap Luna yang menatap tidak suka para wartawan itu.
"Aku sedang malas bicara dengan banyak orang."jawab Luna kesal.karena wartawan pasti akan memberinya banyak pertanyaan perihal pernikahannya yang mendadak.
"Baiklah, kita lewat belakang saja" ajak Ethan lalu segera menggenggam tangan Luna seraya berjalan menuju pintu belakang hotel itu.
"Sebaiknya setelah ini aku dirumah saja" gumam Luna seraya terus berjalan mengikuti Ethan yang juga terus menggenggam tangannya.
"Kenapa?" Tanya Ethan
"Aku akan jadi kejaran wartawan," jawab Luna.
"Aku akan sewa bodyguard untukmu"
"Tidak perlu,"singkat Luna
"Itu perlu, karena aku jarang dirumah,"paksa Ethan.
"Tidak perlu, aku benci di jaga,"ucap Luna dengan nada ketus.
"Yasudah tersershmu"
Mereka tiba di pintu belakang hotel, lalu segera keluar dan memasuki mobil yang sudah di siapkan oleh asisten pribadi Ethan.
Selama di perjalanan hanya ada keheningan, Luna hanya terdiam menatap kaca jendela mobil, sesekali dia melihat poster dengan gambar dirinya di pinggir jalan. "Itu semua akan di lepas seiring dengan meredupnya karirku nanti, siapa juga yang mau memakai model yang hamil. Aku akan merindukan setiap pose dan suasana antusias belakang panggung sebelum catwalk di mulai. Aku akan merindukan duniaku itu" batin Luna seraya menatap sendu pemandangan jalan dari balik kaca jendela mobil.
"Kita mampir sarapan dulu di restoran, aku akan meminta tempat khusus supaya tidak ada wartawan yang menguntitmu" ucap Ethan dengan tatapan datarnya. Sedangkan Luna hanya diam tidak menanggapinya. Luna masih sedih dan merasa terpuruk. Meski pria yang menikahinya kaya raya. Dia akan selalu merindukan dunianya. Karena sejak kecil menjadi model adalah cita-citanya. Namun di saat dia sedang naik daun. Malah harus kandas karena kecerobohannya.